REFRENSI PEKAN KELUARGA 2024 GBKP HARI KETIGA "Mengajarkan Firman Tuhan Kepada Anak"

 


Invocatio : Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu  dan kehormatan anak-anak ialah   nenek moyang mereka. (Amsal 17:6)

Bacaan I : Efesus 4:29-32

Khotbah : Ulangan 6:4-9

Tema : Mengajarkan Firman Tuhan Kepada Anak

Pengantar

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka bekerja keras untuk memastikan anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik, dan sering kali fokus utama mereka adalah mewariskan materi warisan. Rumah, tanah, tabungan, atau pendidikan tinggi dianggap sebagai warisan berharga yang dapat menjamin masa depan anak-anak. Namun, sering kali orang tua lupa bahwa warisan terbesar yang bisa mereka tinggalkan bukanlah kekayaan duniawi, melainkan warisan spiritualitas—iman yang kokoh dan hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Cerita lucu yang mungkin sering kita dengar adalah tentang seorang anak yang heran melihat orangtuanya yang di gereja sangat tampak agamis dan taat, mengangkat tangan saat berdoa, dan mengutip banyak ayat Alkitab di hadapan orang lain, namun di rumah, Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan. Suatu hari, anak itu bertanya polos, "Ma, kenapa di gereja mama bisa hafal banyak ayat, tapi di rumah kita tidak pernah membaca Alkitab?" Orangtua itu mengingat, menyadari bahwa mereka hanya tampil religius di depan umum, namun gagal menjalankan peran sebagai guru iman di rumah.

Cerita ini mengingatkan kita bahwa tanggung jawab mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak bukanlah tanggung jawab yang bisa diabaikan. Warisan spiritual adalah harta yang tidak bernilai, lebih abadi dari segala kejahatan duniawi.

Anak-Anak Sebagai Mahkota Orangtua: Pentingnya Pendidikan Spiritual

Firman Tuhan dalam Amsal 17:6 berkata, “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu, dan kehormatan anak-anak adalah nenek moyang mereka.” Anak-anak yang dibesarkan dalam iman yang kuat adalah kebanggaan dan kesejahteraan bagi orangtuanya. Sebaliknya, anak-anak yang tidak terdidik dalam iman bisa menjadi sumber kehinaan dan malu bagi keluarga. Seperti mahkota yang berkilauan di kepala seorang raja, demikian pula anak-anak yang hidupnya memancarkan kasih sayang, iman, dan pengharapan akan menjadi kebanggaan bagi orang tua mereka.

Namun, hal ini tidak akan terjadi secara otomatis. Pendidikan spiritualitas membutuhkan usaha dan perhatian yang sungguh-sungguh dari orang tua. Seorang anak yang terdidik dengan baik dalam iman akan membawa pengaruh positif, tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi lingkungan di sekitarnya. Ketika mereka bergaul di dunia yang penuh tantangan dan godaan, iman yang kuat akan menjadi benteng bagi mereka untuk tetap berjalan dalam kebenaran.

Secara psikologis, anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai spiritual cenderung lebih stabil secara emosional dan sosial. Mereka memiliki panduan moral yang kuat, yang membatasi perilaku mereka dan membantu mereka membuat keputusan yang baik. Teolog seperti Dietrich Bonhoeffer menekankan bahwa iman yang benar adalah iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata. Jadi, anak-anak yang beriman bukan hanya akan membanggakan orangtuanya melalui pencapaian akademis atau materi kesuksesan, tetapi melalui kehidupan yang berintegritas dan penuh kasih.

Menjadi Teladan dalam Kehidupan Sehari-hari

Salah satu prinsip penting dalam mendidik anak-anak adalah menyadari bahwa mereka adalah peniru yang sangat baik. Anak-anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat dan dengar di rumah. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan teladan yang baik dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal spiritualitas. Jika orangtua ingin anak-anaknya menjadi pribadi yang beriman dan berakhlak baik, mereka harus terlebih dahulu menunjukkan bagaimana hidup dalam iman itu.

Efesus 4:29-32 memperingatkan kita agar tidak membiarkan kata-kata buruk keluar dari mulut kita, melainkan hanya yang baik untuk membangun iman. Perilaku buruk, kata-kata kasar, atau kemarahan yang ditunjukkan di depan anak-anak bisa menakut-nakuti mereka dan mendukakan hati Tuhan. Bahkan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran iman dapat menjadi penghalang bagi keselamatan anak-anak, karena mereka akan tumbuh dengan nilai-nilai yang salah.

Orangtua yang tidak konsisten dalam ucapan dan tindakan dapat menjadi batu sandungan bagi anak-anaknya. Bagaimana anak-anak bisa menghormati Tuhan jika mereka melihat orangtuanya berkata satu hal, tetapi melakukan hal lain? Pendidikan spiritual tidak hanya berupa kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari.

Budaya Yahudi: Menanamkan Firman Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam Ulangan 6:4-9, kita melihat bagaimana Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menanamkan Firman Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah kamu memperhatikan, haruslah kamu mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu, dan berkembang ketika kamu duduk di rumahmu, ketika kamu sedang dalam perjalanan, ketika kamu berbaring dan ketika kamu bangun.”

Orang Yahudi memiliki tradisi yang sangat kuat dalam mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak mereka. Mereka tidak hanya membaca Kitab Suci pada waktu tertentu, tetapi juga mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap momen adalah kesempatan untuk mengajarkan nilai-nilai rohani. Mereka membicarakan Firman Tuhan saat mereka duduk bersama di rumah, saat bepergian, bahkan sebelum tidur. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Firman Tuhan tidak hanya dilakukan di gereja atau pada waktu tertentu, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Orangtua modern bisa meniru budaya ini dengan cara-cara yang sederhana namun bermakna. Misalnya, mengajak anak berdoa bersama sebelum tidur, berbicara tentang kasih Tuhan saat makan bersama, atau membaca cerita Alkitab sebelum tidur. Semua ini adalah cara-cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai spiritualitas kepada anak-anak, dan mereka akan mengingat dan menghargai momen-momen ini sepanjang hidup mereka.

Penutup

Mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak adalah tanggung jawab besar yang Tuhan berikan kepada setiap orang tua. Ini bukan tugas yang bisa dianggap enteng atau diserahkan sepenuhnya kepada gereja atau sekolah. Orangtua memiliki peran yang paling penting dalam membimbing anak-anak menuju keselamatan dan kehidupan yang beriman. Warisan materi bisa hilang, namun warisan iman akan bertahan selamanya.

Sebagai orang tua, mari kita renungkan: Apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita dalam hal spiritualitas? Apakah kita sudah mengajarkan mereka untuk mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan? Jika belum, mari kita mulai dari sekarang. Anak-anak adalah titipan Tuhan, dan kita bertanggung jawab untuk menuntun mereka ke jalan yang benar.

Marilah kita menjadi teladan yang baik, bukan hanya melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan dan sikap hidup sehari-hari. Sehingga anak-anak kita tidak hanya tumbuh menjadi pribadi yang sukses di dunia, tetapi juga menjadi anak-anak yang beriman, yang membawa kemuliaan bagi Tuhan dan menjadi mahkota kebanggaan bagi kita semua.

Komentar