NATAL MEMBAWA PENGHARAPAN - REFLEKSI DARI KISAH ORANG MAJUS

 


Mengkhawatirkan hari esok tentulah, sangat manusiawi. Tak seorang pun diantara kita yang tidak memiliki kekhawatiran. Karena kekhawatiran juga menjaga kita untuk melangkah. Perasaan itulah yang membuat kita lebih berhati-hati. Selayaknya angka kecelakaan lalu lintas yang justru lebih banyak terjadi ketika di jalan lurus ketimbang di jalan yang berkelok.

Salah satu hal yang sering tidak dibicarakan dalam banyak perayaan natal adalah Orang-Orang Majus dan persembahannya kepada Yesus. Menarik, bila kita melihat hal ini lebih dalam. Apakah mereka benar-benar hanya mempersembahkan hal-hal yang bersifat materi kepada Yesus? Bukankah mereka disuruh untuk menemukan Yesus untuk dibunuh?

Perlu diketahui, kehidupan orang Yahudi sebelum kedatangan Yesus juga penuh kekhawatiran, bahkan sampai menghancurkan mental dan rohani mereka. Termasuk membuat kecurigaan timbul dalam diri orang Yahudi. Karena itu, banyak orang Israel yang bersuku dan beragama Yahudi sampai sekarang tidak mengakui bahwa Yesus adalah MESIAS. Sampai detik ini, mereka masih menantikan kehadiran Mesias.

Kalau begitu, pertanyaan yang menjadi menarik tentu datang untuk orang Kristen. Apakah orang Kristen mempercayai bahwa Yesus yang telah lahir di dunia juga Mesias bagi kehidupannya?

Mesias adalah orang dipilih atau diurapi dalam bahasa Yunani. Kata Mesias diambil dari bahasa Aram mesyiha, yaitu dialek dari bahasa Ibrani masyiah, yang berarti ‘yang diurapi’. Kata Aram mesyiha sama dengan bahasa Ibrani hamasyiah, yang dua-duanya merujuk pada raja yang berkuasa di Kerajaan Israel Raya, terutama yang berasal dari dinasti Daud.

Di Perjanjian Lama Alkitab agama Kristen, ada kalanya istilah Mesias juga digunakan terhadap raja Yehuda dan Israel (Kerajaan Utara), yang sedang memerintah. Adapun juga untuk raja di luar Yehuda dan Israel (Utara) kata mesias ini dipergunakan, seperti raja Persia, yang membawa Yehuda keluar dari pembuangan Babel, yang bernama Koresy atau Cyrus (Yes. 45: 1; Dan. 9: 25) dan perna pula dipergunakan untuk seorang Imam Besar dalam Imamat 4: 3, 5, umpamanya.





Lambat laun, kemudian hari istirahat mesias ini digunakan untuk Raja Keselamatan yang akan datang, sebagai pengharapan bangsa Israel, yang sering dikumandangkan oleh para nabi dan raja yang dinanti-natikan tersebut diberitakan dan dinubuatkan sebagai keturunan Raja Daud (David), yang telah dikumandangkan oleh Nabi Natan dalam 2 Samuel, terutama 2 Samuel 7: 1–17, di mana dalam ayat 16 dikatakan, “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, tahtamu akan kokoh selama-lamanya”.

Dikutip dari buku Pengharapan Mesias dalam Perjanjian Lama yang ditulis oleh Siahaan, S. M (2008: 4), penantian dan pengharapan bangsa Israel terhadap seorang Raja Keselamatan dapat dibaca dari nubuat/pemberitaan para nabi yang melayani di antara abad ke-9 hingga ke-5 SM. Pada masa itu, bangsa Israel telah mengena pemerintahan dan kekuasaan raja, sehingga para nabi selalu menggambarkan mesias yang dinantikan itu sebanding dengan raja yang berkuasa pada masa itu.

Dengan kata lain, bila seluruh pengertian dan informasi ini kita terima maka kekhawatiran bukanlah hal yang menguasai pikiran kita. Sebab, nyatanya kita justru menyerahkan seluruh kekhawatiran tersebut kepada SANG MESIAS. Penyerahan tersebut berupa harapan dan keyakinan akan hal itu akan atau bahkan telah terwujud sekalipun belum dilihat disebut sebagai iman.

Nah, bagaimana? Kita sampai pada tahapan yang mana? Khawatir? Berpengharapan atau telah sampai pada tahap MENGIMANI?

Akhir-akhir ini setiap dari kita terlalu sering terjebak pada analogi yang berusaha untuk menyelesaikan dan menuntaskan segala sesuatunya. Tentu ini tidak salah, namun bila ini yang akhirnya menguasai pikiran dan otak kita. Maka ini akan merusak mental dan kerohanian kita.

Adalah suatu kisah, seseorang pemuda mengalami kecelakaan yang parah dan membuat tangan kanannya harus diamputasi. Hal ini membuat dia sangat depresi, karena dia tidak bisa membayangkan seperti apa hidup dengan hanya tangan kiri saja. Selama di Rumah Sakit, dia mengutuki dirinya, atas semua yang telah dia lakukan sebelumnya. Sampai akhirnya dia bangkit dari tempat tidurnya dan berniat untuk bunuh diri. Mengingat saat itu tidak ada keluarga yang menemani, ia pun keluar jendela untuk melakukan aksi bunuh dirinya. Tetapi ketika dia melihat kebawah, ada banyak orang yang melihat lelaki dewasa yang tidak memiliki kedua tangan sedang menari-nari dan dikrumuni oleh banyak orang. Seketika itu pula, dia mengurungkan niatnya dan bersyukur atas apa yang masih dia miliki saat ini. Lalu dia turun, untuk menemui bapak itu dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Karena berkat bapak itu, dia tidak jadi untuk bunuh diri. Sesampainya dia dibawah, dia langsung mendekati bapak itu dan berkata,

“Terima kasih pak, kamu telah menyelamatkan nyawa saya. Tadi saya berniat untuk bunuh diri. Tetapi ketika saya melihat anda menari, saya bersyukur dan mengurungkan niat saya untuk bunuh diri”.

Seketika pula, si Bapak menjawab ;

“Maaf nak, kamu dan mereka semua ini sama saja. Kalian melihat saya seolah-olah saya sedang menari. Padahal ada sesuatu yang menyangkut di kantong belakang celana saya dan membuat saya merasa gatal. Jadi saya tidak sedang menari nak. Melainkan saya sedang berusaha untuk menghilangkan rasa gatal ini dengan melompat-lompat dan menggerakan kaki saya dengan lincah.”

Kisah ini menjadi cerminan dalam diri kita masing-masing. Dalam banyak hal, kita perlu untuk menyelesaikan masalah kita sendiri tanpa orang lain. Menyelesaikan masalahnya dengan melepaskan beban pikiran yang justru hanya menghambat dan menghalangi pandangan kita ke depan. Dengan meletakkannya kepada Tuhan dalam bentuk pengharapan dan meyakini bahwa DIALAH yang menyelesaikan segala sesuatunya. Ingatlah ini apa yang orang-orang Majus persembahkan tidak sekedar persembahan untuk sebuah penghormatan. Tapi mereka mempersembahkan diri secara penuh, sebab mereka juga memiliki kekhawatiran dan ketakutan. Karena mereka diutus untuk membunuh Yesus. Tapi mereka tidak melakukannya, justru orang-orang Majus itu mendapat kehidupan yang baru dan datangnya dari SANG MESIAS yaitu Yesus Kristus. Bagaimana dengan kita? Selamat natal.. Tuhan Yesus memberkati.

Salam Kasih, dari Aron Ginting Manik

(0853-7236-3155)

Komentar

Anonim mengatakan…
Bujur Pdt tetap semangat menginjil
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Selalu Semangat dalam memberitakan Firmannya