“MASIHKAH KITA; BERKARYA DAN BERGUNA BAGI ORANG LAIN ?” Refleksi 134 Tahun Injil Sampai Bagi Orang Karo


 

Berkarya dan berguna bagi orang lain menjadi sasaran pelayanan GBKP di tahun 2024. Sasaran yang direfleksikan dari pembacaan kitab Yesaya oleh Yesus dalam satu kesempatan di sinagoge menjadi konsep misi yang dibawa GBKP sebagai sasaran pelayanan tahun 2024. Konsep Misi berdasarkan Lukas 4:18-19 Dalam ayat ini dengan jelas sekali diketahui tentang misi universal Allah yang dikerjakan oleh Yesus.  "Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Ia telah mengurapi Aku untuk memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang miskin. Ia mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada para tawanan, dan pemulihan penglihatan kepada orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, dan untuk mengabarkan bahwa tahun rahmat Tuhan sudah datang." Misi ini juga yang dikerjakan oleh gereja, melakukan pembebasan, menegakkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan.

Tentu, dalam mewujud nyatakan hal sasaran tersebut; Gereja tidak hanya sekedar memberikan konsep dan pernyataan retorika layaknya para kandidat kepala daerah kepada masyarakat untuk dipilih dan kemudian dilupakan. Lebih dari sekedar pernyataan retorika, Gereja harus memiliki kesadaran baru yang timbul sebagai reaksi, atas pengalaman dimarjinalkan sebagian besar masyarakat di Indonesia maupun dunia. Kesadaran yang menumbuhkan niatan dan aksi untuk memperbaiki keadaan kaum yang dimarjinalkan secara ekonomi, budaya, sosial dan politik.

Kehadiran dan  peran  Gereja  ini  hendak  menyatakan  keikutsertaan  gereja  untuk  membebaskan mereka  dari  keadaan  yang  ada.  Kehadiran  dan  peran  gereja  dalam  rangka  ikut menggumuli apa yang digumuli olah dunia. Dengan demikian lewat kehadiran dan peran nyata  gereja  “Kerajaan  Allah”  menjadi  suasana  nyata  bagi dunia  dan  manusia. Gereja ditantang untuk secara lebih sungguh-sungguh lagi dalam menghadapi soal-soal  kemasyarakatan , prihatin  terhadapnya,  serta  solider  dengan  mereka  dan menderita. Tantangan ini memanggil gereja untuk hadir dalam dunia membawa tanda-tanda Kerajaan Allah yaitu : kasih, keadilan, perdamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia yang mengalami penderitaan dalam dunia.

Belajar sejak 134 Tahun lalu, ketika H.C. Kyurt sampai di Buluh Awar tepatnya 18 April 1890. Seperti kita ketahui bersama, Mr. J.T. Cremer, kepala administrasi Deli Mij, mengumpulkan dana sebanyak f. 30.000,- pertahun, sebagai biaya “penjinakan” orang Karo dengan cara kristenisasi. Cremer berpendapat bahwa jalan satu-satunya untuk mengamankan perkebunan mereka adalah dengan melembutkan hati orang Karo dengan cara pemberitaan Injil. Kemudian Cremer mengadakan perjanjian dengan Nederlandsche Zending Genoothchac (NZG), sebuah zending yang ada di Negara Belanda untuk mengirim tenaga-tenaga Pekabar Injil ke Deli.

Tujuan Cremer untuk “menjinakan” ini menjadi pergumulan besar dalam hidup seorang H.C. Kyurt. Tidak seperti utusan belanda lainnya, yang menggunakan penginjilan berbasis kolonial dengan memberikan berbagai macam upaya untuk penenangan kepada masyarakat untuk tetap menerima kenyataan mereka sebagai kelompok terjajah dan menderita. Bahkan tradisi ini tanpa disadari, masih hidup dan terus tumbuh dalam diri-diri Gereja yang tidak ingin mewujud nyatakan misi Allah dan terjebak dalam kenyamanannya sampai sekarang.

H.C. Kyurt mulai pelayanannya dengan bercakap-cakap bersama penduduk desa mulai dengan bahasa melayu dan membuka poliklinik dirumahnya. Orang-orang segera berdatangan kerumahnya meminta obat dan ada yang hanya ingin tahu. Dengan itu Kruyt juga segera mahir berbahasa karo dan menjalin persahabatan dengan penduduk. Kedekatan ini yang akhirnya membuat H.C. Kyurt mewariskan berbagai macam catatan bagi para penginjil Minahasa dan penginjil lainnya yang ditugaskan untuk melayani di Buluh Awar di hari kemudian; seperti J.K Wijngaarden dan M. Joustra.

Tentu, banyak yang menganggap H.C. Kyurt tidak berhasil melakukan pelayanan di Buluh Awar. Sebab, dari sisi Cremer; masih banyak masyarakat yang mengganggu bisnisnya. Bahkan dari sisi berbeda, tidak seorangpun yang dibaptis saat masa pelayanannya. Karena itu, beberapa cerita “Konspirasi” dengan data serta kebenarannya layak untuk ditelusuri lebih lanjut menyebutkan; H.C. Kyurt sejatinya tidak ingin mengakhiri pelayanannya di tahun 1892. Tetapi ia justru “dicampakkan” karena dianggap tidak berhasil oleh Cremer sebagai penyokong dana pelayanan NZG bagi Buluh Awar. Lalu diperhalus dengan istilah dirinya ingin melanjutkan sekolah kembali.

Terlepas dari kebenaran sejarah tersebut, pertanyaan penting saat ini adalah “Apakah Gereja masih menyampaikan misi Allah atau berusaha dan beranggapan bahwa Gereja mampu mewujud nyatakan misi Allah itu?”. Pertanyaan ini menjadi pergumulan besar bagi saya pribadi sebagai seorang yang mendedikasikan diri sebagai pelayanNya. Pertanyaan seperti; mungkinkah saya mampu mewujud nyatakannya atau Allah sendiri yang mewujud nyatakan misiNya dengan segala bentuk caraNya? Secara pribadi, saya senang dengan pergumulan ini untuk menjadikan diri sebagai seorang yang tidak ambisius dan idealis. Walaupun, sering pula pertanyaan itu dijadikan sebagai alasan Gereja untuk tidak berbuat apapun dalam kehadirannya di tengah-tengah masyarakat yang dimarjinalkan.

(Kembali) Berbicara  tentang  gereja  tentu  saja  tidaklah  hanya  menunjuk  pada  sifat kelembagaannya  semata,  melainkan  juga  menunjuk  pada  persekutuan  orang  percaya yang  dipanggil  dan  diutus  untuk  melaksanakan  misi  Allah  di  tengah  dunia.  Dengan demikian gereja harus menyadari ikut serta dalam misi Allah adalah tujuan kehadirannya di dalam dunia.Selain itu, kemisionerannya merupakan keterpanggilannya di dalam ikut menggumuli apa yang menjadi pergumulan dunia sebagai suatu realitas. Sehingga gereja menjadi  salah  satu  sarana  perwujudan misi  Allah,  agar  lewat  kehadiran  gereja  dunia mengenal Allah yang bermisi. Mendirikan "tanda-tanda” Kerajaan Allah atas dunia adalah misiAllah.  Kerajaan  Allah  menurut  Varkuyl  yang  dlkulip  Erarl  Ph[1]  ialah: Kerajaan Allah adalah konteks di dalamnya gereja hadir dan melayani .... Kehadirannya gereja  dalam  konteks  Kerajaan  Allah  itu,  menuntut  sikap profetis,  yakni  sikap  yang dengan setia menjalankan pesan-pesan profetis ke dalam masyarakat, sehingga fungsi gereja sebagai garam dan terang, dapat lebih berfungsi secara baik dan efektif.

Sehingga Gereja membawa pengharapan gereja membawa  pengharapan  pembaharuan  dan  perubahan yang menghidupkan mereka yang tertekan, tertindas, putus harapan karena beban hidup yang berat ditengah-tengah dunia ini. Di Gereja sering umat kurang menyadari bahwa antara  pewartaan  Injil  dan  penegakkan  keadilan  terdapat  suatu  hubungan  erat dan mendalam  yang  bersifat  timbal balik,  yang  satu  tidak  boleh  dipisahkan  dan  yang lain. Kabar  gembira harus  dinyatakan  dan  dijelmakan  dalam  perjuangan  demi  keadilan dan sebaiknya perjuangan itu membutuhkan terang Injil.

Jika demikian adanya maka bagaimanakah peran gereja untuk melepaskan mereka yang dimarjinalkan ? Maka jawabannya adalah sebagai berikut ;

1. Gereja Bertindak Selaku Pembebas.

Pembebasan merupakan inisiatif Allah bagi umat manusia yang berada di dalam penderitaan. Inisiatif Allah terlihat dengan jelas ketika mengutus Musa untuk menjadi alat-Nya melepaskan atau membebaskan umat Israel yang berada dalam penderitaan karena penindasan  dan  kerja  paksa  di  Mesir  (band  Keluaran  3:1-10).  Allah  memperhatikan segala penderitaan yang dialami oleh umat Israel. Ia tidak membiarkan mereka berada dalam penderitaan mengerikan itu. Tetapi oleh belas kasihan-Nya kepada mereka, Ia  bertindak  melalui  Musa  untuk  melepaskan  atau  membebaskan  mereka  dari tanah Mesir. Gereja juga dapat melakukan hal serupa dengan memperbaharui kegiatan-kegiatan diakonia yang bersifat menenangkan yakni seperti “memberikan makan”. Diperbaharui sampai pada tahap menunjukkan cara mencari makan dan mengorganisasikan mereka untuk bersama-sama mencari makannya dalam dampingan Gereja. Selayaknya Musa yang setia mendampingi bangsa Israel dan kemudian diteruskan oleh Yosua, tuk sampai di tanah perjanjian.

2. Gereja Sebagai Motivator

Dalam  kaitan  ini  geraja  berperan  di  dalam  membangkitkan,  menimbulkan menumbuhkan  semangat  hidup  dan  kerja  bagi  jemaat  yang  di  layaninya.  Gereja memainkan  peran  kenabiannya  dengan  tidak  hanya  berkata-kata  tentang  berkat  yang Allah  sediakan  bagi dunia  atau  misi  Allah  yang  mendatangkan  syaloom,  melainkan gereja  membangkitkan  semangat  baru  bagi  jemaatnya  di  dalam  bekerja.

Keterlibatan  gereja  dalam  kehidupan  jemaat  acapkali dirasakan  oleh masyarakat  sebagai  keterlibatan  dari  Iuar .  Apakah  keterlibatan  macam  ini  bisa mempengaruhi  kualitas  kehidupan  jemaat?  Apakah  berbagai  macam  pelayanan gereja yang diwujudkan dalam bentuk seperti: penyediaan lembaga-Iembaga pendidikan yang baik,  pusat  latihan  kerja  dan  Iain  sebagainya  dengan  maksud  membantu  menciptakan lingkungan  sosial  yang  memungkinkan  pertumbuhan yang  sehat -cukup  besar pengaruhnya terhadap pembentukan kualitas hidup dari jemaat? Semakin gereja mampu menanam  pengaruh  dari dalam,  yakni  dari  daya  hidup  jemaat,  semakin  besar kemungkinan  mempengaruhi  kualitas  hidup  dari  jemaat.  ini  berarti  gereja  lewat pelayanannya  kepada  jemaat  harus  berani  menggarap  unsur  terdalam  dari  manusia-manusianya, nilai-nilai  hidup,  pola  berpikir,  motivasi  dasar  serta  kecenderungan- kecenderungan Iain yang bisa menjadi faktor pendorong ke arah kemajuan atau sebaliknya bisa menjadi penghambat kemajuan. Kegiatan-kegiatan inovatif jemaat, ketrampilan teknik yang Iebih maju, semangat untuk  maju,  keuletan  dan berani  mengambil  risiko ,  kemampuan  melihat  jauh  kedepan serta  hal-haI  positif  Iain  yang  bersifat  mendorong  ke arah  pengembangan  jemaat khususnya yang menyangkut dimensi sosial merupakan hasil penggarapan unsur-unsur terdalam dari manusia. Dengan kata lain jemaat bisa dididik ke arah haI-haI yang bersifat positif.

3. Solidaritas Gereja Bagi Kaum yang Dimarjinalkan

Keberadaan  hidup  dari  Yesus  semasa  Ia ada  dan  berkarya  dalam  dunia menunjukkan  solidaritasnya  kepada  orang-orang  miskin  dan  tertindas.  Roh  Tuhan menghantar Yesus untuk hadir dan membawa kabar baik bagi umat Allah yang berada dalam penderitaan dan ketidakadilan olah karena struktur sosial yang tidak adil. Gereja tidak hanya merupakan jembatan antara Allah dan orang percaya tetapi juga  jembatan  antara  Allah  dan  dunia,  ini  berarti keselamatan  diberikan  Allah di dalam Kristus juga menjadi kabar baik bagi semua makhluk yang ada di dalam dunia ciptaan Tuhan Allah.

Yesus hadir menghancurkan sistem sosial kemasyarakatan yang ada  di  Nazareth  dengan  memberi  perhatian  khusus  kepada  mereka  yang  mengalami penderitaan  dan  ketidakadilan.  Perhatian  Yesus  menunjukkan  sifat kerendahan  bagi seorang hamba  yang  diutus  untuk  menyampaikan  kabar  baik.  Sifat  kerendahan  inilah yang  patut  dicerminkan  oleh  gereja.  Gereja  harus  merendahkan  diri  dan  peduli bagi masyarakat  yang  dimarjinalkan.  Gareja  hadir  bersama-sama  dengan  mereka merasakan penderitaannya. Dengan  demikian  gereja  telah  memberikan  kekuatan  bagi  mereka  yang menderita.  Kekuatan  yang  bersifat  mendampingi  dan  mendorong  menunjukkan  sikap solider dari gereja kepada yang dimarjinalkan.

Jadi, bagaimana? MASIHKAH KITA; BERKARYA DAN BERGUNA BAGI ORANG LAIN ?



[1] Erarl Karel Ph; Supaya Engkau Membuka Belenggu Kemiskinan, BPK Gunung Mulla Jakarta 1999

Komentar

ernalem bangun mengatakan…
Semoga bacaan ini menjadi motivasi itk berkarya dan berguna, khususnya bagi pengembangan GBKP
Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Amin, Terpujilah Tuhan