RENUNGAN #9 "Membawa Persembahan di Betlehem" (RENUNGAN MENUJU 25 DESEMBER 2024)

 


(Matius 2:11: “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan, dan mur.”)

Ketika para majus akhirnya tiba di Betlehem, mereka tidak hanya datang untuk melihat Sang Raja. Mereka juga membawa persembahan: emas, kemenyan, dan mur. Persembahan ini memiliki makna mendalam. Emas melambangkan kemuliaan Yesus sebagai Raja, kemenyan mewakili keilahian-Nya sebagai Imam Besar, dan mur melambangkan pengorbanan-Nya yang akan datang.

Namun, lebih dari nilai materialnya, persembahan ini adalah simbol penghormatan, pengakuan, dan penundukan diri kepada Kristus. Dalam tindakan mereka, para majus mengajarkan bahwa memberi adalah bagian integral dari menyembah Tuhan.

Di era modern, di mana konsumerisme sering mendominasi, semangat memberi sering kali digantikan oleh keinginan untuk memiliki lebih banyak. Diskon akhir tahun dan promosi besar-besaran menjadikan Desember bulan pemborosan, bukan bulan persembahan. Namun, Betlehem mengingatkan kita bahwa memberi adalah tentang hati yang penuh syukur, bukan jumlah materi yang kita berikan.

Filsuf Jean-Luc Marion berbicara tentang konsep gift (pemberian) sebagai sesuatu yang melampaui transaksi. Memberi yang sejati adalah tindakan yang tidak mengharapkan imbalan. Ini sejalan dengan ajaran Kristus, yang mengajarkan bahwa persembahan sejati adalah tindakan kasih dan penghormatan kepada Allah.

Hari ini, persembahan kita mungkin tidak berupa emas, kemenyan, atau mur. Namun, kita tetap dipanggil untuk memberi. Apa yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan di tengah masyarakat yang cenderung fokus pada konsumsi?

1.      Waktu: Di dunia yang serba sibuk, waktu adalah hadiah yang berharga. Memberi waktu untuk melayani sesama atau memperkuat hubungan dengan Tuhan adalah bentuk persembahan yang berharga.

2.      Bakat: Talenta yang kita miliki adalah anugerah Tuhan. Apakah kita menggunakannya untuk memuliakan Dia atau hanya untuk keuntungan pribadi?

3.      Harta: Memberi kepada mereka yang membutuhkan adalah bentuk nyata dari kasih kepada Allah dan sesama. Ini mengingatkan kita untuk tidak terikat pada materi, melainkan fokus pada kekekalan.

Psikolog sosial Erich Fromm, dalam bukunya To Have or to Be?, menyatakan bahwa kehidupan yang bermakna bukan tentang memiliki, tetapi tentang menjadi. Ketika kita memberi, kita menjadi pribadi yang lebih berempati, berbelas kasih, dan bersyukur.

Salah satu kisah yang menggambarkan semangat memberi adalah kisah George Müller, seorang pelayan Tuhan di Inggris abad ke-19 yang mendirikan panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu. Tanpa mengandalkan sumbangan yang diminta, Müller hanya berdoa kepada Tuhan untuk kebutuhan panti asuhannya. Ia melihat Tuhan mencukupi kebutuhan tersebut melalui persembahan orang-orang yang tergerak oleh kasih.

Semangat Müller menunjukkan bahwa memberi bukan hanya soal apa yang kita miliki, tetapi tentang kepercayaan bahwa Tuhan dapat menggunakan persembahan kita, sekecil apa pun, untuk pekerjaan besar.

Refleksi Pribadi: Apa Persembahan Anda?

Apa yang dapat Anda persembahkan kepada Tuhan hari ini? Mungkin itu adalah waktu untuk berdoa, talenta Anda untuk melayani di gereja, atau harta Anda untuk membantu mereka yang membutuhkan. Apa pun bentuknya, persembahkanlah dengan hati yang penuh kasih dan syukur.

Seperti para majus yang membawa persembahan mereka ke Betlehem, kita juga dipanggil untuk datang ke hadapan Tuhan dengan membawa apa yang terbaik dalam hidup kita. Bukan untuk menerima, tetapi untuk memberi—karena Dia telah lebih dulu memberi segalanya untuk kita.


Referensi

1.      Alkitab (Matius 2:11, 2 Korintus 9:7)

2.      Jean-Luc Marion, The Gift: Presence in Ordinary Life

3.      Erich Fromm, To Have or to Be?

4.      Kisah George Müller dan panti asuhannya, yang menunjukkan kepercayaan pada Tuhan dan semangat memberi.

5.      Artikel Christianity Today tentang pemberian dalam konteks modern.

6.      Jurnal Harvard Business Review tentang manfaat psikologis dari memberi.

Komentar

Anonim mengatakan…
Super sekali.
Selamat hari natal

Aron Ginting Manik (AGM) mengatakan…
Syukur pada Tuhan, jangan lupa disampaikan kepada saudara lainnya