REFRENSI KHOTBAH NATAL GBKP "Benar, Bahwa Tuhan Telah Lahir, Lalu Bagaimana? Matius 1:18-25 " (RENUNGAN NATAL 25 DESEMBER)

 


Pengantar

Natal adalah momen besar dalam iman Kristen, di mana kita mengenang lahirnya Yesus Kristus, Mesias yang telah lama dinantikan. Namun, peristiwa kelahiran ini penuh dengan pelajaran iman yang sangat relevan hingga hari ini. Matius 1:18-25 bukan sekadar narasi sejarah, tetapi sebuah undangan untuk memikirkan bagaimana kita menyikapi kebenaran, kehendak Tuhan, dan waktu-Nya dalam hidup kita.

1. Mendengar Kebenaran dari Tuhan, Bukan Sekadar Apa yang Kita Inginkan

Ketika Yusuf mengetahui bahwa Maria mengandung, ia berencana untuk menceraikannya secara diam-diam. Dalam sudut pandang manusia, keputusan ini terlihat masuk akal. Namun, Tuhan memiliki rencana yang lebih besar, dan melalui malaikat, Yusuf diajak untuk mendengar kebenaran dari Tuhan, bukan sekadar mengikuti logikanya sendiri.

Israel, pada masa itu, juga mengalami konflik ini. Mereka mengharapkan Mesias yang akan membawa kesejahteraan politik dan kebebasan dari penjajahan Roma. Namun, Yesus datang membawa kerajaan yang berbeda—kerajaan kasih, damai, dan pengampunan. Seperti yang ditegaskan dalam Matius 5:44-45 , kebenaran yang Yesus ajarkan bukanlah kebenaran yang diinginkan manusia. Dia memanggil untuk mencintai musuhnya dan berdoa bagi mereka yang menganiaya.

Meski sulit diterima, kebenaran Yesus memberikan kegembiraan yang mendalam. Bukan kesenangan yang meremehkan atau bersifat sementara, melainkan kedamaian yang melampaui keadaan. Kita pun diajak untuk membuka hati, menerima kebenaran Tuhan, meskipun seringkali berbeda dari apa yang kita harapkan.

2. Jangan Selalu Bernegosiasi dengan Tuhan

Sering kali, respon manusia terhadap panggilan Tuhan adalah negosiasi. "Kalau ini kehendak Tuhan, aku tidak sanggup." Namun, Yusuf menunjukkan sikap iman yang berbeda. Setelah mendengar firman Tuhan melalui malaikat, ia bangun dan melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya (Matius 1:24).

Yusuf mungkin merasa takut atau tidak siap untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dari Anak Allah. Tetapi ia diperkuat oleh kehadiran dan janji Tuhan. Dalam hidup kita, Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjalan sendiri. Dia tahu kapasitas kita lebih dari kita tahu diri kita sendiri. Dia tidak hanya memberi perintah tetapi juga kekuatan untuk melaksanakannya.

Tuhan berkata dalam Yesaya 41:10 , "Jangan takut, karena Aku menyertaimu." Dalam menghadapi panggilan-Nya, kita dipanggil untuk percaya bahwa Dia selalu hadir dan memampukan, bahkan dalam situasi yang tampak mustahil.

3. Memberikan Waktu untuk Mendengar Tuhan

Yusuf dapat menanggapi panggilan Tuhan karena ia mendengar suara-Nya, bukan hanya suara hatinya sendiri. Ketika kita sibuk dengan keinginan dan rencana kita, sering kali kita lupa bertanya, "Apa yang Tuhan inginkan?"

Tuhan berbicara melalui banyak cara—melalui firman-Nya, doa, komunitas, bahkan peristiwa-peristiwa dalam hidup kita. Namun, mendengar Tuhan membutuhkan ketenangan dan kerendahan hati. Kita sering ingin mendengarkannya, tetapi apakah kita meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkannya?

Dalam dunia yang bising dan penuh gangguan, penting untuk menyediakan waktu untuk mencari kehendak Tuhan. Seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 6:33 , "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Kesimpulan

Yesus datang ke dunia bukan untuk membawa apa yang diinginkan manusia, melainkan untuk memberi apa yang benar-benar mereka perlukan. Yusuf, dalam ketaatannya, mengajarkan kita untuk mendengar kebenaran Tuhan, percaya tanpa negosiasi, dan menyumbangkan waktu untuk mendengarkan-Nya.

Natal bukan hanya tentang perayaan lahirnya Yesus, tetapi juga tentang penerimaan Tuhan dalam hidup kita. Kiranya kita, seperti Yusuf, dapat menjadi pribadi yang taat, percaya, dan bersedia mendengar suara Tuhan, sehingga kegembiraan sejati yang menjanjikan-Nya dapat menjadi bagian dari hidup kita.



Komentar