Ketaatan menjadi sesuatu yang mustahil (mungkin)
bagi beberapa saudara. Walaupun banyak kisah yang tertuang dalam Alkitab
tentang bagaimana seorang mengasihi Allah dalam kehidupan dan kematiannya.
Namun itupun terbantahkan dengan perkataan, “Memang demikianlah hidup seorang
beriman”. Perkataan yang seolah-olah ingin menyatakan bahwa dirinya tidak mampu
dan sanggup melakukan hal yang sama. Sesuatu yang seolah-olah mengatakan bahwa tidak sembarang
orang yang dilayakkan oleh Tuhan untuk menjalani dan mengikuti kehidupan Yesus.
Apakah saudara juga merasakan hal yang sama?
Tahukah saudara, bahwa banyak pujangga yang
mengatakan bila “Cinta yang Memampukan" bahkan DOEL SUMBANG. Salah satu
penyanyi, yang mungkin tenar di masa orang tua calonteolog.com menuliskan lirik
lagu “Arti Kehidupan” demikian;
Rintangan pasti datang menghadangCobaan pasti datang menghujamNamun yakinlah bahwa cinta itu 'kan membuatmuMengerti akan arti kehidupan
Lagu yang seketika juga mengingatkan dan
membantu calonteolog.com memahami pesan dari Paulus bagi jemaat Filipi yang
kala itu dalam bayangan para teolog sedang bergejolak dalam kehidupannya.
Dari luar, jemaat menghadapi penganiayaan dari orang-orang yang tidak menyukai
keberadaan mereka. Dari dalam, ada beberapa orang anggota jemaat yang saling
berseteru satu sama lain (Flp. 4:2). Belum lagi guru-guru palsu yang
membingungkan Gereja dengan ajaran-ajarannya yang menyesatkan (Flp. 3:2).
Gejolak kehidupan gereja seperti itu bisa saja menggoda jemaat untuk tidak lagi
taat iman. Oleh sebab itu menjadi perlu, jemaat ini mengingat kembali “ketaatan
yang berkorban”, yang telah ditunjukkan oleh Kristus, agar mereka dapat
berdamai dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan orang lain.
Mungkinkah segampang itu?
Mungkinkah ketika Paulus mengatakan hal sedemikian, jemaat yang berada di Filipi
mampu kembali taat dan melakukan hal yang sama? Calonteolog.com meragukan hal
tersebut. Sebab hal yang serupa bila para teolog lakukan kepada orang-orang
yang mendengarnya. Tentu akan mendapatkan sanggahan dari para pendengarnya.
Sanggahan seperti, “Hidup itu gak segampang yang engkau bicarakan!”. Ya,
walaupun terlihat kasar, tapi calonteolog.com pun bisa mengatakan hal yang
demikian pula.
Tapi tahukah anda? Ada begitu banyak
kisah-kisah yang dituliskan oleh seorang pujangga tentang besarnya kekuatan
cinta. Sampai beberapa kisah, terlihat seperti di luar nalar manusia. Tapi
semuanya dapat dijalani dan dilakukan. Mengapa? Semua karena cinta!
Ya, demikianlah kekuatan cinta. Bisa membawa seseorang untuk
melakukan semua hal diluar nalarnya. Baik itu positif ataupun hal yang bahkan berakibat
negatif bagi dirinya dan orang-orang yang menyayanginya. Tentu, calonteolog.com tidak menyarankan hal
ini dalam kehidupan saudara.
Sebelum melanjutkan refleksi ini, perlu diingat
bahwa calonteolog.com, tidak sedang jatuh cinta saat menuliskan hal ini. Bahkan
calonteolog.com sedang patah hati saat menuliskan refleksi ini. Tapi calonteolog.com
mengungkapkan demikian karena itulah yang menjadi power terbesar dalam kehidupan manusia. Bahkan hal inipun terjadi
dalam kehidupan Yesus.
Cintalah yang membuat Allah mau turun dari
tahtaNya, hanya untuk memberikan pengampunan pada manusia. Cinta yang membuat
Allah mau memberikan diriNya dihina dan disalibkan sebagai manusia yang bersalah
didepan Pilatus, hanya untuk menebus diri manusia.
Tapi jika kesimpulan hanya berhenti pada hal
itu saja. Rasa-rasanya, semua orangpun menyadari dan mengetahuinya. Tetapi adakah
hal yang sama juga dilakukan oleh kita, manusia? Tentu, Saudara punya jawabanya
masing-masing.
Hanya saja, satu hal yang calonteolog.com
pahami. Bahwa mungkin selama ini saudara ataupun banyak diantara kita yang
beranggapan bahwa karya Salib sebagai bentuk penebusan dan pengampunan sehingga
seorang dilayakkan di mata Allah. Tapi calonteolog.com menyadari pula, bahwa saudarapun
mengetahui betapa banyak tokoh di dalam perjanjian lama juga dilayakkan oleh
manusia. Persis, sebelum semua kisah kehidupan dan kematian Yesus berlangsung
di dunia.
Dengan kata lain, calonteolog.com mendapatkan
pemahaman bahwa sepertinya Allah ingin juga merasakan apa yang dirasakan oleh
manusia. Allah ingin juga merasakan kerapuhan-kerapuhan yang dimiliki oleh
manusia, sehingga membuat dirinya sulit untuk mengasihi Allah. IA ingin
merasakan hal itu dan menjadikan dirinya teladan pula bagi banyak orang.
Ini yang calonteolog.com refleksikan dari perkataan
Paulus kepada jemaat di Filipi. Bahwa Allah menjadikan dirinya telada bagi
manusia dengan merasakan penderitaan-penderitaan yang dihadapi manusia dalam
rupa Yesus. Bahkan IA tidak menghindari penderitaan dan kesakitan itu.
Ya, inilah teladan yang diberikan
kepada manusia. Semua hal itu dilakukan hanya karena satu alas an, yakni Cinta
Allah kepada manusia. Sampai-sampai IA memberikan diriNya utnuk merasakan apa
yang mungkin selama ini saudara keluhkan dalam hidup ini.
Karena itu, dalam bayangan calonteolog.com saat
ini justru tentang perasaan manusia sendiri kepada Allah. Apakah manusia juga
memiliki cinta yang sama? Cinta yang membawa Allah untuk meninggalkan zona
nyaman tahtaNya. Cinta yang membawa Allah untuk menerima sakit yang diderita
oleh manusia selama ini. Cinta yang membawa Allah untuk menerima diri disebut hina
di atas Salib. Apakah cinta itu ada pada manusia? Apakah cinta yang sama dimiliki
oleh manusia untuk tetap setia dan taat kepada jalan Salib Yesus?
Jika cinta itu ada, mengapa diantara kita
justru tidak memperlihatkan hal itu kepada Allah? Jangan-jangan cinta itu tidak
kita miliki sama sekali, sehingga kita selalu beralasan untuk memikul Salib
bersama denganNya. Jangan-jangan cinta itu hanya kata-kata kiasan yang selalu
kita nyanyikan, bicarakan dan dengarkan tanpa pernah kita hidupi sama sekali.
Sebab, bila ketaatan menjadi sulit bagi
saudara. Maka benarlah, bila cinta itu tidak ada dalam diri saudara.
Komentar
Posting Komentar