Siapkah Hatimu? Maleakhi 3:1-5

 


Minggu ini dinamai dengan sebutan Minggu Advent ke-2. Minggu kedua Adven menurut sumber yang saya baca, memiliki arti sebagai KESETIAAN dan CINTA. Pada minggu kedua ini lilin ungu kedua dinyalakan, mengingatkan kita untuk tetap setia mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Kita diwajibkan menyiapkan hati dan cinta demi menyambut kedatangan Kristus. Seperti halnya Yohanes Pembaptis yang memiliki kesetiaan dan cinta pada Allah, sampai pada akhir hayatnya, atau penulis Surat Petrus yang meminta jemaat saat itu tetap setia dalam iman dan perbuatannya sampai Allah hadir untuk kedua kalinya, atau juga seperti seorang Maleakhi yang menjadi tokoh utama dalam Minggu ini sebagai utusan yang mengingatkan bangsa Israel mempersiapkan dirinya akan kedatangan seorang Mesias. Tetapi sebelum lebih jauh membahas semua hal ini, saya teringat dengan sebuah lagu dari “Wences Laus Maria” yang liriknya demikian;

Mungkin kau selalu menduga
Diriku tak pernah memahamimu
Bahkan kau selalu curiga
Ada yang lain dan ku duakan cintamu

Jangan kau salah menilaiku
Dengan semua sikap diamku ini
Jauh di dalam lubuk hatiku
Terukir indah terukir indah namamu

Sayang...
Mengapa masih saja kau ragukan diriku
Ketulusan hatiku
Kupersembahkan hanya untukmu

Sayang...
Andaikan kau
dapat melihat hatiku
Kau akan menyadari
Betapa ku sangat mencintaimu

Akhir-akhir ini lagu ini sering sekali saya dengar, sampai akhirnya lagu ini menginspirasi saya untuk melihat teks dan bahan khotbah kita minggu ini. Sebab apabila kita memperhatikan teks yang kita miliki, Israel sepertinya sudah salah menilai, salah dalam melihat Allah. Hal ini dapat kehadiran Maleakhi dalam kisah ini. Nama Maleakhi berarti "utusanku"; nama ini mungkin menjadi singkatan dari "Malakhiah" yang artinya "utusan Tuhan". Dia adalah seorang Yahudi saleh yang tinggal di Yehuda masa pasca pembuangan. Sebagai utusan Tuhan ia menyuarakan agar umat menjaga kesetiaan kepada perjanjian (Mal. 2:4,5,8,10) dengan Tuhan. Hidup rohani umat menjadi mundur dan cenderung meninggalkan perjanjian kepada Tuhan ini disebabkan oleh adanya pengalaman pembuangan yang menyengsarakan mereka. Mereka merasa bahwa ketaatan kepada Tuhan tidak ada untungnya (Mal.3:14). Sikap hidup yang mundur itu adalah ibadah yang munafik dan tak bersungguh-sungguh (Mal 1:7-2:9), penyembahan berhala (Mal 2:10-12), perceraian (Mal 2:13-16), mencuri persepuluhan dan persembahan yang menjadi milik Allah (Mal 3:8-10) dan ditambah lagi para imam telah menjadi korup (Mal 1:6-2:9).

Maleakhi memperhadapkan para imam dan umat itu dengan panggilan kenabiannya agar bertobat dari dosa-dosa dan kemunafikan agama mereka sebelum Allah datang tiba-tiba dengan hukuman (Mal.3:1,2). Umat diajak untuk menyingkirkan semua rintangan ketidaktaatan yang menghalangi arus kemurahan dan berkat Allah, dan untuk kembali kepada Tuhan dan perjanjian-Nya dengan hati yang tulus dan taat. Sebab Tuhan tidak berubah akan tetap menjaga perjanjian-Nya terhadap umat Israel (Mal.3:6).

Bahkan hal ini juga tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada saat ini, dimana banyak orang beribadah hanya sekedar saja, tanpa mencari Allah, tanpa ingin memaknai setiap ibadahnya saja. Khotbah yang menjadi utama, liturgi diabaikan. Makanya tidak sedikit Mamre di kampung-kampung sana yang masuk Gereja ketika Khotbah sudah berlangsung, lalu keluar kembali ketika Doa Syafaat sudah dimulai. Seolah-olah beribadah merupakan alat untuk mencari kepuasan diri, bukan untuk mencari dan bertemu dengan Allah.  Mau sampai kapan?

Bagi beberapa Permata mungkin akan berkata, siapa suruh liturgi dan ibadahnya tidak pakai Praise dan Worship. Seolah-olah litani-litani yang kita bacakan selama ini bukan bagian dari Praise dan Worship. Seolah-olah nyanyian yang kita nyanyikan saat ini bukanlah menjadi nyanyian penyembahan kepada Allah. Jangan-jangan sewaktu belajar katekisasi, belum lulus pada hal-hal yang membicarakan ibadah di GBKP?  Walaupun secara pribadi, saya menyadari hal-hal ini juga sering menjadi alasan-alasan untuk beberapa Gereja yang takut bentuk Ibadah dan Litruginya disusun oleh pemudanya. Seperti halnya sering saya hadapi ketika masa kuliah, kami melakukan Tour Paskah ke beberapa Runggun seperti, Pondok Gede, Bekasi, Surabaya, Cijantung dan terakhir saya melakukannya sendiri tanpa team yang menemani di Bogor. Namun, saya hanya mengatakan kepada beberapa Gereja saat ini, “Mau sampai kapan Gereja tertutup dan membentengi diri pada perkembangan saat ini? Sebab sudah seharusnya Gereja menyentuh segala aspek seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. Jika Yesus saja menyentuh semua hal ini dalam pelayannya, mengapa Gereja saat ini memaksa untuk menutup mata pada perkembangan yang ada. Sampai akhirnya banyak pemuda yang lari hanya karena lebih merasakan ibadah diluar GBKP lebih mempertemukannya dengan Allah.

Namun, apakah hal yang selama ini kita lakukan di GBKP ini salah? Jawabanya tidak. Apakah ketika kita merubah bentuk-bentuk dalam ibadah tanpa memahami lebih jauh dari setiap makna, situasi dan kondisi dari Gereja kita sendiri itu adalah benar? Jawabanya juga tidak. Karena semuanya berdasarkan pada Anugerah. Hanya itu, bukan usaha, kreativitas ataupun kemampuan manusia. Jangan salah menilai Allah, tapi persiapkahlah hati kita untuk menerima Anugerah dari Allah.

Hal kedua yang bisa saya pelajari dalam kisah Maleakhi ini juga adalah, ketika kita sama-sama berfikir dan mengambil diri untuk berada pada posisi Israel. Manusia tidak? Ketika kita kecewa, meragukan, dan bimbang pada Allah. Ibarat lagu tadi, kekasihnya tadi justru malah sering diam, Mamrenya lebih senang keluar Rumah, misalnya. Wajar tidak ada rasa curiga? Wajar. Demikian juga bangsa Israel, dia merasa bimbang denga Allah. Jangan-jangan kami ini bukan lagi menjadi bangsa pilihan. Karena yang didapatkan bangsa Israel sering kali kesusahan. Setelah bebas dari Mesir, dijajah kembali oleh orang Babilonia, kemudian dijajah lagi oleh bangsa Roma. Wajar jika Bangsa Israel sudah mulai kehilangan harapannya. Namun ingatlah akan satu hal dalam masa advent ini, “YESUS DATANG BUKAN DENGAN SUATU DAFTAR BERISI HAL-HAL YANG HARUS ANDA LAKUKAN, TETAPI SUATU DAFTAR BERISI HAL-HAL YANG SUDAH DAN AKAN IA LAKUKAN. YESUS MENGANGKAT SETIAP BEBAN; IA TIDAK AKAN MENAMBAHKANNYA.”

Hal ini menjadi kesaksian saya pribadi, akhir-akhir ini kepala saya pusing sebelah bahkan tepat hari rabu kemarin tensi saya juga naik. Sampai pagi-pagi saya tidak bisa tidur karena memikirkan beberapa hal yang membuat saya kecewa, sedih dan marah. Saya berusaha untuk tidur saja, tidak bisa-bisa. Sampai akhirnya di kamar saya yang begitu gelap, ketika saya menutup mata, saya merasakan cahaya yang menyilaukan mata saya. Kemudian saya buka mata saya, mungkin pagi sudah datang pikir saya. Tapi cahaya memang hanya sedikit masuk dalam kamar saya, kecuali kedua pintu saya bukan. Lalu saya tutup kembali, dan nyatanya memang masih sangat menyilaukan. Terakhir, saya menyerah dan mengatakan “Aku capek, aku lelah, terserahMu sekarang Tuhan. Aku ingin tidur”. Lalu saya tertidur dengan pulas. Saya bercerita dengan beberapa orang dan mendapatkan satu kesimpula yang baik. Bahwa memang ada masa dimana kita harus menyerahkan sesuatu yang merupakan bagian Tuhan untuk bekerja, karena kemampuan manusia hanya terbatas. Dia mengerti dan merasakan apa yang kita rasakan. Karena diapun pernah menjadi manusia. Lalu mengapa kita selalu memaksakan diri untuk berusaha dengan kemampuan kita yang terbatas. Atau malah bimbang dan tidak lagi memiliki pengharapan kepada Allah seperti bangsa Israel dalam kitab Maleakhi ini. Jangan salah menilai Allah, tapi persiapkahlah hati kita untuk menerima Anugerah dari Allah

Hal ketiga yang mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk kita, pada ayat ke-2 “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?”. Jawaban memang tidak satupun manusia yang mampu berdiri diatas kekuatannya untuk menerima setiap proses yang didapati manusia. Sebab pastilah musuh-musuh (bd.1 Petrus 5:8) terus berusaha agar kita menjadi lemah, oleh karena itu kita harus saling mendukung, khususnya saling mendukung dalam doa (Bd.Yakobus 5:16). Kita membutuhkan persekutuan ini untuk saling mendukung satu dengan yang lainnya. Tanpa persekutuan yang saling membangun maka kita juga akan bisa melemah. Namun karena ada didalam persekutuan yang saling memberikan hal-hal yang positif, maka kita bisa bangkit kembali tanpa meragukan Allah sedikitpun. Karena itu Allah mengirimkan Maleakhi ke bangsa Israel untuk membagikan semangat-semangat yang baru dalam masa penantian datangnya Mesias.

Tidak sedikit yang mungkin pernah merasakan atau memiliki cerita seperti saya, yang merasa sangat sedih memiliki keluarga yang saya miliki sekarang, atau misalnya marah pada Tuhan mengizinkan saya hidup bersama keluarga saya yang kurang harmonisnya. Tapi itu dulu, bukan lagi sekarang. Sebab ketika saya pulang ke rumah saya kala itu, dimana saya merasa terjatuh. Ternyata saya memiliki keluarga yang memberikan semangat yang baru, energi postif bahkan banyak sekali pembelajaran bisa saya dapatkan. Bahkan sampai detik ini, mereka selalu bertanya, “Bagaimana nakku, apakah kam sudah mulai bisa menerima dan menjalani hari-harindu sekarang ini?”. Hal yang saya ingin sampaikan adalah, berhentilah untuk selalu berfikir sendiri. Berhentilah untuk selalu merasa bahwa orang lain tidak dapat membantumu. Izinkanlah mereka untuk membantu, menopang dan memberikan semangat untukmu. Baik orang tua kepada anak, atau sebaliknya, Baik seorang suami kepada istri, atau sebaliknya. Karena Allah selalu mengirimkan hal-hal yang baik untukmu. Allah tidak akan membiarkanmu sendiri, Jangan salah menilai Allah, tapi persiapkanlah hati kita untuk menerima Anugerah dari Allah.

Komentar