SERIES KEPEMIMPINAN AGM #2 : Jangan Dirikan Rumah di Hamparan Sungai



Dalam dunia bisnis dan kepemimpinan, hubungan personal sering kali bagaikan pedang bermata dua. Mempekerjakan teman dekat mungkin tampak sebagai keputusan yang bijak karena mereka menawarkan kenyamanan dan kepercayaan awal. Namun, kenyamanan ini bisa menjadi jebakan yang berbahaya jika tidak ditangani dengan bijak. Seperti nasihat bijak, "Jangan dirikan rumah di hamparan sungai," karena fondasi yang rapuh akan menyebabkan rumah tersebut runtuh. Prinsip ini mengingatkan kita bahwa dalam memilih rekan kerja atau mitra bisnis, stabilitas, profesionalisme, dan integritas harus menjadi prioritas utama.

Terlalu mengandalkan teman dalam dunia profesional dapat merusak batas antara hubungan pribadi dan profesionalitas. Ketika kesalahan mereka dimaklumi demi menjaga persahabatan, standar profesional bisa menurun, dan pada akhirnya, reputasi dan keberhasilan bisnis yang dipertaruhkan. Dalam konteks ini, penting untuk mengingat bahwa fondasi hubungan profesional harus dibangun di atas kompetensi, dedikasi, dan kejujuran, bukan sekadar kenyamanan pribadi.

Yesus Kristus memberikan teladan yang kuat dalam memilih orang-orang yang akan mendukung misi-Nya. Dia tidak memilih murid-murid-Nya berdasarkan hubungan personal sebelumnya, tetapi karena mereka dipanggil dan diperlengkapi untuk mengikuti-Nya serta menyebarkan ajaran-Nya. "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yohanes 15:16). Pemilihan ini didasarkan pada kemampuan mereka untuk menjalankan misi dengan integritas dan komitmen, bukan karena kedekatan pribadi.

Dalam konteks kepemimpinan modern, prinsip ini relevan ketika kita harus memilih rekan bisnis atau kerja. Teman, meskipun memberikan kenyamanan, sering kali cenderung memberikan toleransi yang berlebihan, yang dapat menghambat pertumbuhan dan kesuksesan. Sebaliknya, bekerja dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat secara personal bisa menawarkan perspektif yang lebih objektif dan kritik yang lebih membangun. Mereka lebih cenderung memberikan umpan balik yang jujur dan langsung, yang sangat diperlukan untuk kemajuan.

"Berjalanlah dengan orang bijak dan engkau akan menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal akan menjadi malang." (Amsal 13:20). Ayat ini mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam memilih rekan-rekan yang akan berjalan bersama kita dalam perjalanan profesional. Kebijaksanaan dalam memilih orang yang tepat bisa menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dalam jangka panjang.

Yesus sendiri menghadapi banyak tantangan dan kritik, bahkan dari mereka yang dianggap sebagai "musuh" dalam konteks sosial pada zamannya. Namun, kritik tersebut memberikan kesempatan bagi-Nya untuk menunjukkan kebijaksanaan dan kekuatan ajaran-Nya. Prinsip ini mengajarkan bahwa kritik, bahkan yang datang dari pihak yang mungkin tidak kita sukai, dapat menjadi alat yang kuat untuk pengembangan diri dan penguatan misi.

Dalam dunia kerja, memilih rekan kerja yang kompeten, bukan hanya teman dekat, adalah langkah penting menuju kesuksesan. Kita perlu memanfaatkan keberadaan kritik, bahkan dari musuh, dengan cara yang konstruktif. "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Prinsip ini mengajarkan kita untuk menghadapi perbedaan pendapat dan kritik dengan kasih dan kebijaksanaan, bukan dengan permusuhan atau dendam.

Mencari rekan yang memiliki visi dan misi yang sejalan, namun juga berani memberikan kritik yang membangun, adalah langkah penting dalam membangun tim yang tangguh. "Setiap orang yang mengasihi didikan, mengasihi pengetahuan, tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu." (Amsal 12:1). Teguran dan kritik adalah bahan bakar bagi pertumbuhan, dan seorang pemimpin yang bijaksana akan menghargai umpan balik yang jujur dan konstruktif.

Yesus memberikan teladan sempurna dalam memilih orang-orang yang mendukung misi-Nya dengan integritas dan dedikasi. Dia tidak memilih berdasarkan kenyamanan atau hubungan pribadi, tetapi berdasarkan kemampuan mereka untuk membawa visi-Nya ke seluruh dunia. "Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." (Yohanes 17:4). Demikian pula, kita harus memilih rekan kerja berdasarkan kompetensi dan komitmen mereka terhadap visi yang kita emban.

Prinsip ini sangat relevan dalam dunia bisnis dan kepemimpinan saat ini. Kita harus belajar memisahkan hubungan personal dari profesionalitas dan membuat keputusan berdasarkan kompetensi dan dedikasi. Dengan mengikuti teladan Kristus, kita dapat membangun tim yang kuat dan berpengaruh, yang tidak hanya mencapai tujuan bisnis tetapi juga membawa dampak positif dalam kehidupan banyak orang.

Menghadapi kritik dan memanfaatkan keberadaan musuh sebagai sumber pembelajaran adalah bagian penting dari proses ini. Sebagai pemimpin, kita tidak boleh takut untuk mendengar kebenaran, bahkan jika itu datang dari mereka yang tidak kita anggap teman. Dalam menghadapi tantangan dan kritik, kita bisa tumbuh menjadi pemimpin yang lebih bijaksana dan berpengaruh. "Karena itu, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." (Matius 7:24).

Maka dari itu, janganlah mendirikan rumah di hamparan sungai. Bangunlah fondasi yang kuat dalam hubungan bisnis dan kerja dengan memilih rekan yang kompeten, berintegritas, dan berdedikasi, sebagaimana yang Yesus lakukan. Ini tidak hanya akan membantu kita mencapai tujuan, tetapi juga membangun pengaruh yang abadi dan bermakna di dunia yang penuh tantangan ini 



Komentar