BAHAN SERMON PEKAN PENATALAYANAN GBKP 2025 HARI KEENAM "Berlaku Baik, Berpengetahuan dan Saling Mengajari - Roma 15:14-21"
===================================================================
Invocatio
: Jesaya 28:6
Bacaan
I : 1 Tawarikh 13:1-4
Kotbah
: Roma 15:14-21
Tema
: Berlaku Baik,
Berpengetahuan dan Saling Mengajari
===================================================================
Bayangkan
ini: Anda berada di sebuah ruangan penuh orang dari latar belakang berbeda,
masing-masing memiliki keyakinan, pandangan, dan cara hidup unik. Apa yang akan
Anda lakukan? Memaksakan pendapat? Berdebat? Atau mencoba memahami? Paulus
dalam Roma 15:14-21 menunjukkan bahwa jalan yang lebih baik adalah saling
menguatkan, memuji yang baik, dan berbagi pengetahuan dalam kasih.
Kedengarannya mudah, bukan? Tetapi seperti menyusun LEGO tanpa petunjuk,
ternyata itu membutuhkan usaha, kebijaksanaan, dan—yang paling penting—belas
kasih Tuhan.
Dalam
Roma 15:14-21, Paulus menulis dengan penuh keyakinan kepada jemaat di Roma. Ia
memuji mereka sebagai orang-orang "penuh kebaikan, penuh pengetahuan, dan
sanggup saling mengajar." Pujian ini bukan sekadar kata-kata manis untuk
membangun hubungan. Paulus memiliki alasan yang mendalam: ia melihat bagaimana
belas kasih Tuhan bekerja dalam komunitas itu, bukan hanya melalui apa yang
mereka lakukan tetapi karena transformasi hati mereka oleh kasih karunia Tuhan.
Segala sesuatu yang mereka capai bukanlah hasil dari usaha manusia semata,
melainkan karena penyerahan penuh kepada Tuhan.
Dasar
pujian Paulus ini dapat dihubungkan dengan psikologi positif, di mana pengakuan
terhadap kebaikan seseorang memotivasi perilaku yang lebih baik. Psikolog
Martin Seligman berpendapat bahwa apresiasi terhadap kebaikan membantu
membangun rasa percaya dan kerjasama dalam kelompok. Dalam konteks Paulus,
apresiasi ini lebih dari sekadar pengakuan sosial; ini adalah pengakuan akan
karya Tuhan dalam hidup mereka.
Hal
serupa dapat dilihat dalam kisah Daud di 1 Tawarikh 13:1-4, ketika ia mengajak
seluruh Israel untuk membawa Tabut Allah kembali ke Yerusalem. Keputusan ini
dibuat bukan hanya karena aspirasi pribadi Daud, tetapi melalui dialog dengan
pemimpin bangsa dan rakyatnya. Keputusan mereka lahir dari kebersamaan, rasa
hormat, dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Mereka menyadari bahwa segala
sesuatu berasal dari belas kasih Tuhan, bukan kekuatan atau kebijaksanaan
mereka sendiri.
Kisah
ini mengajarkan bahwa saling mengajar dan membimbing tidak harus berasal dari
posisi superioritas, tetapi dari hati yang terbuka untuk belajar bersama. Dalam
kebersamaan, tercipta harmoni yang mencerminkan kebesaran Tuhan.
Yesaya
28:6 menegaskan bahwa Tuhan adalah sumber hikmat dan kekuatan, bahkan dalam
situasi yang menantang. Ketika kita menyerahkan diri kepada belas kasih Tuhan,
kita menemukan kemampuan untuk berlaku baik, berbagi pengetahuan, dan saling
mengajar. Namun, penting untuk diingat bahwa semua ini bukan tentang mencari
validasi diri, melainkan tentang mencerminkan kasih Tuhan.
Dalam
kehidupan sehari-hari, bagaimana kita bisa membawa prinsip ini? Bayangkan Anda
dihadapkan pada situasi konflik—entah itu di kantor, rumah, atau lingkungan
sosial. Jalan mudah adalah memenangkan argumen atau memaksakan pandangan.
Tetapi, jalan Tuhan memanggil kita untuk berlaku baik, mendengarkan dengan
penuh kasih, dan menawarkan solusi yang membangun.
Dalam
dunia yang penuh perbedaan, toleransi dan kedewasaan menjadi fondasi penting.
Berlaku baik bukan berarti menyetujui segalanya, tetapi menghormati perbedaan
dengan rendah hati. Dalam filsafat, Emmanuel Levinas berbicara tentang
"tanggung jawab terhadap yang lain," yang menekankan bahwa keberadaan
kita hanya bermakna ketika kita memperhatikan dan mempedulikan orang lain.
Begitu pula dalam iman Kristen, hidup dalam kasih dan belas kasih Tuhan berarti
mengakui bahwa setiap individu, betapapun berbeda, adalah ciptaan yang
berharga.
Berlaku
baik, berpengetahuan, dan saling mengajari adalah panggilan yang diberikan
Tuhan kepada kita. Seperti Paulus memuji jemaat di Roma, seperti Daud memimpin
dengan kerendahan hati, dan seperti Yesaya menunjukkan keberserahan kepada
Tuhan, kita juga dipanggil untuk hidup dengan prinsip-prinsip ini. Dalam setiap
tindakan kita, biarlah kasih Tuhan menjadi dasar, sehingga kita dapat
menciptakan komunitas yang tidak hanya harmonis tetapi juga memuliakan Tuhan.
Karena pada akhirnya, berlaku baik adalah cara kita mencerminkan Kristus dalam
dunia yang penuh perbedaan.
"Mari
menjadi terang, bukan hanya di tengah kegelapan, tetapi juga di tengah spektrum
warna yang mencerminkan keindahan karya Tuhan."
Aron
Ginting Manik
Komentar
Posting Komentar