Sering kali, saat kita
mengubah cara bicara kita. Saat itu juga kita bisa mengubah hidup kita. Seperti
yang terjadi pada Oprah Winfrey, seorang
pembawa acara talk show terkenal di dunia. Apa yang menjadi kelebihannya?
Ia memiliki rasa empati dalam berbicara. Ia mengganti kekurangannya dengan
ucapan hangat yang mampu merangkul dan menghibur lawan bicaranya. Itulah yang
membuat hidupnya berubah.
Hal yang sama juga pernah
terjadi pada Steve Jobs. Ia merupakan raja IT sekaligus presenter dunia. Kepopulerannya
tidak diperoleh dalam waktu singkat. Ia berlatih tanpa henti dan tidak ragu
untuk membuat persentasi dalam level terbaik. Dalam bukunya yang berjudul The
Persentation Secrets of Steve Jobs, Carmine Gallo mengatakan bahwa,
“Seteve Jobs merupakan aktor terbaik yang menampilkan akting sempurna di atas panggung. Seluruh gerak, persiapan, gambar, dan slide persentasinya membentuk kombinasi yang sempurna. Jobs terlihat sangat nyaman, penuh percaya diri, dan natural di atas panggung. Penonton melihatnya, tampak begitu mudah melakukan persentasi. Sebenarnya ada rahasia di balik itu. Ia melakukan latihan persentasi”
Itulah yang membuat Jobs
terlahir menjadi presenter handal dan berhasil mengukir nama Apple di hati
seluruh penduduk dunia.
Atau, pernahkah saudara
mendengar pidato ini?
“Tidak ada Amerika maju ataupun Amerika Konservatif. Yang ada hanya “Amerika Serikat”. Tidak ada Amerika untuk kulit hitam, untuk kulit putih, untuk kaum hispanik, atau untuk orang Asia. Yang ada hanya “Amerika Serikat’. Kita adalah bangsa yang satu”
Seorang politikus yang
sebelumnya tidak terkenal mendadak menjadi bintang akibat pidatonya dalam
konvensi nasional Partai Demokrat di Amerika pada 2004. Ia adalah Barack Obama,
yang berpidato dalam kampanye kandidat presiden John Kerry.
Ya, seperti apa yang Oh Su
Hyang, dosen dan pakar komunikasi terkenal di Korea Selatan bahwa;
“ Hidup akan berubah jika pemikiran berubah. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa perilaku penting dalam kehidupan. Hidup akan berubah jika perilaku berubah. Keduanya benar, tapi janganlah abaikan bahwa ucapanpun memiliki prosi yang sama pentingnya dengan pikiran dan perilaku.”
Sedemikian pentingnyalah perkataan
yang kita, keluarkan dari mulut kita masing-masing. Saudara mungkin adalah seorang pemikir
yang baik, seorang pekerja yang baik pula. Namun bila ucapan yang keluar dari
mulut saudara adalah ucapan-ucapan sia-sia dan menjatuhkan orang lain. Maka itu
tidak akan membuat orang nyaman berada di dekat saudara. Bahkan, banyak orang akan
meninggalkan saudara.
Karena itu pula, dalam Matius
12:35-37, Yesus memperingatkan kepada banyak orang yang mendengar dan terkhusus
kita saat ini. Untuk berhati-hati dalam menggunakan mulut dan melontarkan
perkataan kita kepada orang lain. Sebab kala itu, Yesus justru difitnah dan
dikatakan oleh orang-orang Farisi dengan perkataan yang menyesatkan. “Tetapi
ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu
setan, Ia mengusir setan.” (Mat 12:24)
Melalui
perkataan-perkataan tersebut, orang-orang Farisi merubah hidupnya bukan lagi
menjadi orang-orang yang layak untuk dihormati. Sekalipun mereka memiliki
posisi dan jabatan yang penting. Mengapa? Karena, dia lebih memilih untuk
mengungkapkan perkataan yang buruk mengenai Yesus dan mengabaikan belas kasih
Yesus kepada orang yang kerasukan setan.
Dari kisah ini pula,
calonteolog.com mendapati respon Yesus yang menarik atas apa yang orang Farisi
lakukan kepadanya. Respon yang menjadi pedoman untuk kita berhadapan dengan orang-orang
yang tidak bisa menjaga perkataannya, yakni Kita tidak dapat menutup semua
mulut yang mengatakan banyak hal tentang kita, tapi setidaknya kita bisa
menyaring semua perkataan tersebut, memilahnya dan memilih mana yang baik untuk
membangun pribadi kita. Demikian juga sebaliknya dalam kita berkata kepada
orang lain. Seperti Yesus lakukan, Ia tidak merespon dengan perkataan yang sama
kepada orang Farisi tersebut. Justru sebaliknya, Yesus memberikan kata-kata
yang membangun pribadi-pribadi dari orang yang mendengarkannya.
Tapi penting pula bagi
calonteolog.com untuk dibagikan kepada saudara. Bahwa, Faktanya memang tutur
kata kita banyak berbicara tentang jati diri kita. Aksen kita menunjukkan
negara atau daerah asal kita. Kata-kata kita mengungkapkan tingkat pendidikan
atau budi bahasa kita. Topik diskusi kita menunjukkan minat utama kita dalam
kehidupan, karena biasanya kita membicarakan hal-hal yang paling kita sukai.
Dan percakapan kita mengungkapkan tujuan kekal kita, karena orang-orang yang
akan ke surga berbicara dengan "bahasa kemuliaan." Sebaliknya,
orang-orang yang akan ke neraka berbicara dengan "bahasa kesesatan."
Namun perlu diingat juga,
sebagai pendengar janganlah gampang tersinggung dan marah pada apa yang orang
lain sampaikan. Saat kita berbicara dengan orang lain, ketahuilah terlebih
dahulu dengan siapa dan seperti apa teman berbicara kita. Sebab sering kali,
bukan karena dia ingin berkata kasar kepada saudara. Justru karena cuman itu
yang dia ketahui dan saudara harus memahaminya. Janganlah langsung panas hatimu.
Komentar
Posting Komentar