APAKAH INI SEKEDAR PENYIKSAAN? 2 Korintus 13:14


Penderitaan Yesus tidak hanya berbicara tentang penyiksaan yang selama ini kita sering pertontonkan dan ceritakan ke banyak orang. Bila kita hanya melihat itu sebagai penyiksaan, maka hal serupa juga pernah terjadi setelah zaman Yesus. Bahkan bila melihat sejarah, peristiwa itu tidak lama setelah penyaliban Yesus.

Nama sosok itu; Rabbi Akiva adalah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah Yahudi yang hidup pada abad ke-1 dan ke-2 Masehi. Dia lahir sekitar tahun 50 M dan meninggal pada tahun 135 M. Penyiksaan dan eksekusinya terjadi selama masa pemberontakan Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi (132-135 M).

Rabbi Akiva mendukung pemberontakan Bar Kokhba, yang dipimpin oleh Simon Bar Kokhba, dalam usaha melawan penindasan Romawi di Yudea. Pemberontakan ini terjadi setelah penghancuran Bait Suci Kedua oleh Romawi pada tahun 70 M, yang menyebabkan penderitaan besar bagi orang Yahudi. Rabbi Akiva percaya bahwa Bar Kokhba adalah Mesias yang akan membebaskan bangsa Yahudi dari kekuasaan Romawi.

Rabbi Akiva ditangkap oleh otoritas Romawi karena perannya dalam mendukung pemberontakan dan karena terus mengajarkan Taurat, meskipun ada larangan dari Romawi terhadap praktek keagamaan Yahudi. Dia dihukum mati dengan cara yang sangat brutal. Menurut tradisi Yahudi, Rabbi Akiva disiksa dengan sisir besi yang tajam yang digunakan untuk merobek dagingnya. Penyiksaan ini dilakukan di depan umum sebagai peringatan bagi orang lain yang mungkin menentang kekuasaan Romawi.

Selama penyiksaan, Rabbi Akiva menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dikatakan bahwa saat disiksa, dia melafalkan Shema Yisrael ("Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa"), sebuah doa utama dalam agama Yahudi. Ini menunjukkan dedikasinya kepada Tuhan sampai saat terakhir hidupnya.

Mari kita bandingkan dengan yang terjadi dengan Yesus;

Seperti kita ketahui, Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat lewat pengorbanannya di kayu salib. Ia ditangkap dan dieksekusi oleh otoritas Romawi sekitar tahun 30-33 M. Dia dituduh menghasut pemberontakan dan mengklaim dirinya sebagai Raja orang Yahudi, yang dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan Romawi dan stabilitas politik di Yudea. Yesus disalibkan, sebuah bentuk eksekusi yang sangat menyakitkan dan memalukan, dilakukan di depan umum untuk menakuti orang lain yang mungkin menentang kekuasaan Romawi.

Persamaan dalam Penyiksaan: “RABBI AKIVA DAN YESUS”

 

1.      Eksekusi Publik

Kedua tokoh ini dieksekusi di depan umum untuk memberi contoh dan menakut-nakuti orang lain yang mungkin memberontak melawan Romawi.

2.      Keberanian dalam Penderitaan

Yesus menunjukkan keberanian dan ketabahan saat disalibkan, sama seperti Rabbi Akiva yang menunjukkan keberanian saat disiksa dengan sisir besi.

3.      Alasan Penangkapan

Keduanya ditangkap karena dianggap sebagai ancaman oleh otoritas Romawi. Yesus dianggap menghasut pemberontakan dengan klaim keagamaan dan politiknya, sedangkan Rabbi Akiva dihukum karena mendukung pemberontakan Bar Kokhba dan mengajar Taurat.

Lalu bagaimana? Apakah kita menentukan dan melihat Tuhan lewat penyiksaan yang dialaminya saja ? Saya tidak mengerti berapa orang yang akan membaca tulisan ini sampai habis. Tapi ini penting, ini bukan sekedar tontonan akan penyiksaan yang amat sadis bagi seorang manusia.

Semua ini tentang Tuhan, yang mengerti setiap hal yang kita rasakan sebagai manusia. Tuhan yang mengenal dan mengetahui rasa sakit yang saat ini mungkin sedang kita alami. Dialah Tuhan yang dengan penuh cinta, bukan sekedar ikut dan pernah merasakan yang kita rasakan. Tapi juga menjadi korban untuk KARYA PENYELAMATAN bagi setiap kita manusia, yang rendah karena kerapuhan kita sebagai manusia. Busuk, karena setiap dosa dan kesalahan dari kita. Menjijikkan karena setiap hal yang kita lakukan sebagai manusia yang hina bagi sesama kita.

Dialah Yesus, Tuhan bagi setiap orang percaya dan beriman kepada-Nya. Maukah kita meletakkan semua hal kepada-Nya dan meyakini bahwa tangan-Nya yang penuh luka menggenggam tangan kita saat ingin terjatuh? Punggungnya yang tersiksa oleh cambuk, siap untuk menggendong kita saat kita lemah? Menemani setiap langkah kaki kita yang semakin tertatih menjalani kehidupan?

Ini bukan sekedar penyiksaan belaka, ini tentang CINTA yang paling romantis dari Tuhan untuk kita. Kamu tidak akan pernah dapat merasakan SAKIT dari orang lain, bila kamu tidak pernah merasakan SAKIT itu pula.

Referensi

·        "A History of the Jewish People" oleh H.H. Ben-Sasson.

·        "Rabbi Akiva: Sage of the Talmud" oleh Barry W. Holtz.

·        Talmud: "Berakhot 61b".

·        Jewish Virtual Library : Artikel tentang [Rabbi Akiva]

(https://www.jewishvirtuallibrary.org/akiva).

·        Chabad.org : Artikel tentang [Rabbi Akiva]

(https://www.chabad.org/library/article_cdo/aid/112374/jewish/Rabbi-Akiva.htm).

Komentar