HAMAS, APAKAH ITU PALESTINA? ORANG KRISTEN DIPIHAK MANA?

 


Akhir-akhir ini kita sedang dihebohkan dengan berita perang Israel dan Hamas. Hal yang sering kali dipertanyakan kepada saya, siapakah Hamas dan apakah Hamas itu Palestina? Lalu sebagai Orang Kristen, siapakah yang harus dibela? Apakah kita harus membela Israel, Palestina, atau Hamas? Apakah benar Tuhan kita adalah Tuhan yang suka berperang ? Bila demikian, mengapa kita selalu mengungkapkan KASIH kalau pada akhirnya, kita menyetujui bahwa Allah kita adalah Tuhan yang suka berperang? Bagaimana?

·        HAMAS

Hamas adalah kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza. Namanya merupakan akronim dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya, atau 'Gerakan Perlawanan Islam' dan berarti "semangat" dalam bahasa Arab.

Kelompok ini bersumpah untuk menghancurkan Israel dan ingin menggantinya dengan negara Islam.

Hamas telah berperang beberapa kali dengan Israel sejak mereka mengambil alih kekuasaan di Gaza pada tahun 2007.

Mereka telah menembakkan – atau membiarkan kelompok militan lain menembakkan – ribuan roket ke Israel, dan melakukan serangan mematikan lainnya.

Israel telah berulang kali menyerang Hamas dengan serangan udara sebagai balasannya, dan mengirim pasukan ke Gaza selama dua perang tersebut. Bersama dengan Mesir, negara ini telah memblokade Jalur Gaza sejak tahun 2007 karena alasan keamanan.

Berdasarkan liputan BBC Indonesia, 13 Oktober 2023; Hamas – atau dalam beberapa kasus sayap militernya, Brigade Izzedine al-Qassam – telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris, serta negara-negara lain. Iran mendukung kelompok tersebut dengan menyediakan dana, senjata, dan pelatihan.

·        JADI APAKAH HAMAS MEWAKILI MAYORITAS PALESTINA?

Jelasnya di Palestina memiliki 2 organisasi masyarakat atau bisa disebut sebagai Partai yang berkembang dan mendominasi Palestina yakni Fatah dan Palestina. Fatah dikenal sebagai Gerakan Pembebasan Nasional Palestina. Organisasi ini merupakan entitas politik dengan afiliasi sosial demokrat nasionalis Palestina dan kantornya terletak di Gazza, Jalur Gaza. Sebagai partai politik terbesar kedua di Dewan Legislatif Palestina (PLC), Fatah memiliki hubungan erat dengan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang juga merupakan anggota partai ini. Meskipun demikian, dalam pemilihan Dewan Legislatif Palestina pada 2006, Fatah menghadapi kekalahan mayoritas dari Hamas yang kemudian memicu konflik antara kedua pihak. Meskipun kehilangan mayoritas di tingkat nasional, Fatah mempertahankan kendali atas Otoritas Nasional Palestina di Tepi Barat dan tetap aktif mengontrol kamp-kamp pengungsi Palestina. Dengan kata lain, posisi HAMAS sangat dominan dan mayoritas berdasarkan pemilihan dari 2006. Tapi apakah hal tersebut menyimpulkan bahwa mereka mewakili mayoritas masyrakat di Palestina? Atau pertanyaannya kita rubah, bila PDIP yang menjadi Partai Pemenang Pemilu di tahun 2019, apakah dengan demikian segala bentuk dan tindakan yang dilakukan oleh PDIP saat ini, telah menjadi perwujudan dan perwakilan Bangsa Indonesia secara mayoritas?

·        APAKAH TUHAN MENYUKAI PEPERANGAN ?

Mata ganti mata, gigi ganti gigi atau lex talionis. Asas ini sudah dipakai dalam hukum Babilonia (seperti dalam undang-undang Hammurabi pada tahun 1780 SM). Lex talionis adalah asas bahwa orang yang sudah melukai orang lain mesti diganjar dengan luka yang sama, atau menurut interpretasi lain korban mesti menerima ganti rugi (biasanya keuangan) yang setimpal [1]. Dengan demikian ini tidak dimaksudkan dan tidak boleh ditafsirkan secara kaku atau hurufiah sehingga bisa disebut sebagai hukum balas dendam dengan sanksi yang persis sama, yang terkesan biadab karena melegalkan aksi kekerasan yang mengerikan. Sebaliknya ini bisa dilihat sebagai hukum restitusi dalam pengertian modern. Misalnya, menabrak seekor induk ayam dan ayam itu mati maka si penabrak diganjar hukuman ganti rugi 100 ribu rupiah. Itulah makna hukum restitusi (kompensasi atau ganti rugi yang setimpal, bdk. Keluaran 21:26-27). Dalam masyarakat Yahudi Perjanjian Lama, asas lex talionis menjadi pedoman atau kriteria yang disepakati bersama dalam menjatuhkan sanksi hukum, khususnya oleh aparat hukum. Alih-alih memprovokasi aksi balas dendam, asas ini justru berfungsi sebagai kontrol atas kemungkinan tindakan balas dendam dengan aksi yang berlebihan atau brutal[2].

Dengan kata lain sebagai Bangsa Yahudi yang mayoritas merupakan agama Yahudi dan menjadi penduduk di Israel. Asas lex talionis jelas sangat dipakai dan dihidupi oleh tatanan dan aturan masyarakat disana.

Sedang dalam Alkitab kita sebagai orang Kristen, istilah mata ganti mata (עין תחת עין, ayin tachat ayin) dapat ditemui dalam Perjanjian Lama, seperti dalam kitab Imamat 24:19-21, Keluaran 21:22-25, dan Ulangan 19:16-21. Namun, Yesus dalam Matius 5:39 mengatakan ” Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat untukmu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga untuknya pipi kirimu.” Ucapan Yesus ini bukan sekadar kalimat antithesis yang biasa, tetapi bermakna. Ada nuansa provokasi namun bersifat positif, kamu harus melakukan lebih. Itulah hakikat hukum kasih.

Inilah hal yang menarik dan luar biasa ketika berbicara mengenai keadilan Tuhan dan ajaran juga teladan hidup dari Yesus Kristus mengenai kasih. Apa dasarnya kita harus melakukan lebih dari sekadar menuntut hal yang setara atau ganti rugi yang seimbang? Jawabnya adalah kasih Bapa. Allah Bapa kita tidak pernah membedakan orang, keadilan diberlakukan dengan cara dan ukuran yang sama bagi setiap orang dari segala waktu. Mirip dengan prinsip keadilan distributif (distributive justice) dalam pengertian manusia modern. Seseorang dikasihi bukan karena ia orang baik atau telah berjasa. Sekalipun faktanya orang itu menyebalkan dan telah bertindak ceroboh, ia tetap dikasihi Allah. Kata-kata kiasan yang digunakan Yesus sangat baik, seperti Allah yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:45). Siapakah yang dimaksud orang baik dan orang benar itu? Mereka adalah orang saleh (blameless), jujur (upright, dalam bahasa Ibr: Yassar, Ind: tulus, polos, terus terang, sebenarnya/sesungguhnya dan lurus), takut akan Allah (the feared of God), menjauhi kejahatan. Dalam pergaulan umum, biasanya mereka inilah yang kita sebut pantas menerima kebaikan sebagai upah perbuatan mereka. Tetapi Yesus mengatakan, bukan hanya mereka tapi juga yang tidak seperti mereka pantas menerima kasih atau kebaikan.

·        JADI SIAPA YANG KITA BELA?

Ketika orang Kristen melihat masalah Israel/Palestina yang rumit, kita rupanya mengabaikan sebuah komunitas yang mencari dukungan kita dan penggalangan iman. Selama ini kita bernafsu mendukung kehidupan dan masa depan Israel, namun dengan melakukan hal itu, kita telah mengabaikan gereja purba Kristus di kota-kota tempat di mana Dia lagir, menghabiskan masa kecilNya, dan melakukan pelayananNya.

Lebih buruk lagi , orang Kristen di Israel/Palestina sedang menderita. Terutama di Tepi Barat dan Gaza (juga di berbagai tempat) mereka didiskrimansi, ditindas, dan ditawan di dalam negeri mereka sendiri.

Empat tahun setelah pelarian kami dari Lydda, saya mendedikasikan diri saya untuk melayani Yesus Kristus. Seperti saya dan teman-teman pengungsi saya, Yesus telah hidup dalam keadaan yang sengsara, kerap kali hanya dengan berbantal batu. Mereka menyiksa dan membunuh Dia di Yerusalem, hanya 15 km dari Ramallah, tempat tinggal saya yang baru. Dia adalah korban penghinaan yang mengerikan. Namun, Yesus berdoa untuk semua orang yang merencanakan kematianNya, “Bapa, ampunilah mereka....” Dapatkah saya melakukan hal itu? (Audeh Rantisi, Ramallah)[3]

Jika ada sebuah pasal Alkitab yang menjadi sangat penting bagi pengalaman orang Kristen Palestina, itulah kisah Ahab dan kebun anggur Nabot yang tertulis dalam 1 Raja-Raja 21. Pasal ini sangat penting karena menunjukkan ketidakadilan yang terdalam: pencurian tanah. Alasan-alasan Israel tentang keamanan nasional, kelayakan dan tempat tinggal utama semuanya diperbandingkan dengan gambaran Ahab yang mencuri kebun anggur Nabot. Batu ujian alkitabiah ini melekat di hati orang Palestina.

Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihanilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir, Akulah Tuhan, Allahmu. – Im 19:33-34

Menarik dengan apa yang disampaikan J.B. Banawiratma dalam kata pengantarnya dalam buku yang berjudul Gereja dan Penegakan HAM. Bahwa, Yesus hadir di tengah-tengah orang-orang yang menjerit merindukan bela rasa dan keadilan Allah. Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Allah Yesus, adalah Allah yang penuh bela rasa terhadap yang tertindas. Vox victimarum cox Dei, jeritan para korban menggemakan suara Allah yang memanggil.

Para korban menyuarakan Allah. Allah diwakili oleh para korban. Perbuatan bagi dan bersama para korban merupakan perbuatan bersama dan bagi Allah. Allah hadir dalam kesetiakawanan itu. Di luar kesetiakawan itu yang hadir adalah Anti-Allah. Selayaknya extra ecxlesiam nulla salus (diluar Gereja tidak ada keselamatan) diganti dengan extra siladirtatem victamarum nulla salus, diluar kesetiakawanan terhadap para korban tidak ada keselamatan. Perjuangan untuk hak asasi manusia seharusnya mengarah kepada mereka yang menjerit karena menjadi korban ketidakadilan, sebagaimana dilakukan oleh orang Samaria dalam Injil Lukas.

Apa yang kamu simpulkan, dan apa yang saya simpulkan tidaklah penting. Ini hanyalah refleksi untuk kita renungkan dan lihat kembali dari hati terdalam. Sebab mereka yang tertindas tidak hanya di Israel/Palestina. Tapi juga ada diantaramu.

(Aron Ginting Manik – 0853-7236-3155)



[1] Pasachoff, Naomi E.; Littman, Robert J. (2005). A concise history of the Jewish people. Rowman & Littlefield. hlm. 64.

[2] Kaiser, Jr., Walter C. (2003). Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama, Literatur Saat, hlm. 77-79.

[3] Gary M Burge – Whose Land, Whose Promise? (2003)

Komentar