REFRENSI PEKAN KELUARGA 2024 GBKP HARI KELIMA "Tempat Mendapatkan Kehidupan Yang Layak dan Benar"

 


Invocatio : Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ. (Zakaria 8:5)

Bacaan I : Hakim-hakim 11:1-8

Khotbah : Lukas 19:1-10

Tema : Tempat Mendapatkan Kehidupan Yang Layak dan Benar

Pengantar

Di zaman modern ini, kita sering mendengar berita tentang lingkungan yang tidak ramah terhadap anak-anak. Dari kasus perundungan (bullying) di sekolah, kekerasan dalam rumah tangga, hingga eksploitasi anak di media sosial, fenomena ini menunjukkan betapa anak-anak rentan terhadap dampak buruk dari lingkungan sekitar. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan perhatian, perlindungan, dan bimbingan yang layak, sering kali menjadi korban dari sistem sosial yang lebih memprioritaskan hal-hal materi dibandingkan kesejahteraan mereka.

Banyak keluarga dan komunitas juga tidak menyadari bahwa pola asuh dan interaksi mereka bisa memengaruhi perkembangan mental dan spiritual anak-anak. Hal ini menyebabkan anak-anak tumbuh dalam ketakutan, tekanan, atau bahkan kekerasan yang berkelanjutan. Lingkungan yang tidak ramah ini berpotensi merusak pertumbuhan karakter dan iman mereka, padahal anak-anak adalah anugerah dari Tuhan yang harus dijaga dengan penuh kasih.

Situasi ini menjadi pengingat penting bagi kita, baik sebagai orangtua maupun gereja, bahwa kita harus menciptakan lingkungan yang benar-benar mendukung anak-anak untuk berkembang dengan sehat dan penuh kasih. Namun, apakah kita sudah berusaha menciptakan lingkungan yang ramah terhadap anak-anak seperti yang diinginkan Tuhan?

Nabi Zakaria memberikan gambaran tentang harapan akan masa depan yang penuh dengan kedamaian dan keadilan. Dalam Zakaria 8:5, dia menubuatkan bahwa "anak laki-laki dan perempuan akan bermain di jalan-jalan kota Yerusalem." Ini adalah gambaran tentang lingkungan yang penuh dengan keamanan dan kasih, di mana anak-anak bisa bermain dengan bebas tanpa rasa takut. Namun, konteks saat itu berbeda. Yerusalem, yang saat itu baru saja mulai dibangun kembali setelah pembuangan, masih penuh dengan ketidakstabilan. Lingkungan tidak kondusif untuk anak-anak karena adanya ancaman dari luar, ketidakpastian ekonomi, serta kurangnya perhatian terhadap generasi muda.

Nubuatan ini memberikan visi tentang dunia yang ideal, di mana anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan kasih dan perhatian. Namun, untuk mencapai lingkungan yang demikian, diperlukan upaya dan komitmen dari semua pihak—baik dari keluarga, masyarakat, maupun institusi keagamaan. Jika kita tidak menciptakan lingkungan yang ramah dan aman bagi anak-anak, kita mungkin mengulangi kesalahan masa lalu, seperti yang terjadi di zaman Zakaria, ketika anak-anak sering kali diabaikan dalam proses pembangunan masyarakat.

Dampak dari Lingkungan yang Tidak Ramah Anak

Kisah Yefta dalam Hakim-hakim 11:1-8 menggambarkan secara jelas bagaimana lingkungan yang tidak ramah terhadap anak dapat berdampak negatif pada perkembangan seseorang. Yefta adalah anak dari seorang perempuan sundal, dan karena asal-usulnya, ia diusir oleh saudara-saudaranya dari rumahnya. Yefta tumbuh dalam lingkungan yang menolaknya, yang membuatnya menjadi seorang pemimpin kelompok perampok. Meskipun akhirnya ia dipanggil kembali untuk memimpin bangsa Israel dalam perang, masa kecilnya yang penuh penolakan mempengaruhi karakter dan tindakannya.

Dari sisi psikologis, lingkungan yang tidak ramah dapat menciptakan luka batin yang mendalam bagi anak-anak. Ketika anak-anak merasa ditolak, diabaikan, atau tidak diinginkan, mereka bisa mengalami masalah kepercayaan diri, rasa tidak aman, dan bahkan gangguan emosional yang berdampak pada kehidupan mereka di masa dewasa. Dalam kasus Yefta, penolakan yang ia alami membuatnya tumbuh dengan kebencian dan rasa dendam, yang pada akhirnya memengaruhi bagaimana ia memimpin dan membuat keputusan.

Gereja dan orangtua perlu memahami pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional dan spiritual anak-anak. Jika kita tidak memberikan perhatian yang cukup, anak-anak bisa merasa ditolak dan akhirnya mencari pengakuan di tempat yang salah, seperti Yefta yang bergabung dengan perampok.

Kesalahan dan Tindakan Aplikatif

Dalam Lukas 19:1-10, kita melihat kisah Zakheus, seorang pemungut cukai yang kaya namun dijauhi oleh masyarakat karena pekerjaannya. Zakheus digambarkan sebagai orang yang ingin sekali melihat Yesus, tetapi karena tubuhnya yang kecil dan orang banyak yang menghalanginya, ia harus memanjat pohon untuk bisa melihat Yesus. Kisah ini menggambarkan bagaimana Zakheus, yang sering kali dianggap rendah oleh masyarakat, justru mendapatkan perhatian langsung dari Yesus.

Seandainya Zakheus diibaratkan sebagai anak-anak, maka kita bisa melihat bahwa banyak hal yang sering dilakukan gereja, orangtua, dan lingkungan yang tidak ramah terhadap anak-anak. Ada beberapa perilaku yang bisa kita refleksikan:

1.      Mengabaikan Suara Anak: Seperti kerumunan orang yang tidak memberikan ruang bagi Zakheus, sering kali kita, sebagai orang dewasa, mengabaikan keinginan dan kebutuhan anak-anak. Anak-anak sering kali tidak didengar atau diabaikan pendapatnya karena dianggap belum memiliki "pengalaman" atau "kematangan."

2.      Memandang Anak-anak dengan Label Negatif: Sama seperti Zakheus yang dipandang rendah karena pekerjaannya, anak-anak juga sering kali dilabeli dengan kata-kata negatif, seperti "nakal," "bodoh," atau "tidak disiplin." Sikap ini bisa merusak harga diri anak-anak dan membuat mereka merasa tidak berharga.

3.      Menghambat Anak Mengalami Yesus: Ketika kita terlalu sibuk dengan hal-hal dewasa dan tidak memberikan ruang bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan Yesus (misalnya, melalui aktivitas gereja yang berfokus pada kebutuhan orang dewasa saja), kita sama saja seperti kerumunan yang menghalangi Zakheus. Anak-anak perlu dibimbing secara spiritual agar mereka bisa merasakan kasih Tuhan secara nyata.

Tindakan Aplikatif: Membangun Lingkungan yang Ramah Anak

Untuk menciptakan lingkungan yang ramah terhadap anak, baik di rumah maupun di gereja, berikut adalah beberapa langkah aplikatif yang dapat diambil:

1.      Memberikan Ruang untuk Anak Berkembang: Gereja dan orangtua harus memberikan anak-anak ruang untuk berkembang secara fisik, mental, dan spiritual. Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan program-program khusus bagi anak-anak di gereja, seperti sekolah minggu yang interaktif, serta memberikan waktu dan perhatian di rumah untuk berdialog dengan anak tentang kehidupan dan iman mereka.

2.      Mendengarkan Anak dengan Empati: Sama seperti Yesus yang memperhatikan Zakheus, kita juga harus mendengarkan anak-anak dengan empati dan tanpa prasangka. Ini berarti mendengar apa yang mereka rasakan, berpikir, dan alami, serta memberikan dukungan yang mereka butuhkan.

3.      Menciptakan Komunitas yang Aman dan Menyambut: Gereja dan orangtua harus menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa aman secara emosional dan fisik. Ini berarti tidak hanya melindungi anak-anak dari kekerasan fisik, tetapi juga dari bullying, kata-kata yang menyakitkan, atau sikap yang merendahkan.

4.      Membimbing Anak untuk Bertemu Yesus: Sama seperti Yesus yang datang untuk "menyelamatkan yang terhilang" (Lukas 19:10), kita harus membantu anak-anak untuk bertemu Yesus dalam kehidupan mereka. Gereja harus memastikan bahwa pelayanan anak-anak tidak hanya menjadi aktivitas sampingan, tetapi menjadi bagian integral dari misi gereja. Di rumah, orangtua juga harus aktif terlibat dalam mendidik iman anak-anak mereka, bukan hanya mengandalkan gereja.

Penutup

Anak-anak adalah harta yang paling berharga yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Melalui kisah Zakheus, kita diingatkan bahwa meskipun masyarakat sering kali mengabaikan mereka yang dianggap "kecil," Yesus justru mengangkat mereka dan memberikan mereka perhatian. Sebagai orangtua dan gereja, kita dipanggil untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan penuh kasih, di mana anak-anak dapat tumbuh dengan baik, mengenal kasih Tuhan, dan mengalami kehidupan yang layak dan benar. Marilah kita semua berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita, baik dalam hal pendidikan, pengasuhan, maupun dalam iman mereka.

Komentar