Invocatio
:
Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan
anak-anak ialah nenek moyang mereka. (Amsal 17:6)
Bacaan
I :
Efesus 4:29-32
Khotbah
:
Ulangan 6:4-9
Tema
:
Mengajarkan Firman Tuhan Kepada Anak
Pengantar
Setiap orang tua pasti
menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka bekerja keras untuk
memastikan anak-anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik, dan sering kali
fokus utama mereka adalah mewariskan materi warisan. Rumah, tanah, tabungan,
atau pendidikan tinggi dianggap sebagai warisan berharga yang dapat menjamin
masa depan anak-anak. Namun, sering kali orang tua lupa bahwa warisan terbesar
yang bisa mereka tinggalkan bukanlah kekayaan duniawi, melainkan warisan
spiritualitas—iman yang kokoh dan hubungan yang dekat dengan Tuhan.
Cerita lucu yang
mungkin sering kita dengar adalah tentang seorang anak yang heran melihat
orangtuanya yang di gereja sangat tampak agamis dan taat, mengangkat tangan
saat berdoa, dan mengutip banyak ayat Alkitab di hadapan orang lain, namun di
rumah, Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan. Suatu hari, anak itu bertanya
polos, "Ma, kenapa di gereja mama bisa hafal banyak ayat, tapi di rumah
kita tidak pernah membaca Alkitab?" Orangtua itu mengingat, menyadari
bahwa mereka hanya tampil religius di depan umum, namun gagal menjalankan peran
sebagai guru iman di rumah.
Cerita ini mengingatkan
kita bahwa tanggung jawab mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak bukanlah
tanggung jawab yang bisa diabaikan. Warisan spiritual adalah harta yang tidak
bernilai, lebih abadi dari segala kejahatan duniawi.
Anak-Anak Sebagai
Mahkota Orangtua: Pentingnya Pendidikan Spiritual
Firman Tuhan dalam
Amsal 17:6 berkata, “Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu, dan
kehormatan anak-anak adalah nenek moyang mereka.” Anak-anak yang dibesarkan
dalam iman yang kuat adalah kebanggaan dan kesejahteraan bagi orangtuanya.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak terdidik dalam iman bisa menjadi sumber
kehinaan dan malu bagi keluarga. Seperti mahkota yang berkilauan di kepala seorang
raja, demikian pula anak-anak yang hidupnya memancarkan kasih sayang, iman, dan
pengharapan akan menjadi kebanggaan bagi orang tua mereka.
Namun, hal ini tidak
akan terjadi secara otomatis. Pendidikan spiritualitas membutuhkan usaha dan
perhatian yang sungguh-sungguh dari orang tua. Seorang anak yang terdidik
dengan baik dalam iman akan membawa pengaruh positif, tidak hanya bagi
keluarganya, tetapi juga bagi lingkungan di sekitarnya. Ketika mereka bergaul
di dunia yang penuh tantangan dan godaan, iman yang kuat akan menjadi benteng
bagi mereka untuk tetap berjalan dalam kebenaran.
Secara psikologis,
anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai spiritual
cenderung lebih stabil secara emosional dan sosial. Mereka memiliki panduan
moral yang kuat, yang membatasi perilaku mereka dan membantu mereka membuat
keputusan yang baik. Teolog seperti Dietrich Bonhoeffer menekankan bahwa
iman yang benar adalah iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar
kata-kata. Jadi, anak-anak yang beriman bukan hanya akan membanggakan
orangtuanya melalui pencapaian akademis atau materi kesuksesan, tetapi melalui
kehidupan yang berintegritas dan penuh kasih.
Menjadi Teladan dalam
Kehidupan Sehari-hari
Salah satu prinsip
penting dalam mendidik anak-anak adalah menyadari bahwa mereka adalah peniru
yang sangat baik. Anak-anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat dan
dengar di rumah. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan teladan yang baik
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal spiritualitas. Jika orangtua
ingin anak-anaknya menjadi pribadi yang beriman dan berakhlak baik, mereka
harus terlebih dahulu menunjukkan bagaimana hidup dalam iman itu.
Efesus 4:29-32
memperingatkan kita agar tidak membiarkan kata-kata buruk keluar dari mulut
kita, melainkan hanya yang baik untuk membangun iman. Perilaku buruk, kata-kata
kasar, atau kemarahan yang ditunjukkan di depan anak-anak bisa menakut-nakuti
mereka dan mendukakan hati Tuhan. Bahkan perilaku yang tidak sesuai dengan
ajaran iman dapat menjadi penghalang bagi keselamatan anak-anak, karena mereka
akan tumbuh dengan nilai-nilai yang salah.
Orangtua yang tidak
konsisten dalam ucapan dan tindakan dapat menjadi batu sandungan bagi
anak-anaknya. Bagaimana anak-anak bisa menghormati Tuhan jika mereka melihat
orangtuanya berkata satu hal, tetapi melakukan hal lain? Pendidikan spiritual
tidak hanya berupa kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan
sehari-hari.
Budaya Yahudi:
Menanamkan Firman Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam Ulangan 6:4-9,
kita melihat bagaimana Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk menanamkan Firman
Tuhan dalam setiap aspek kehidupan. “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu
Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan
kepadamu pada hari ini haruslah kamu memperhatikan, haruslah kamu
mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu, dan berkembang ketika kamu
duduk di rumahmu, ketika kamu sedang dalam perjalanan, ketika kamu berbaring
dan ketika kamu bangun.”
Orang Yahudi memiliki
tradisi yang sangat kuat dalam mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak
mereka. Mereka tidak hanya membaca Kitab Suci pada waktu tertentu, tetapi juga
mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap momen adalah kesempatan
untuk mengajarkan nilai-nilai rohani. Mereka membicarakan Firman Tuhan saat
mereka duduk bersama di rumah, saat bepergian, bahkan sebelum tidur. Hal ini
menunjukkan bahwa ajaran Firman Tuhan tidak hanya dilakukan di gereja atau pada
waktu tertentu, tetapi harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Orangtua modern bisa
meniru budaya ini dengan cara-cara yang sederhana namun bermakna. Misalnya,
mengajak anak berdoa bersama sebelum tidur, berbicara tentang kasih Tuhan saat
makan bersama, atau membaca cerita Alkitab sebelum tidur. Semua ini adalah cara-cara
yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai spiritualitas kepada anak-anak, dan
mereka akan mengingat dan menghargai momen-momen ini sepanjang hidup mereka.
Penutup
Mengajarkan Firman
Tuhan kepada anak-anak adalah tanggung jawab besar yang Tuhan berikan kepada
setiap orang tua. Ini bukan tugas yang bisa dianggap enteng atau diserahkan
sepenuhnya kepada gereja atau sekolah. Orangtua memiliki peran yang paling
penting dalam membimbing anak-anak menuju keselamatan dan kehidupan yang
beriman. Warisan materi bisa hilang, namun warisan iman akan bertahan
selamanya.
Sebagai orang tua, mari
kita renungkan: Apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita
dalam hal spiritualitas? Apakah kita sudah mengajarkan mereka untuk mencintai
Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan? Jika belum, mari kita mulai dari
sekarang. Anak-anak adalah titipan Tuhan, dan kita bertanggung jawab untuk
menuntun mereka ke jalan yang benar.
Marilah kita menjadi
teladan yang baik, bukan hanya melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan dan
sikap hidup sehari-hari. Sehingga anak-anak kita tidak hanya tumbuh menjadi
pribadi yang sukses di dunia, tetapi juga menjadi anak-anak yang beriman, yang membawa
kemuliaan bagi Tuhan dan menjadi mahkota kebanggaan bagi kita semua.
Komentar
Posting Komentar