KEMARILAH, KITA MAKNAI DAN NIKMATI SUKACITA NATAL! (MATIUS 2:19-23)

 


Dalam setiap Gereja, banyak sekali persoalan tentang kurangnya partisipasi kehadiran kaum Bapak untuk beribadah. Menariknya, dalam berbagai urusan dengan risiko besar; setiap lelaki di didik untuk melakukannya dan bahkan berada di garda terdepan, terlebih bila hal ini mencakup soal keluarga. Maka, kaum Bapak harus mampu melindungi keluarganya. Pertanyaan yang menjadi menarik, adalah apakah urusan ibadah merupakan urusan BESAR atau kecil? Mengapa justru sering kali yang terlihat, lebih banyak perempuan ketimbang lelaki dan kaum bapak? Ah, saya berharap kalau ini tidak terjadi pada Gereja-Gereja di tempat saudara beribadah.

Saya teringat beberapa kisah natal, khususnya saat Malaikat bicara pada seorang Yusuf. Tampaknya seluruhnya memperlihatkan bahwa Yusuf mendapati rencana Allah justru ketika ia tidur dan bermimpi. Mungkin ini juga menjadi alasan, ada banyaknya Kaum Bapak sering mengantar keluarganya ke Gereja lalu tertidur di saat hari Minggu. Mereka sedang mencari rencana Allah dalam tempat tidurnya bukan dalam Gereja. Ah, tapi itu hanya di beberapa Gereja orang lain, bukan Gereja kita kan? Kalau terjadi pada Gereja kita, sampaikan renungan ini pada Kaum Bapak ya!

Ada satu kisah yang menarik, pernah saya dengar tentang seorang Bapak memilih untuk tidak Gereja. Katanya ia tidak ingin beribadah karena melihat Gereja sebagai tempat yang penuh kemunafikan. Ada banyak sekali pelayan, pengurus Gereja atau Majelis Gerejanya yang tidak melakukan hal-hal seperti yang tidak disampaikan. Akhirnya ia memilih di dalam rumah. Karena kala itu, salju telah memenuhi desanya. Ia memilih memasang api dan duduk santai dekat perapian dan menikmati kehangatan. Sampai akhirnya, ia mendengar suara dentuman dari jendela tempat dia sedang duduk bersantai. Untungnya, Bapak itu tidak seorang yang mempercayai kuasa Roh Kudus. Sehingga dia tidak berdoa dan menengking untuk mengeluarkan Roh Jahat yang mengganggu waktu santainya. Sebaliknya, dirinya yang keluar 😊 Bukan karena dirinya jelmaan Roh Jahat ya; ia keluar melihat penyebab suara dentuman tersebut dan menemukan seekor burung ingin masuk dan menikmati kehangatan yang sama sepertinya. Lalu, ia berusaha untuk menangkap burung itu dan membawanya kerumah, agar tidak mati kedinginan. Tetapi burung itu tidak mau, ia memilih menghindar dari tangkapan Bapak itu.

Bapak itu, mencoba kembali dengan memancing burung tersebut memakai remah remah roti, menaburkannya sampai ke pintu rumah. Berharap, dengan demikian burung itu dapat masuk ke rumah dan menikmati kehangatan. Tapi, apa yang terjadi? Burung tersebut, tetap saja tidak ingin masuk rumah dan ketakutan melihat Bapak itu. Ia akhirnya merenung, berharap mampu menjelaskan kebaikannya pada seekor burung dengan menjadi seekor burung yang sama. Tapi hal itu tidak mungkin baginya.

Seketika lonceng Gereja berbunyi, menandakan bahwa Gereja akan memulai kebaktian. Lalu, akhirnya ia menyadari sesuatu dan memilih pergi ke sana. Ia mengerti bahwa Tuhan telah menjadi manusia, agar manusia mengerti dan memahami RENCANA-NYA untuk menyelamatkan dirinya. Persis seperti keinginannya saat ingin menyelamatkan burung itu.

Jadi, bagaimana kita memahami seluruh kisah natal yang mungkin beberapa kali telah kita dengar di bulan ini? Apa yang kita pahami dan mengerti?

Sejak SMA, saya telah menjadi seorang Guru Sekolah Minggu. Setiap kali natal, saya sering melihat dan bahkan mengalami sebagai seorang anak yang melakukan pembacaan ayat alkitab. Sering saya melihat bagaimana orangtua tertawa dan sukacita dalam melihat anak-anak yang melakukan kesalahan dalam pembacaan ayat alkitab dan lupa saat disuruh mengungkapkan ayat alkitab yang disuruh di hafal oleh Guru-Guru Sekolah Minggu. Tidak ada di antara mereka yang dimarahi dan membuat suasana natal menjadi tidak kondusif. Agak berbeda dengan natal-natal yang terjebak pada perayaan, kemegahan dan penuh sayembara. Natal anak-anak tidak kehilangan makna, karena ada penerimaan dan pengampunan di dalamnya.

Sebab demikianlah Natal, ini bukan hanya tentang Tuhan yang memberikan dirinya untuk menjadi sama seperti manusia untuk menjadi jalan dan kebenaran bagi Manusia. Tapi ini, tentang kisah seorang Yusuf pula. Seorang yang menerima rencana Tuhan dalam diri Maria yang telah hamil lebih dahulu oleh karunia Tuhan, saat mereka masih bertunangan. Ini tentang seorang Yusuf dalam kerendahan hatinya menerima dan setia dalam rancangan Tuhan membawa Maria dan Yesus menuju Betlehem, kemudian ke Nazaret.

Saya tidak mengerti, bagaimana dengan situasi sekarang. Tapi yang saya tahu, saya punya orangtua yang menerima anaknya dalam kemenangan, bahkan dalam kegagalan sekalipun. Saya punya orangtua, yang menerima anaknya dalam kesalahan sekalipun. Demikian pula, Tuhan yang menerima kita kembali dan bahkan menunjukkan rencanaNya dalam kelahiranNya menjadi seorang manusia, lalu menebus dan menyelamatkan manusia. Inilah sukacita Natal itu! Inilah makna Natal itu! Maukah kita membagikannya dan membawa keluarga kita pada sukacita dan pemaknaan itu? Lihat, ada rencana Tuhan yang baik bagi kita!

"Natal sering kali terjebak pada perayaan, tidak lagi pada pemaknaan. Natal sering terjebak pada kebesaran dan kemegahan tetapi, tidak lagi kebenaran" - Pdt Bigman Sirait



Komentar