Tetap Hidup dalam “Manusia Baru” Refrensi Khotbah Minggu GBKP 2 Februari 2025

 


Bayangkan seorang pria berdiri di tepi sungai, melihat bayangannya sendiri di permukaan air. Air itu jernih, tapi yang ia lihat bukan hanya wajahnya—melainkan dua gambaran berbeda. Yang satu adalah dirinya yang lama, penuh dengan beban masa lalu, luka, dan dosa. Yang lain adalah dirinya yang baru, berkilau dalam cahaya anugerah, dipenuhi oleh kasih dan kebenaran Kristus. Pria itu menyadari satu hal: ia tidak bisa menjadi keduanya. Ia harus memilih.

Rasul Paulus dalam Efesus 4:20-32 mengundang kita untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, yang diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati. Tetapi, bagaimana kita bisa hidup dalam realitas ini? Bagaimana kita memastikan bahwa manusia baru kita tetap bertahan, tidak hanya menjadi bayangan yang cepat berlalu?

Perubahan yang Berakar dalam Identitas

Psikologi modern mengajarkan bahwa transformasi sejati terjadi ketika seseorang mengubah keyakinan intinya tentang dirinya sendiri. Jika seseorang percaya bahwa ia tetap terikat oleh kesalahan masa lalu, maka ia akan terus hidup dalam pola yang sama. Tapi jika ia benar-benar percaya bahwa ia telah diperbaharui, maka ia akan mulai bertindak sebagai pribadi yang baru.

Efesus 4:22-24 menegaskan hal ini: kita harus ‘menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaan oleh nafsunya yang menyesatkan’ dan ‘diperbaharui dalam roh dan pikiran kita’. Perubahan tidak hanya terjadi secara eksternal, tetapi dimulai dari dalam—di tingkat kesadaran, di kedalaman pikiran dan jiwa. Ketika kita menyadari bahwa kita adalah ciptaan baru, kita mulai berpikir, berbicara, dan bertindak sesuai dengan identitas itu.

Kesejatian Diri dalam Kebenaran

Filsuf eksistensialis seperti Kierkegaard berbicara tentang ‘menjadi diri sendiri dalam kebenaran di hadapan Allah’. Ia percaya bahwa kehidupan sejati bukanlah kehidupan yang ditentukan oleh ekspektasi dunia, tetapi oleh realitas keberadaan kita di hadapan Tuhan. Ini sejalan dengan panggilan Paulus dalam Efesus 4:25-32: kita diajak untuk membuang dusta, tidak menyimpan kepahitan, serta hidup dalam kasih dan pengampunan.

Ketika kita mengenakan manusia baru, kita menolak untuk hidup dalam kepalsuan. Kita tidak lagi mendasarkan hidup kita pada kebohongan tentang siapa kita atau bagaimana dunia ingin kita menjadi. Sebaliknya, kita menjalani hidup yang penuh integritas, di mana kata dan perbuatan kita selaras dengan kebenaran yang Allah nyatakan.

Aplikatif

Masmur 68:36 menyatakan, "Allah adalah dahsyat dari tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dialah yang mengaruniakan kekuatan dan kekuasaan kepada umat-Nya." Ini berarti bahwa kita tidak berjalan sendiri dalam perubahan ini—Tuhan sendiri memberi kita kekuatan untuk tetap hidup dalam manusia baru.

Bagaimana kita memastikan bahwa kita tetap hidup dalam manusia baru?

1.      Perbaharui Pikiran dengan Firman Tuhan – Apa yang kita isi dalam pikiran kita akan menentukan bagaimana kita bertindak. Bacalah Firman, renungkan, dan biarkan itu membentuk cara berpikir kita.

2.      Bertindak Sesuai dengan Identitas Baru – Jangan hanya percaya bahwa Anda adalah manusia baru, tetapi jalani hidup seperti orang yang sudah ditebus. Perubahan sejati terjadi dalam tindakan kecil yang kita ulang setiap hari.

3.      Hiduplah dalam Kasih dan Pengampunan – Efesus 4:32 menutup bagian ini dengan ajakan untuk menjadi ‘ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra, dan saling mengampuni’. Pengampunan adalah tanda utama bahwa kita benar-benar telah diperbaharui.

4.      Ingat bahwa Hidup adalah Proses – Ulangan 4:1-10 mengingatkan kita bahwa kita harus setia kepada perintah Tuhan dan mengajarkannya kepada generasi berikutnya. Ini bukan hanya perjalanan pribadi tetapi juga warisan rohani bagi orang lain.

Cahaya yang Tetap Bersinar

Epifani adalah tentang melihat terang, tetapi lebih dari itu—tentang memilih untuk hidup di dalam terang itu. Kita telah dipanggil untuk meninggalkan manusia lama dan hidup dalam kebenaran manusia baru. Itu bukan sekadar keputusan sesaat, tetapi perjalanan seumur hidup.

Jadi, ketika kita menatap bayangan kita sendiri di ‘sungai kehidupan’, kita harus bertanya: versi mana dari diri kita yang akan kita pilih? Apakah kita akan terus membiarkan manusia lama mengendalikan kita, ataukah kita akan terus melangkah dalam terang Kristus sebagai manusia baru?

Pilihlah manusia baru. Pilihlah untuk tetap hidup dalam anugerah dan kebenaran. Sebab di sanalah kehidupan sejati ditemukan.

Komentar

Markus Perdata mengatakan…
Selamat Geluh simbaru