REFRENSI TAMBAHAN KHOTBAH MINGGU GBKP 08 DESEMBER 2024 - Minggu Advent Kedua: Bertobat dan Berjaga-jagalah - WAHYU 3:1-6
Dalam keheningan Minggu
Advent kedua, lilin kedua menyala sebagai simbol kedamaian. Namun, kedamaian
ini bukan sekadar perasaan tenang atau ketiadaan konflik; ia adalah anugerah
yang lahir dari perjalanan pertobatan dan penjagaan iman. Kita diundang untuk
masuk ke dalam ruang refleksi yang lebih dalam, mendengar panggilan Yohanes
Pembaptis: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, dan Allah akan
mengampuni dosamu." (Markus 1:4).
Advent adalah momen
menantikan kedatangan Sang Raja Damai. Tetapi apakah kita siap? Atau, seperti
jemaat di Sardis dalam Wahyu 3:1-6, kita hidup dalam keletihan rohani, tampak
hidup tetapi sesungguhnya mati?
Panggilan untuk
Bertobat
Surat Yesus kepada
jemaat Sardis menyentuh kedalaman jiwa kita. "Aku tahu segala
pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!" (Wahyu
3:1). Pernyataan ini seperti cermin yang memaksa kita melihat dengan jujur ke
dalam hati. Apakah iman kita sungguh hidup, atau sekadar rutinitas?
Kehidupan modern sering
kali membuat kita sibuk dengan pekerjaan, keluarga, dan pelayanan, tetapi
meninggalkan hati kita kosong dari hubungan yang mendalam dengan Allah. Mungkin
kita merasa aman dengan status "Kristen," tetapi tanpa sadar, kita
telah tertidur secara rohani.
Yesus tidak hanya
menegur, tetapi juga memberikan pengharapan: "Bangunlah dan kuatkanlah
apa yang masih tinggal yang hampir mati." (Wahyu 3:2). Ini adalah
undangan untuk kembali pada kehidupan yang sejati—hidup yang dipenuhi oleh Roh
Allah. Pertobatan bukanlah hukuman, melainkan jalan menuju pemulihan dan
kedamaian.
Kedamaian yang
Dijanjikan
Janji pemulihan ini
tercermin dengan indah dalam Yesaya 35. Nabi Yesaya melukiskan sebuah visi
tentang padang gurun yang berubah menjadi taman kehidupan:
“Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan
bersorak-sorai dan berbunga.” (Yesaya 35:1).
Pertobatan membawa
perubahan. Dunia yang kering dan tandus—baik secara fisik maupun
rohani—diperbarui oleh kehadiran Allah. Inilah kedamaian sejati, bukan sekadar
keadaan tanpa masalah, tetapi keutuhan dan harmoni yang hanya Allah dapat
berikan.
Namun, jalan menuju
pemulihan ini disebut sebagai “Jalan Kudus” (Yesaya 35:8). Ini adalah
jalan yang membutuhkan keberanian untuk meninggalkan kebiasaan lama dan
berjalan bersama Allah, percaya bahwa Dia sedang memulihkan segala sesuatu
sesuai kehendak-Nya.
Berjaga-jaga: Kunci
Kedamaian
Berjaga-jaga adalah
pesan sentral Advent, tetapi ini bukan hal yang mudah. Di tengah kehidupan yang
penuh distraksi, kita sering kehilangan fokus pada tujuan kekal kita. Yesus
memperingatkan jemaat Sardis: “Jika engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan
datang seperti pencuri.” (Wahyu 3:3).
Peringatan ini
mengingatkan kita untuk hidup dengan kesadaran rohani. Tetapi apa artinya
berjaga-jaga di dunia modern?
- Berjaga melalui doa:
Doa adalah cara kita terhubung dengan Allah. Di dalam doa, kita menemukan
kekuatan untuk melawan godaan dan tetap waspada.
- Berjaga melalui firman:
Firman Tuhan adalah pelita bagi jalan kita (Mazmur 119:105). Melalui
firman, kita belajar mengenali kehendak-Nya dan menjadikan-Nya pusat
kehidupan.
- Berjaga melalui tindakan kasih:
Ketika kita menjadi pembawa damai bagi orang lain, kita hidup dalam
penjagaan yang aktif. Kedamaian sejati lahir dari tindakan kasih yang
berakar dalam kasih Allah.
Berjaga-jaga bukanlah
hidup dalam ketakutan, tetapi dalam pengharapan. Ketika kita sadar akan
kehadiran Allah, hidup kita dipenuhi dengan sukacita dan kedamaian yang
melampaui segala akal.
Penutup: Kedamaian yang
Memulihkan
Advent adalah
perjalanan menuju cahaya, tetapi cahaya itu hanya dapat kita alami melalui
pertobatan dan penjagaan. Dalam Wahyu 3:5, Yesus memberikan janji luar biasa: “Barangsiapa
menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus
namanya dari kitab kehidupan.”
Pakaian putih itu
adalah simbol kedamaian murni yang hanya berasal dari-Nya—bukan hasil usaha
kita, tetapi anugerah kasih karunia Allah.
Mari kita renungkan:
- Apa yang perlu saya lepaskan agar
hati saya bisa benar-benar damai?
- Apakah ada bagian dalam hidup saya
yang hampir mati dan perlu dikuatkan kembali?
- Bagaimana saya bisa membawa damai
kepada orang lain sebagai wujud iman saya?
Advent adalah waktu
untuk bangun dari tidur rohani, bertobat, dan berjaga-jaga dengan penuh
pengharapan. Sang Raja Damai sedang datang, bukan hanya ke dunia, tetapi ke
dalam hati kita.
Biarkan lilin Advent
kedua menjadi simbol pengingat bahwa kedamaian sejati dimulai dari pertobatan
yang tulus dan penjagaan yang setia. Saat kita berjalan di “Jalan Kudus,”
kita memasuki sukacita abadi yang dijanjikan-Nya:
"Mereka yang
ditebus TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sukacita
abadi meliputi mereka." (Yesaya 35:10).
Selamat Advent. Kiranya
kedamaian Kristus melingkupi setiap langkah kita. ✨
Komentar
Posting Komentar