(Mazmur 23:4:
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab
Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.”)
Bayangkan perjalanan
para gembala dan orang majus menuju Betlehem. Itu bukan perjalanan yang mudah.
Mereka menghadapi malam yang gelap, jalan yang tidak dikenali, dan ancaman dari
luar. Namun, mereka melangkah dengan iman, percaya bahwa mereka akan bertemu
dengan terang dunia—Yesus Kristus.
Demikian juga, hidup
sering kali terasa seperti lembah kekelaman. Rintangan seperti kehilangan,
penyakit, kegagalan, atau konflik membuat kita merasa terjebak dalam kegelapan.
Namun, Mazmur 23:4 mengingatkan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia
berjalan bersama kita, memberikan penghiburan di tengah ketakutan, dan membawa
kita menuju pengharapan di Betlehem rohani kita.
Dalam dunia yang penuh
tekanan, perjalanan hidup sering kali terasa berat. Psikolog Viktor Frankl,
seorang penyintas Holocaust, dalam bukunya Man’s Search for Meaning
menjelaskan bahwa manusia dapat bertahan dalam situasi tersulit jika mereka
memiliki tujuan atau pengharapan. Bagi orang percaya, pengharapan itu ada di
dalam Kristus. Betlehem adalah simbol dari pengharapan tersebut, tempat di mana
kasih dan janji Allah dinyatakan.
Betlehem juga
mengingatkan kita bahwa terang Allah dapat ditemukan bahkan di tengah gelapnya
lembah kehidupan. Filsuf Søren Kierkegaard menyebut kegelapan ini sebagai "leap
of faith"—melangkah dalam iman meski tidak tahu bagaimana akhirnya.
Setiap langkah mendekatkan kita pada terang, sama seperti perjalanan iman
membawa kita ke hadirat Kristus.
Salah satu kisah yang
menggugah adalah pengalaman Corrie ten Boom, seorang Kristen Belanda yang
selamat dari kamp konsentrasi Nazi. Di tengah penderitaan yang tak
terbayangkan, ia tetap memegang teguh imannya kepada Kristus. Dalam bukunya The
Hiding Place, Corrie menceritakan bagaimana Tuhan memberinya kekuatan untuk
melewati "lembah kekelaman." Ia berkata, “Tidak ada lembah yang
begitu dalam sehingga kasih Allah tidak dapat menjangkau kita.”
Kisah Corrie
mengajarkan bahwa bahkan dalam situasi terburuk, Allah adalah sumber
penghiburan dan pengharapan. Ketika kita percaya kepada-Nya, kita dapat melihat
Betlehem—tempat pengharapan dan pemulihan—meskipun dari kejauhan.
Betlehem sebagai Simbol
Pengharapan
Perjalanan ke Betlehem
bukan hanya perjalanan fisik; itu adalah perjalanan iman. Setiap langkah menuju
Betlehem adalah langkah menuju pengharapan. Dalam dunia modern, lembah
kekelaman bisa berupa krisis kesehatan mental, kesepian, atau ketidakpastian
masa depan. Namun, Firman Tuhan memberikan arah dan jaminan bahwa ada cahaya di
ujung perjalanan kita.
Mazmur 23 menggambarkan
Allah sebagai gembala yang setia, yang memimpin kita melewati lembah dan menuju
padang rumput yang hijau. Ketika kita berjalan bersama Tuhan, kita tidak hanya
bertahan; kita menang. Kristus, yang lahir di Betlehem, adalah bukti nyata
bahwa Allah selalu menggenapi janji-Nya, bahkan di tengah penderitaan.
Refleksi Pribadi
Apa "lembah
kekelaman" yang Anda alami saat ini? Apakah Anda merasa kehilangan arah
atau harapan? Firman Tuhan mengingatkan bahwa Anda tidak sendirian. Seperti
para gembala yang melangkah dalam gelap malam, kita dipanggil untuk melangkah
dalam iman. Betlehem menanti kita di ujung perjalanan, tempat di mana kasih,
terang, dan pemulihan ditemukan di dalam Kristus.
Referensi
1.
Alkitab (Mazmur 23:4)
2.
Viktor Frankl, Man’s Search for
Meaning
3.
Søren Kierkegaard, Fear and Trembling
4.
Corrie ten Boom, The Hiding Place
5.
Artikel Christianity Today
tentang pengharapan di tengah penderitaan
6.
Jurnal Psychology and Religion
tentang hubungan antara iman dan ketahanan mental
7.
Kisah-kisah penyintas Holocaust yang
menemukan pengharapan dalam iman mereka.
Komentar
Posting Komentar