REFRENSI PEKAN KELUARGA 2024 GBKP HARI KEDUA "Bawalah Anak-anak itu datang kepada Tuhan"

 


Invocatio : Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. (1 Timotius 4:12)

Bacaan I : Amsal 1:1-6

Khotbah : Markus 10:13-16

Tema : Bawalah Anak-anak itu datang kepada Tuhan

Pengantar

Dalam tradisi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), orangtua yang membawa anak-anak mereka untuk dibaptis memberikan janji yang sakral. Mereka berjanji di hadapan jemaat dan Tuhan untuk membimbing anak-anak mereka dalam iman hingga dewasa, saat anak-anak tersebut dapat mengaku imannya secara pribadi di hadapan gereja. Janji ini menegaskan bahwa tugas orangtua tidak berhenti pada momen baptisan itu saja, melainkan berlanjut sepanjang hidup anak-anak mereka, hingga mereka dewasa dan mampu memelihara imannya sendiri.

Namun, ironisnya, kita sering melihat fenomena anak-anak yang tumbuh dengan prestasi akademik yang gemilang, namun kurang dalam hal karakter dan spiritualitas. Ada banyak anak yang memiliki kecerdasan, namun perilakunya jauh dari nilai-nilai kasih, hormat, dan kesalehan. Mereka mungkin pandai di sekolah, namun dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak menunjukkan buah-buah spiritual yang baik. Fenomena ini mengajak kita untuk merefleksikan: Apakah orangtua dan gereja sudah menjalankan tanggung jawab spiritual mereka kepada anak-anak? Apakah kita hanya mengejar prestasi duniawi tetapi melupakan yang lebih penting—yakni membawa mereka kepada Tuhan?

James Fowler, yang terkenal dengan teori perkembangan iman, menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai spiritualitas pada anak sejak dini. Anak-anak memiliki kapasitas untuk mengembangkan rasa ketuhanan dan pengertian iman, bahkan sejak usia muda. Orangtua memiliki peran penting dalam memastikan bahwa nilai-nilai spiritual ini tertanam dengan kuat. Ketika orangtua secara aktif terlibat dalam kehidupan rohani anak-anak, mereka membantu membentuk fondasi yang kuat untuk kehidupan iman di masa depan.

Para psikolog juga menegaskan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan dasar spiritual yang kuat memiliki peluang lebih baik untuk menjadi individu yang matang secara emosional dan sosial. Mereka tidak hanya akan memiliki kecerdasan akademis, tetapi juga hati yang peka terhadap nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kasih. Tanggung jawab orangtua di sini bukan sekadar memberikan pendidikan formal dan material, tetapi juga membangun karakter rohani yang akan menjadi dasar bagi segala aspek kehidupan anak-anak.

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa tidak ada yang terlalu muda untuk menjadi teladan bagi orang lain. 1 Timotius 4:12 mengatakan, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan dalam perkataan, tingkah laku, kasih, iman, dan kesucian.” Anak-anak bukanlah individu yang lemah atau tidak penting, mereka adalah benih-benih iman yang dapat tumbuh menjadi pohon kehidupan yang kuat, asalkan mereka dibimbing dengan baik.

Gereja dan Keluarga: Tempat untuk Mendapatkan Didikan Spiritual

Gereja dan keluarga harus menjadi tempat di mana anak-anak mendapatkan didikan yang datang dari Tuhan. Gereja memang memiliki peran penting dalam bimbingan spiritual, namun waktu yang dimiliki gereja bersama anak-anak sangat terbatas—mungkin hanya beberapa jam dalam seminggu. Sebaliknya, keluarga memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari anak-anak. Inilah sebabnya mengapa tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan orangtua. Waktu bersama anak bukan hanya soal memberikan mereka makan, membelikan baju, atau menyekolahkan mereka, melainkan waktu untuk mendidik mereka dalam iman, mengajarkan doa, membicarakan tentang kasih Tuhan, dan mencontohkan kehidupan yang saleh.

Jika orangtua sibuk dengan pekerjaan, sering kali anak-anak tersisihkan dan tidak mendapatkan bimbingan spiritual yang memadai. Ini menciptakan jurang pemisah antara anak-anak dan Tuhan, karena anak-anak dibiarkan tumbuh tanpa arah yang jelas dalam iman mereka. Anak-anak membutuhkan orangtua yang hadir, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual.

Bawalah Anak-Anak kepada Tuhan

Dalam Markus 10:13-16, kita melihat bagaimana Yesus memperlakukan anak-anak. Ketika murid-murid mencoba menghalangi orang yang membawa anak-anak kepada Yesus, Dia menegur mereka dengan lembut namun tegas: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Yesus dengan jelas menunjukkan betapa pentingnya anak-anak dalam Kerajaan Allah. Mereka tidak dianggap terlalu muda atau tidak layak, sebaliknya, mereka adalah contoh dari kesederhanaan dan kemurnian iman yang harus kita pelajari.

Sebagai orangtua, kita harus memperhatikan peringatan ini. Jangan sampai kita, secara sadar atau tidak, menjadi penghalang bagi anak-anak untuk mendekat kepada Tuhan. Jadwal yang terlalu padat, tuntutan akademis yang tinggi, atau bahkan kesibukan orangtua sering kali membuat anak-anak tidak memiliki cukup waktu untuk berdoa, beribadah, atau merenungkan firman Tuhan. Ini adalah tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa anak-anak kita tidak terpisah dari Tuhan oleh karena hal-hal duniawi yang menyibukkan.

 

Introspeksi Gereja dalam Pelayanan kepada Anak-Anak

Gereja juga perlu melakukan introspeksi dalam hal pelayanan kepada anak-anak. Anak-anak bukanlah sekadar pelengkap dalam jemaat, mereka adalah bagian penting dari tubuh Kristus. Pelayanan kepada anak-anak harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, tidak asal-asalan. Firman Tuhan yang disampaikan kepada mereka harus relevan dan menyentuh hati mereka. Gereja perlu memastikan bahwa anak-anak merasakan bahwa mereka dihargai dan dikasihi, bukan hanya dilihat sebagai peserta pasif dalam ibadah.

Jika gereja tidak memberikan perhatian yang serius terhadap pelayanan anak-anak, kita bisa kehilangan generasi yang beriman kuat. Pelayanan anak bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi jika kita tidak melakukannya dengan hati, kita sedang mengabaikan panggilan penting dari Tuhan.

Penutup

Anak-anak adalah pemberian yang luar biasa dari Tuhan. Mereka adalah titipan, dan kita diberi tanggung jawab besar untuk membimbing mereka dalam iman, bukan hanya secara intelektual, tetapi juga secara spiritual. Anak-anak bukanlah beban yang harus kita tanggung, dan mereka juga bukan investasi yang akan memberikan kita keuntungan di masa depan. Mereka adalah jiwa-jiwa yang berharga di mata Tuhan, yang layak menerima cinta, bimbingan, dan perhatian yang tulus.

Sebagai orangtua dan gereja, mari kita bersama-sama membawa anak-anak datang kepada Tuhan, seperti yang Yesus inginkan. Jangan menjadi penghalang, tetapi jadilah saluran berkat yang menuntun mereka semakin dekat kepada Tuhan. Anak-anak adalah contoh dari iman yang murni, dan mereka juga bisa menjadi teladan bagi kita, jika kita membimbing mereka dengan kasih yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

Melalui refleksi ini, mari kita renungkan, apakah kita sudah menjalankan peran kita sebagai orangtua dan gereja dengan baik? Apakah kita sudah membawa anak-anak kita mendekat kepada Tuhan, atau justru tanpa sadar, kita menghalangi mereka?

Komentar