Orang-orang Kristen menyadari dan memahami bahwa dirinya
adalah anak-anak Tuhan, yang mana BAPA itu terus bekerja dan berkarya sampai
saat ini. Maka akan menjadi sebuah ironi bila anak-anak Tuhan menjadi seorang
yang pemalas. Berbicara mengenai seorang pemalas, dalam perjalanan penulis
Amsal, ia melihat bagaimana ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang
tidak berakal budi ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan
temboknya sudah roboh. Ia memandangnya dan memperhatikannya, sembari menjadikannya
sebagai pelajaran untuk si penulis. Betapa orang tersebut menjadi miskin,
karena kemalasannya. (Amsal 24:30-34). Tentu saja kisah ini bertujuan untuk menasihatkan
para pembaca agar tidak menjadi seorang yang pemalas. Karena itu juga baik
pula, kisah ini menjadi refleksi dan renungan anak-anak Tuhan yang malas.
Mungkin orang-orang yang mendedikasikan dirinya dalam
ilmu hypnosis akan lebih memahami untuk menganalisa, mengapa seseorang
dikatakan pemalas. Hanya saja, calonteolog.com memiliki beberapa asumsi yakni
jangan-jangan rasa malas muncul karena ada bagian tertentu dalam diri seseorang
yang merasa perlu waktu untuk istirahat setelah bekerja dalam jangka waktu
tertentu. Jadi bisa dikatakan pula bahwa rasa malas itu semacam respon tubuh
yang telah letih bekerja dan bertujuan baik pula. Namun demikian, bila rasa
malas ini berlebihan dan mengganggu kinerja seseorang maka ini yang menjadi masalah
yang harus diselesaikan. Ironisnya adalah orang yang lagi bermasalah dengan
adanya rasa malas berlebihan ini seringkali justru merasa tidak malas dan
merasa dirinya bukan pemalas.
Bahkan tidak hanya berhenti
pada hal itu saja, calonteolog.com pikir pula; jangan-jangan rasa malas itu
muncul dalam pribadi seseorang yang tidak memiliki mental yang kuat sehingga
memilih untuk menyerah pada situasi dan tantangan yang mungkin dia hadapi.
Karena itu, ketika
calonteolog.com dipilih untuk menjadi bagian panitia orientasi studi dan
pengenalan Asrama di Fakultas terdahulu, sedikit kebingungan dengan bentuk
bentuk kegiatan yang disarankan oleh ketua Panitia. Sebab, bagi calonteolog.com
Ketua Panitia menyarankan agar tidak diadakanya bentuk-bentuk kekerasan secara
non verbal ataupun verbal. Tentu hal ini
mudah dipahami maksud dan tujuan yang ketua Panitia saat itu harapkan. Seyogianya
dalam keluarga, Bila seoarang anak
dibesarkan pada keluarga
pembunuh, maka ia
akan menjadi pembunuh bila seoarang anak dibesarkan melalui cara-cara
kasar, maka ia akan menjadi pemberontak.
Akan tetapi, bila
seoarang anak dibesarkan
pada kelaurga yang penuh
cinta kasih sayang, maka
ia akan tumbuh menjadi
pribadi cemerlang yang memiliki budi
pekerti luhur.
Tentunya, calonteolog.com
juga bukanlah seorang predator yang ingin melakukan suatu tindakan-tindakan
yang sampai membahayakan nyawa para mahasiswa baru yang datang. Tetapi ukuran
kekerasan itu menjadi relatif. Apa yang calonteolog.com pikir sebagai hal biasa
ataupun lumrah belum tentu dianggap sama oleh orang-orang yang melihat dan
menerimanya. Sementara, bagi calonteolog.com (dulu) mental seseorang akan
semakin terbentuk bila dilakukan bentuk Pendidikan yang “agak keras” di dalam pengenalan kampus.
Calonteolog.com sengaja memberikan cetak tebal pada
kata itu. Sebab sepertinya kata itu agak sulit diterjemahkan. Annggap saja
seperti ini; apakah ketika Yesus berkata Pikul Salib? Saat itu juga Yesus
melakukan bentuk pendidikan yang menggunakan kekerasan kepada kita?
Calonteolog.com pikir kita sepakat untuk mengatakan bahwa itu bukan budaya
kekerasan yang ingin Yesus ajarkan untuk saudara. Artinya, saudara juga jangan
terlalu menjadi naif dan melupakan realitas yang ada dalam memberikan suatu
pendidikan. Sebab, sering kali justru dunia yang begitu ideal yang ditanamkan
dan dipupuk dalam pribadi seseorang membuat dirinya sulit menerima dan
menghadapi tantangan yang ada di depannya. Alhasil, membuat pribadi-pribadi
yang demikian menjadi pribadi yang malas dan gampang menyerah pada keadaan.
Ini yang calonteolog.com pikir perlu menjadi sorotan
untuk anak-anak Tuhan saat ini. Bukan untuk memberikan pengakuan kepada
bentuk-bentuk kekerasan. Karena jelas calonteolog.com juga tidak membenarkan
pendidikan-pendidikan yang memberlakukan kekerasan baik secara verbal ataupun
non-verbal. Justru, para pendidik saat ini mendapat tugas yang lebih baru lagi mengenai
bagaimana memberikan pendidikan yang anti-kekerasan namun sadar bahwa
lingkungan sosial yang dihadapi penuh dengan tantangan ataupun kekerasan. Jangan
sampai para pendidik saat ini malah menjadikan peserta didiknya menjadi seorang
yang memiliki sedikit daya juang untuk menghadapi setiap rintangan dan tantangan.
Alhasil, terciptalah anak didik yang marak seperti saat ini, tidak mau
mendapatkan tekanan dan pemalas.
Bila dalam kemanusiaan
Yesus, mendapatkan penghinaan dan cibiran dari beberapa golongan. Ironis bila anak-anak
Tuhan menjadi manusia yang malas dan tidak bisa survive dari banyak tekanan yang datang. Bila dalam kemanusiaan Yesus,
memikul salib yang membuatNya beberapa kali terjatuh. Ironis bila anak-anak
Tuhan menjadi manusia yang menyerah begitu saja ketika beban-beban perekonomian
semakin menumpuk di pundaknya. Bila dalam kemanusiaan Yesus, membersihkan kezaliman
yang terjadi di Bait Allah. Ironis bila anak-anak Tuhan menjadi manusia yang
justru menyerah pada bentuk-bentuk penzaliman yang terjadi padanya saat ini.
Komentar
Posting Komentar