BENARKAH, GEREJA KESUKUAN MEMBIARKAN JEMAATNYA MENYEMBAH BERHALA? EFESUS 2:11-18

 

Lukisan Tanah Karo dan Sinabung Karya Rasinta Tarigan

Bagi orang-orang Yahudi, ada dinding pemisah yang tebal antara mereka dengan bangsa-bangsa lain yang dianggap kafir. Bangsa Yahudi menjadikan sunat sebagai penanda keistimewaan mereka, yang membatasi mereka dengan bangsa yang tak bersunat. Bangsa yang tidak disunat, dianggap jauh dari Allah, dan tidak mendapat bagian dari janji-janji Allah. Sedangkan orang-orang Yahudi merasa diri paling dekat dengan Allah dan mendapat bagian dalam janji-janji Allah. Orang-orang tak bersunat disebut kafir. Orang-orang kafir direndahkan, bahkan dianggap anjing (band. Matius 15:26). Orang-orang Yahudi punya kejijikan yang sangat besar terhadap mereka yang dianggap kafir.

Bahkan orang kafir dipandang hanya sebagai ciptaan yang berguna sebagai bahan bakar neraka. Orang Yahudi tidak diperbolehkan membantu seorang ibu kafir yang akan melahirkan, atau menikah dengan orang kafir, atau masuk ke rumah orang kafir, karena dianggap akan membawa kenajisan. Situasi ini menggambarkan Adanya ketidakharmonisan di antara orang Kristen Yahudi dan Non Yahudi, membuat rasul Paulus menuliskan suratnya ini pada jemaat di Efesus. Di mana orang Kristen Yahudi merasa sombong karena mereka adalah umat pilihan Allah dan mereka sangat berpegang pada Taurat dengan segala ketentuannya. Sebaliknya orang Kristen Non Yahudi yang hanyalah hasil cangkokan dan bukan umat pilihan, mereka merasa minder.

Oleh karenanya Rasul Paulus menekankan kepada jemaat : Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Kematian Kristus telah membuat mereka yang “jauh” menjadi “dekat”. Apa yang dilakukan oleh Kristus lewat kematian-Nya?. Kristus telah merobohkan tembok pemisah di antara mereka, yaitu Hukum Taurat dan segala ketentuannya sudah dimusnahkan dalam diri Kristus, sehingga kedua belah pihak sama-sama didamaikan di dalam Kristus, dan dipersatukan dalam satu tubuh. Kematian Kristus telah mempersatukan Etnis Yahudi maupun Etnis Non Yahudi. Mereka menjadi anggota-anggota keluarga Allah. Kematian Kristus telah mempersatukan orang percaya dalam Satu tubuh, Satu Keluarga dan Satu bangunan, yang berarti berkaitan erat satu sama lain.

Lalu bagaimana kepercayaan Gereja - Gereja Kesukuan yang sering kali dituduhkan masih memberikan celah bagi jemaat untuk menyembah berhala? Apakah benar demikian? Jelasnya saya tidak ingin membicarakan Gereja lain, sebab pemahaman Eklesiologi setiap Gereja tentulah berbeda beda. Karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin kita menyesuaikan dengan Gereja Batak Karo Protestan.

I.            Banyak Gereja Saat ini salah kaprah dengan istilah “Hukum Taurat!”

Tahukah kita, bahwa Islam Indonesia sering diperdebatkan dan diperbincangkan untuk menjadi Islam Nusantara bukan Islam yang kearab-araban. Kita sering memperbincangkan hal ini, namun dalam kenyataannya Kekristenan kini berkembang juga dan menganggap dirinya Yahudi. Benarkah demikian? Tentu tidak! Sebab Yahudi tidak hanya berarti suku dan bangsa, tetapi juga Agama. Memang benar, bahwa ada Kekristenan Yahudi seperti di Palestina. Sebab mereka memang adalah orang Yahudi yang memeluk agama Kristen. Sedang kita? Tidak! Kita bukanlah orang Yahudi, sebaliknya kita adalah Indonesia dengan keberagaman suku dan budaya.

Kata torah dari kata kerja bahasa Ibrani yarah. Dalam pangkal verba (konjugasi) hifil, kata ירה (yarah) berarti "memberi pengajaran, mengajarkan, menunjukkan" (misalnya pada Kitab Imamat 10:11). Jadi kata torah dapat bermakna "ajaran" atau "instruksi", boleh ajaran dari ibu, ajaran dari ayah, atau ajaran dari Tuhan. Terjemahan yang paling sering dipakai, "hukum", sebenarnya mengandung makna yang kurang tepat, karena kata bahasa Ibrani untuk "hukum" adalah din. Kesalahan pengertian "Torah" sebagai "Hukum" dapat menjadi halangan untuk "memahami pemikiran yang disarikan dengan istilah talmud torah (תלמוד תורה, "pelajaran Taurat").

Selanjutnya kata "torah" lebih digunakan dalam artian luas, meliputi peraturan tertulis maupun lisan dan akhirnya meliputi seluruh ajaran agama Yahudi, termasuk Mishnah, the Talmud, the Midrash and lain-lain. Selain itu, juga dapat diterjemahkan sebagai "pengajaran, petunjuk, perintah", atau "kebiasaan" atau sistem.

Di dalam Alkitab Ibrani, judul yang dipakai untuk bagian pertama ("Ta-" dari "Tanakh") adalah "Taurat Musa". Judul ini sebenarnya tidak pernah dijumpai dalam Taurat itu sendiri maupun dalam sastra periode pembuangan ke Babel. Nama ini dipakai dalam Kitab Yosua (Yosua 8:31–32; Yosua 23:6) serta Kitab 1 dan 2 Raja-raja (1 Raja–raja 2:3; 2 Raja–raja 14:6; 2 Raja–raja 23:25), meskipun tidak dapat dipastikan apakah ini benar-benar meliputi keseluruhan 5 kitab. Sebaliknya, ada kemungkinan bahwa pemakaiannya setelah pembuangan ke Babel (Maleakhi 3:22; Daniel 9:11, 13; Ezra 3:2; 7:6; Nehemia 8:1; 2 Tawarikh 23:18; 30:16) diartikan sebagai keseluruhan. Judul kuno lainnya "Kitab Musa" (Ezra 6:18; Nehemia 13:1; 2 Tawarikh 35:12; 25:4; bandingkan 2 Raja–raja 14:6) dan "Kitab Taurat" (Nehemia 8:3) tampaknya adalah kependekan nama lengkapnya, "Kitab Taurat Allah" (Nehemia 8:8, 18; 10:29–30; bandingkan Nehemia 9:3).

Dengan kata lain, hal yang ingin saya sampaikan;

1.      Jadilah Kristen yang sesuai dengan denominasi kita masing-masing tanpa mengklaim diri sebagai Kristen sejati melalui tampilan-tampilan yang mengikuti Suku dan Agama Yahudi.

2.      Hal-hal yang dituliskan kelima kita pada awal alkitab memiliki kebenaran dan konteksnya masing-masing yang tentu masih memiliki kaitannya dengan segala hal yang Yesus sampaikan di Perjanjian Baru. Jadi, perjanjian lama bukanlah tulisan yang kita tolak dan bukan pula sebagai ayat-ayat yang langsung kita artikan secara harafiah.

 

II.            Tradisi dan Budaya

Perbedaan antara konsep tradisi dan budaya seringkali membingungkan. Keduanya memiliki hubungan yang erat, namun memiliki perbedaan yang mendasar dalam definisi dan penggunaannya.

Tradisi merujuk pada praktik atau kebiasaan yang telah ada selama bertahun-tahun dan turun temurun dari generasi ke generasi. Sedangkan budaya merujuk pada cara hidup dan adat istiadat suatu kelompok masyarakat, yang mencakup tradisi, bahasa, seni, arsitektur, musik, dan kepercayaan.

Berikut adalah perbedaan lebih jelas antara konsep tradisi dan budaya:

·        Tradisi lebih spesifik dan terfokus pada praktik atau kebiasaan tertentu, sedangkan budaya lebih luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

·        Tradisi terkadang hanya dimiliki oleh sekelompok kecil orang atau suku tertentu, sedangkan budaya umumnya mempengaruhi seluruh kelompok masyarakat atau bahkan negara.

·        Tradisi lebih terlihat dan mudah diidentifikasi, sedangkan budaya seringkali lebih abstrak dan sulit dipahami.

Sebagai contoh, tradisi seperti upacara adat atau pesta pernikahan biasanya hanya dimiliki oleh suku atau wilayah tertentu, sedangkan budaya seperti musik atau seni rupa dapat mempengaruhi seluruh negara atau bahkan dunia.

Mengetahui perbedaan antara konsep tradisi dan budaya penting untuk memahami dan menghargai keanekaragaman kehidupan dan kebudayaan di sekitar kita.

III.            GBKP dan PAHAM EKLESIOLOGINYA

GBKP sudah menunjukkan sikapnya tentang budaya sebagaimana yang dimaksudkan dalam konfesinya, “Budaya adalah keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia yang berakal budi. Oleh karena itu, dalam terang firman Allah, manusia harus menggali dan mengembangkan dan melestarikan budaya secara positif, kritis dan realistis untuk kesejahteraan manusia (1 Kor 9:20-21; Yohanes 13:1-20.” Setiap warga GBKP diharapkan untuk turut berpartisipasi untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan budaya, tentunya secara :

·        Berpikir Positif, dengan menghindari sikap anti terhadap budaya atau alergi terhadap budaya sebelum menggali budaya yang ada untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam

·        Kritis pada unsur-unsur dan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan firman Tuhan (Mislanya, tradisi ataupun budaya yang memiliki kepercayaan terhadap magis, mistis dan animistis.

·        Berpikir Realistis, dengan menyadari bahwa budaya adalah keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia yang berakal budi. Sebagai manusia pastilah memiliki kekurangan dalam berbudaya dan kita juga percaya bahwa Tuhan turut campur tangan dalam keseluruhan cipta, karya, dan karsa manusia, untuk itu tidaklah keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia itu bertentangan dengan kehendak Tuhan.

REFLEKSI

Bahan kita kali ini memberikan refleksi akan suatu teladan yang kepada kita pula untuk tidak datang dengan motivasi mengubahkan sesuatu. Sebaliknya, sebagai orang-orang percaya, marilah kita meneladani Tuhan Yesus dengan membantu orang lain seperti yang mereka mintakan kepada kita, memberikan pengetahuan seperti yang mereka mintakan kepada kita, memberikan kebenaran seperti yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka, memberikan solusi dalam masalah yang orang lain rasakan.

Lihat apa yang bisa kita lakukan terhadap adat istiadat yang ada disekitar kita ataupun hidup bersama kita. Boleh, untuk melihat dan menemukan apa yang perlu diterangi dan dibenahi dalam adat istiadat yang kita hidupi. Tapi jangan paksakan ataupun menilai orang lain yang tidak melakukan serupa dengan kita. Sekalipun kita menyadari bahwa adat, pesta dan budaya kita produk lama dan terlebih buatan manusia, pastilah ada kekurangan dan kelemahan. Sebaik dan sebagus-bagusnya budaya yang ada pasti ada  cacat celanya. Apalagi dibuat oleh manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Bahkan kitapun menyadari bahwa  Adat untuk manusia, bukan manusia untuk adat. Karena itu adat itu sejatinya untuk mensejahtrakan, membahagiakan dan memuliakan manusia. Adat tidak boleh membebani dan memberati kita

Tapi tugas kita bukan mengubahnya, sebab manusia tidak dapat mengubah apapun. Yesuslah yang mampu mengubahnya dalam rupa Roh Kudus. Tugas kita hanya menjadi perpanjangan tanganNya dalam kehidupan orang lain. Memantulkan cahaya dan terang dari Tuhan di sekeliling kita, bukan menerangi apalagi membuat silau mata orang lain.

Komentar

Anonim mengatakan…
Mantap Pdt atas pencerahannya Sukses selalu
Anonim mengatakan…
Sering menjadi pertanyaan, dan terjawab
Anonim mengatakan…
TULISAN INI MENARIK UNTUK DIBACA, Memberikan jawaban yang luar biasa. Ayo dibaca, jangan setengah setengah