Saudaraku, adakah diantara kita yang memiliki pengalaman yang sama seperti
seseorang yang pernah mengisahkan tentang anak yang baru saja
mendapatkan pekerjaan, kemudian mendengarkan khotbah dari seorang Pendeta dengan
bahan Alkitabnya diambil dari Amsal 3:9-10
Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Tahukah anda? Setelah mendengarkan khotbah itu, anak
tersebut dengan penuh bahagia dan bangganya memberikan seluruh gaji pertamanya
untuk Gereja. Ya seluruhnya diberikan kepada Gereja. Ke-esokan harinya
dia menelpon orangtuanya dan berkata dengan bangga
“MAK, aku baru saja memberikan persembahan sulungku kepada Gereja sesuai dengan Amsal 3:9-10. Kini, uangku telah habis untuk kupersembahkan kepada Gereja. Maka, aku yakin dengan penuh hikmat akan terisilah seluruh dompetku yang datangnya dari Tuhan. Karena mamak dan bapak adalah wakil Tuhan disini, maka genapilah ayat ini. Berikanlah aku uang, agar diriku masih bisa makan di esok harinya”
Calonteolog.com
yakin saudara paham dengan maksud dari kisah ini. Bahkan dalam diri mengatakan
bahwa diantara kita, akan lebih paham mengenai pesan dari calonteolog.com yang
akan sampaikan, jauh sebelum saudara membaca kisah tersebut.
Benar saja, setiap
manusia diberikan hikmat untuk melakukan apapun. Maka pergunakanlah hikmatmu bahkan
ketika saudara mendengarkan khotbah yang mengarahkan seperti anak dalam cerita
tersebut. Mengapa? Kasihanilah para pendetamu. Sebab hasil dari seluruh
persembahanmu hanya akan membuat dirinya semakin gemuk dan terkena diabetes. Sayangilah
mereka dengan berhikmat, saudara. 😊
Seketika calonteolog.com
menuliskan hal ini, dalam benak diri mengatakan “Jangan-jangan semakin banyak
orang yang tidak memberikan persembahan kepada Gereja, kalau semua refleksi
calonteolog.com seperti ini” Mengapa? Sebab sebelum menyampaikan kisah
tersebut, ada begitu banyak orang yang memiliki dalih dalam memberikan
persembahan kepada Gerejanya. Mulai dari soal kondisi ekonomi, masa depan,
investasi, kenaikan sembako dan segala macamnya. Dalih-dalih manusia hanya akan
semakin bertambah bila refleksi-refleksi yang demikian ini terus-terusan dipublikasi.
Saudaraku, hal penting yang perlu ditanamkan dalam setiap benak
kita. Berilah persembahan yang terbaik (dalam hal ini secara materi), bukan
karena takut, bukan karena saudara menginginkan sesuatu dan berharap Tuhan akan
memberikan berlimpat Ganda, bukan pula karena saudara sedang sakit ataupun
dalam kondisi tertekan. Berhentilah untuk memberikan persembahanmu dengan cara
demikian. Itu bukanlah persembahan yang terbaik, itu hanyalah perlakuan
seseorang kepada para pekerjanya untuk melakukan sesuatu untuk dirinya atas upah
yang telah dia berikan.
TUHAN ITU BUKAN PEKERJAMU, TUHAN ITU PEMILIK HIDUPMU
Lalu bagaimana kita
bisa memberikan sebuah persembahan yang bukan kaleng-kaleng atau bukan
abal-abal?
- BERIKAN PERSEMBAHAN ITU TANPA ALASAN APAPUN.
Bagaimana memberikan ucapan syukur, bila ekonomi
hari-haripun sudah mulai semakin tumpur? Kepatuhan kepada Allah bagaimana, bukankah
Allah tidak membutuhkan apapun dari kita? Diberikan kepada Gereja? Baru-baru
ini aja ada pendeta yang korupsi dari uang Gereja? Bahkan ada banyak pendeta yang
memiliki kekayaan sementara jemaatnya masih kurang. Itu bagaimana?
Saudaraku, dalam bilangan 28:26-31 dituliskan bagaimana dan
begitu banyak orang Israel diminta untuk memberikan persemabahan bakarannya di
Bait Allah. Bila itu adalah orang-orang yang pertama kali merasakan kasih Allah
dalam pembebasan bangsa Israel dari tanah mesir misalnya, wajarlah bila mereka
melakukannya. Tapi, bukankah kita mengetahui bahwa ada banyak generasi yang
tidak sampai dan menikmati tanah perjanjian itu? Jika pesan ini disampaikan
kepada kita, calonteolog.com yakin dengan tegas, setiap dari kita mampu mengatakan bahwa aku dan
saudara bukanlah orang yang merasakan pembebasan dari tanah mesir ke tanah Kanaan.
Sederhananya begini, bila saudara memiliki
alasan untuk mengasihi orang yang saudara cintai. Maka saat itu juga, saudara
akan memegang hal itu sebagai batas untuk saudara tetap mengasihinya. Bila hal
itu telah hilang dalam hidup saudara. Maka saudara akan melepaskannya dan berhenti
untuk mengsihinya. Betul?
Jika saudara masih punya dan mencari alasan untuk
memberikan kepada Tuhan. Maka calonteolog.com tidak memiliki alasan yang kuat
untuk saudara memberi persembahan kepada Tuhan. Kalaupun saudara memiliki
alasan untuk tetap memberikan persembahan kepada Gereja saudara, yakinilah
dalam diri saudara bahwa itu hanyalah persembahan yang semu. Bahkan, kekecewaan
yang akan saudara hadapi didepannya.
Tuhan tidak membutuhkan alasan apapun untuk
saudara memberikan persembahan kepadanya. Bahkan saat saudara berusaha
mengurangi persembahan saudara dengan berbagai macam alasannya. Jawabanya sederhana,
saudara ingat dimana orang-orang Farisi merespon sorak-sorai dari orang banyak yang
mengelu-ngelukan Yesus di Yerusalem. Apa yang disampaikannya?
"Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak”
Ya, jangan rendahkan Tuhan dengan berbagai macam
alasan yang kita buat untuk memberikan sebuah persembahan kepada Gereja-Nya.
Bahkan berhentilah untuk para teolog ataupun pendeta yang mencari-cari ayat-ayat
hanya untuk membuat orang memberikan persembahan kepada Gereja. Itu hanya
menurunkan dan menjatuhan “KeTuhananNya”. Berilah dengan tulus, tanpa sebuah
alasan. Tidak memberipun tidak apa, sebab Tuhan tidak membutuhkan orang yang banyak
untuk tulus memuliakanNya.
- BERIKAN PERSEMBAHAN ITU TANPA MEMBEBANI SIAPAPUN
Seringkali calonteolog.com mendapatkan pertanyaan
tentang persembahan, seperti ; Apakah seorang salah dalam menginvestasikan atau
mempersiapkan hari depannya dengan mengurangi persembahannya? Apakah calonteolog.com
bisa meyakinkan setiap orang yang memberi, juga akan terjamini masa depannya?
Jelas, jawabanya semua kita tahu. Jangan khawatir,
tetap berpengharapan, Tuhan punya rancangan damai sejahtera bukan rancangan
kecelakaan untuk umatnya. Lalu apa yang kita takutkan?
Hahahaha…. Itu hanya jawaban dari para pendetamu yang mencoba untuk meyakinkanmu agar memberikan persembahanmu. Itu bukanlah jawaban calonteolog.com 😊
Jika saudara terbeban ketika memberikan
persembahan kepada Gereja. JANGAN BERIKAN! Jika saudara menunggu kapan
beban itu hilang, maka percayalah masalah dan beban itu akan selalu datang
silih berganti.
Jika saudara membebani Tuhan dengan persembahan
yang saudara berikan dengan berfikir bahwa dari hal itu, Tuhan akan menambahkan
berlipat ganda. JANGAN BERIKAN! Tanpa kamu memberi beban itu, dosa kita sudah
terlalu berat untuk menjadi bebannya di kayu Salib.
Bahkan berhentilah para pelayan Tuhan yang harus
mengemis dan berjanji palsu agar jemaatmu memberikan persembahan yang terbaik
kepada Tuhan. Betapa hina seorang pelayan Tuhan, yang memakai nama Tuhan untuk
mencukupkan nafsu pelayananmu sembari membebani Tuhan. TIDAK PERLU!
JIKA SAUDARA TERBEBAN
DAN MEMBEBANI TUHAN ATAS PERSEMBAHAN YANG DIBERIKAN. BERHENTILAH UNTUK
MEMPERSEMBAHKANNYA, TUHAN JUGA TIDAK BUTUH.
Bagi calonteolog.com Tuhan tidak ingin membebani
hidup saudara dengan persembahan-persembahan yang begitu banyak. Tuhan hanya
menginginkan hati yang mengakui dirinya dan memuliakannya sebagai Tuhan bukan SURUH-SURUHAN.
Jika dia berkuasa atas hatimu, saudara tidak akan pernah menganggap diriNya seperti
JIN yang selalu berbalas budi kepada Aladin yang membebaskannya. Bahkan saudara
juga tidak pernah menganggap diri saudara seperti pemandu wisata KOLAM
PERMINTAAN yang menyuruh para pengunjung melemparkan koin kedalam agar
dikabulkannya permintaan saudara. Padahal, justru pemandu wisata yang terkabul
permintaanya karena bisa hidup atas koin yang terus menerus dilemparkan para
wisatawan kedalam KOLAM PERMINTAAN itu.
SEDERHANA BUKAN?
Demikianlah, suatu persembahan yang bukan
kaleng-kaleng. Tanpa sebuah alasan bahkan beban apapun. Dengan ketulusan dan
pengakuan kepadaNya bahwa hanya Dialah Tuhan atas hidup kita. Bukan karena apa
kata Pak Pendeta, tapi seberapa besar keseluruhan hidupmu merasa dimiliki oleh
Tuhan. Jangan paksakan hatimu untuk menerima semua yang calonteolog.com katakan,
lebih baik setiap dari kita merefleksikannya. Tenang, calonteolog.com tidak
menakutimu soal penghakiman. Berbahagialah dan sukacitalah hati yang memberikan
persembahannya, seperti sukacita bangsa Israel yang melakukan perayaan
paskahnya sembari memberikan korban kepada Tuhan. Hati yang demikianlah
menyukakanNya😊
Komentar
Posting Komentar