SEDANG SIBUKNYA ANAKKU TADI? (Refleksi di Pusat Pelayanan Orangtua Sejahtera)

 


“Sedang sibukknya anakku tadi?”, kira kira pertanyaan inilah yang sampai kepadaku. Ketika aku sedang melayani dalam proses magang Vikaris di GBKP, tepatnya di Pusat Pelayanan Orangtua Sejahtera (PPOS). Pertanyaan ini begitu haru untukku, dan membuatku meneteskan air mata.

Ini bukan tentang anak-anak yang menghantarkan orangtuanya ke PPOS. Sebab, bagi orangtua yang berjumlah kurang lebih 32 orang, PPOS adalah Surga. Bahkan, hampir setiap harinya diantara mereka bersyukur ketika ditempatkan di PPOS. Seperti kata Nini Karo yang kami sebut sebagai “KARO VETERAN” yang mengatakan bahwa GBKP sangat mencintai dan menyayangi mereka. Bahkan Bulang BIAK NAMPE mengatakan hal serupa, bahwa PPOS adalah surga bagi mereka. Sebab, di antara mereka memiliki anak yang tidak pernah mengunjunginya sama sekali. Bahkan mereka juga mengerti bahwa beberapa keluarga di antara mereka tidak memberikan bayaran penuh kepada PPOS dan bahkan ada pula yang tidak sama sekali membayar karena kehilangan kontak dengan keluarga mereka. Tetapi GBKP melalui Unit PPOS tetap melayani dan menjaga mereka. Tanpa melihat denominasi dan agama, GBKP berkarya dan berguna bagi Orangtua.

Pertanyaan yang membuatku haru, muncul ketika kami sedang duduk berdua dengan salah satu orangtua yang saya rahasiakan nama dan sebutannya. Saya mengatakan kepadanya, bahwa tadi aku bertemu dengan mamak dan bapakku. Ternyata aku rindu dengan Bapak dan Mamakku. Tapi, ceritaku tadi adalah kesalahan yang seharusnya tidak saya ulangi lagi. Sebab setelah cerita itu, orangtua itu berkata padaku, “Lagi, Sibuk ya anakku tadi? Kenapa dia tidak berkunjung kemari, sudah lama kulihat dia tidak berkunjung.” Seketika itu juga, aku meminta izin untuk meninggalkan percakapan kami dan pergi. Sebab, sontak air mataku terjatuh. Apakah sedemikian ini, kerinduan orangtua akan anaknya ketika dia sedang berjauhan.

Di mata Allah tidak pernah satu masa usia manusia adalah masa yang percuma, tidak berguna dll.  Seorang lansia bukan manusia yang cuma menunggu pemutusan hubungan kontrak hidup. Manusia lansia tetap berpotensi menjadi berkat melalui hikmat mereka, pengalaman hidup mereka, ketekunan doa-doa mereka dan tentu saja nasehat-nasehat mereka. Kita sah-sah saja menitipkan orang tua kita ke panti jompo, asalkan itu bagian dari penghormatan dan tanggung jawab kita oleh karena kita bukan ahlinya merawat manusia senja. Namun yang terjadi  pada umumnya, mereka dititipkan ke panti jompo karena anak tidak mau repot.

Padahal, seperti halnya dengan manusia lainnya. Para Lansia membutuhkan dukungan emosi. Mereka ingin dikasihi, merasa dibutuhkan dan diterima, serta dianggap berharga sebagai anggota keluarga.

Menyediakan kebutuhan orang-tua atau kakek-nenek kita mencakup lebih daripada sekadar memperhatikan kebutuhan materi mereka. Kita semua memiliki kebutuhan emosi. Setiap orang, termasuk para Lansia, ingin dikasihi, merasa dibutuhkan, dan diterima, serta dianggap berharga sebagai anggota keluarga.

Tentu hal ini, juga dapat saudara tanggapi. Sebab, tidak jarang orangtua selalu mengharapkan sesuatu yang melebihi kemampuan anak-anaknya. Ketika anaknya sibuk bekerja, mereka justru menginginkan anak-anaknya selalu ada. Pandangan ini tentu bisa diterima. Hal yang tidak dapat diterima, justru saat si anak tidak memberikan solusi apapun untuk itu.

Terlepas dari itu semua, ada salah satu lagu yang saya dengar dari GBKP Pontianak CHORALE yang rasa-rasanya sulit untuk saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia, karena membuat liriknya tidak lagi mendalam artinya. Lirik ini tertulis demikian

Lampas mbelin anakku

Lampas meteh mehuli

Dibata negu-negu geluh ndu

Mbelang perdalan pagi

melala man tatapen pepagi

 

Jaga pusuhndu anakku, jaga pusuhndu anakku

 

Nggeluh i doni enda nakku labo gegehta labo pentarta

Nggo kugejab kel ndube, nggo kuidah kel bage

maka tuhu melala kel si la bagi ukur ku

 

Anakku anakku begi bapa nande ndu

Ntah kuja gia pagi jabundu, subuk senang ntah mesera

 

Kami bapa ras nande ndu ertoto kerna kam,

Pekena-kena pusuhndu, pekena kinitekenndu

Adi ndube kel aku idahndu nge ngasupku tentu angkandu geluhta

 

Nuri-nuri nandendu nakku, nuri kata mehuli

Anjar sitik-sitik pekena manjar-anjar geluhndu anakku

 

Sepertinya, demikian doa orangtua pada setiap anak-anaknya yang mungkin sedang sibuk. Termasuk untuk saudara yang saat ini sedang berjauhan dengan orangtua, demikianlah doanya bagi saudara.

 

Komentar

Anonim mengatakan…
Bujur Pdt anak yg menitipkan ortunya di ppos sungguh sangat tega ya tanpa pernah berkunjung
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Benar, ketika kita menitipkan tanpa mengunjungi sama sekali. Secara tidak langsung kita membiarkan diri terpisah secara total dengan orangtua kita.