Istilah perpanjangan Tuhan itu bukanlah sesuatu hal yang baru bagi kalangan Kristen. Menjadi Gambaran dan serupa denganNya menjadi sesuatu yang disadari oleh orang-orang Kristen sebagai jati diri dalam kehidupannya.
Rene Descartes, seorang pemikir rasionalis Perancis abad ke-17, pernah mengatakan bahwa untuk mengetahui apa yang dipikirkan seseorang, lihatlah tingkah laku mereka, bukan perkataan mereka. Mengapa kalimat ini bisa keluar? Karena banyak orang yang menunjukkan kata-kata dan perbuatan yang bertolak belakang.
Itu
jugalah mengapa, terkadang tindakan jauh lebih berdampak daripada sebuah
ucapan. Sebab, tidak lebih dari pemikiran Descartes, setiap orang akan lebih
mudah diyakinkan dengan pembuktian dibanding sebuah ucapan. Walaupun kita
sadari pula bahwa Yesus pernah mengatakan kepada Thomas; “Karena engkau telah
melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat,
namun percaya”
Tapi
memakai perkataan Yesus ini menjadi alasan untuk kita menolak diri sebagai
perpanjangan tanganNya juga tidaklah pantas. Karena itu terlepas dari
kepercayaan orang lain, terlepas tentang bagaimana orang lain mengimani Tuhan.
Bisakah diantara kita, orang-orang yang mengaku diri percaya kepada Tuhan,
menjadi perpanjanganNya agar orang lain dipulihkan dalam hidupnya?
Sebab
demikianlah kiranya pesan utama yang tampak nyata dalam 2 Samuel 9:1-13.
Bahwasanya Daud menjadi perpanjangan Allah untuk memulihkan Mefisobet. Seorang keturunan
Saul yang selama hidupnya justru sering menghakimi dan menghukum dirinya
sendiri. Bahkan megutuki dirinya sendiri dengan menyamakan dirinya sebagai
Anjing Mati.
Karena
itu pemulihan yang paling dibutuhkan Mefisobet bukanlah merubah kondisi
fisiknya. Sebaliknya, perlakuan Daud kepadanya mempertunjukkan bahwa diri Mefisobet
begitu istimewa, tidak seperti anggapan dan penilaiannya selama ini.
Mengapa
hal ini dilakukan Daud? Kata-kata pada ayat pertama dalam perikop menjelaskan
bahwa perlakuan itu didasari oleh kesetiaan Daud akan janjinya kepada Yonathan.
Tapi bila ditelusuri kembali pada ayat ketiga dikatakan Daud kepada Ziba
pengasuh Mefisobet, "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak
menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah."
Perkataan
ini sejatinya menjadi teladan untuk kita terima dalam refleksi kita saat ini. Sebuah
teladan akan seseorang yang telah menerima kasih Allah dan tidak menyimpannya
sendiri. Sebaliknya membagikannya tanpa dalih apapun
Jadi analoginya sangatlah jelas ditunjukkan Daud
kepada Mefisobet, Bahwa Daud merasakan kesetiaan dan perbuatan Allah kepadanya telah
memulihkan hidupnya dan membuat dirinya istimewa. Kemudian kasih kasih Allah
yang Daud terima tersebut juga Ia tujukkan kepada Mefisobet yang selama
hidupnya menghukum dan mengutuki dirinya sendiri..
Pertanyaannya
sekarang, kita tidak mampu menjadi perpanjangan tangan Tuhan itu dikarenakan hidup yang belum dipulihkan
atau keegoisan kita yang hanya mau menerima tanpa ingin membagikan kasih kepada
yang lain?
St.Augustinus yang
hidup pada tahun 400-an di Afrika Utara, mengatakan banyak hal indah tentang
siapa kita sebagai anggota, sel dan organ tubuh Kristus. Ia berkata : "Anda
adalah apa yang telah Anda terima". Dengan kata-kata
ini ia ingin menyatakan kepada kita bahwa ketika kita menerima Yesus sebagai
Roti Hidup untuk perjalanan hidup kita, kita menjadi semakin satu dengan-Nya.
Kesatuan ini melahirkan sebuah perubahan. Namun, yang harus dipahami adalah
Yesus tidak berubah menjadi tubuh kita atau diri kita melainkan kitalah yang
berubah menjadi Dia dengan menjadi bagian dari tubuh-Nya yang lebih hidup,
aktif dan energik. Kita selanjutnya digabungkan ke dalam perpanjangan diri-Nya
sendiri yang merupakan Gereja-Nya - tubuh orang-orang Kristen di dunia saat
ini.
Dalam
tindakan Daud, Mefisobet diingatkan tentang kasih Allah kepada dirinya. Sehingga
Ia tidak perlu lagi menghukum dan menghakimi dirinya sendiri. Sedang, sebagai
pembaca kita saat ini tindakan Daud
mengingatkan kita akan kasih Allah dan tindakan-Nya pada umat manusia. Tuhan
Yesus datang ke dunia mencari manusia untuk diselamatkan; Daud juga
berinisiatif mencari Mefiboset. Keadaan Mefiboset yang timpang kedua kakinya
(ay. 13) menunjukkan keadaan manusia yang timpang karena dosa. Pengakuan
Mefiboset tentang kehinaan dirinya (ay. 8) melukiskan betapa hina manusia yang
ternoda dosa di hadapan Allah. Tetapi, Daud mengasihinya dan mengembalikan
segala milik Saul dan seluruh keluarganya kepada Mefiboset (ay. 9). Itu
mencerminkan bagaimana Tuhan memulihkan hidup kita yang tercemar dosa.
Jadi
kembali lagi berbicara tentang kesetiaan Allah dalam kehidupan manusia itu
tidak sebatas dengan kata-kata. Tapi tindakan nyata kepada orang-orang yang
membutuhkan pertolongan dan bantuan. Karena itu yang menjadi pertanyaan penting
saat ini adalah Apakah kehidupan kita juga mencerminkan kepedulian dan kasih
Tuhan kepada umat manusia?
Komentar
Posting Komentar