Bayangkan seorang pria
berdiri di tepi sungai, melihat bayangannya sendiri di permukaan air. Air itu
jernih, tapi yang ia lihat bukan hanya wajahnya—melainkan dua gambaran berbeda.
Yang satu adalah dirinya yang lama, penuh dengan beban masa lalu, luka, dan
dosa. Yang lain adalah dirinya yang baru, berkilau dalam cahaya anugerah,
dipenuhi oleh kasih dan kebenaran Kristus. Pria itu menyadari satu hal: ia
tidak bisa menjadi keduanya. Ia harus memilih.
Rasul
Paulus dalam Efesus 4:20-32 mengundang kita untuk menanggalkan manusia lama dan
mengenakan manusia baru, yang diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran
dan kekudusan yang sejati. Tetapi, bagaimana kita bisa hidup dalam realitas
ini? Bagaimana kita memastikan bahwa manusia baru kita tetap bertahan, tidak
hanya menjadi bayangan yang cepat berlalu?
Perubahan yang Berakar
dalam Identitas
Psikologi modern
mengajarkan bahwa transformasi sejati terjadi ketika seseorang mengubah
keyakinan intinya tentang dirinya sendiri. Jika seseorang percaya bahwa ia
tetap terikat oleh kesalahan masa lalu, maka ia akan terus hidup dalam pola
yang sama. Tapi jika ia benar-benar percaya bahwa ia telah diperbaharui, maka
ia akan mulai bertindak sebagai pribadi yang baru.
Efesus 4:22-24
menegaskan hal ini: kita harus ‘menanggalkan manusia lama yang menemui
kebinasaan oleh nafsunya yang menyesatkan’ dan ‘diperbaharui dalam roh dan
pikiran kita’. Perubahan tidak hanya terjadi secara eksternal, tetapi dimulai
dari dalam—di tingkat kesadaran, di kedalaman pikiran dan jiwa. Ketika kita
menyadari bahwa kita adalah ciptaan baru, kita mulai berpikir, berbicara, dan
bertindak sesuai dengan identitas itu.
Kesejatian Diri dalam
Kebenaran
Filsuf eksistensialis
seperti Kierkegaard berbicara tentang ‘menjadi diri sendiri dalam kebenaran di
hadapan Allah’. Ia percaya bahwa kehidupan sejati bukanlah kehidupan yang
ditentukan oleh ekspektasi dunia, tetapi oleh realitas keberadaan kita di hadapan
Tuhan. Ini sejalan dengan panggilan Paulus dalam Efesus 4:25-32: kita diajak
untuk membuang dusta, tidak menyimpan kepahitan, serta hidup dalam kasih dan
pengampunan.
Ketika kita mengenakan
manusia baru, kita menolak untuk hidup dalam kepalsuan. Kita tidak lagi
mendasarkan hidup kita pada kebohongan tentang siapa kita atau bagaimana dunia
ingin kita menjadi. Sebaliknya, kita menjalani hidup yang penuh integritas, di
mana kata dan perbuatan kita selaras dengan kebenaran yang Allah nyatakan.
Aplikatif
Masmur 68:36
menyatakan, "Allah adalah dahsyat dari tempat kudus-Nya; Allah Israel,
Dialah yang mengaruniakan kekuatan dan kekuasaan kepada umat-Nya." Ini
berarti bahwa kita tidak berjalan sendiri dalam perubahan ini—Tuhan sendiri
memberi kita kekuatan untuk tetap hidup dalam manusia baru.
Bagaimana kita
memastikan bahwa kita tetap hidup dalam manusia baru?
1.
Perbaharui Pikiran dengan Firman
Tuhan – Apa yang kita isi dalam pikiran kita akan
menentukan bagaimana kita bertindak. Bacalah Firman, renungkan, dan biarkan itu
membentuk cara berpikir kita.
2.
Bertindak Sesuai dengan Identitas
Baru
– Jangan hanya percaya bahwa Anda adalah manusia baru, tetapi jalani hidup
seperti orang yang sudah ditebus. Perubahan sejati terjadi dalam tindakan kecil
yang kita ulang setiap hari.
3.
Hiduplah dalam Kasih dan
Pengampunan – Efesus 4:32 menutup bagian ini dengan
ajakan untuk menjadi ‘ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra, dan
saling mengampuni’. Pengampunan adalah tanda utama bahwa kita benar-benar telah
diperbaharui.
4.
Ingat bahwa Hidup adalah Proses
– Ulangan 4:1-10 mengingatkan kita bahwa kita harus setia kepada perintah Tuhan
dan mengajarkannya kepada generasi berikutnya. Ini bukan hanya perjalanan
pribadi tetapi juga warisan rohani bagi orang lain.
Cahaya yang Tetap
Bersinar
Epifani adalah tentang
melihat terang, tetapi lebih dari itu—tentang memilih untuk hidup di dalam
terang itu. Kita telah dipanggil untuk meninggalkan manusia lama dan hidup
dalam kebenaran manusia baru. Itu bukan sekadar keputusan sesaat, tetapi
perjalanan seumur hidup.
Jadi, ketika kita
menatap bayangan kita sendiri di ‘sungai kehidupan’, kita harus bertanya: versi
mana dari diri kita yang akan kita pilih? Apakah kita akan terus membiarkan
manusia lama mengendalikan kita, ataukah kita akan terus melangkah dalam terang
Kristus sebagai manusia baru?
Pilihlah manusia baru.
Pilihlah untuk tetap hidup dalam anugerah dan kebenaran. Sebab di sanalah
kehidupan sejati ditemukan.
Komentar
Posting Komentar