Adalah kisah tentang
seorang Nelayan dan Profesor sukses disebuah perguruan tinggi. Profesor sukses
tersebut baru saja pulang dari kota dan berkunjung ke kampungnya. Ketika pagi
datang, ia pun pergi menikmati suasana pantai yang tidak jauh dari rumahnya.
Suasana yang sangat dirindukannya, sampai ia melihat seorang nelayan dan tidak
sabar untuk memberikan wejangan gratis kepadanya.
Profesor itupun menyapa
nelayan tersebut untuk bertanya, “Saudaraku, mengapa pagi-pagi seperti ini kamu
sudah pulang?”Dengan penuh kebingungan si nelayan pun menjawab, “Loh, kenapa
saya harus dilautan terus? Toh, apa yang saya dapatkan sudah cukup. Cukup untuk
memberi makan keluarga saya dan sedikit kelebihannya untuk dijual. Kemudian
saya akan makan siang bersama istri saya dan, setelah tidur siang sejenak, saya
akan bermain-main bersama anak-anak saya. Lalu setelah makan malam saya akan
ngopi dan ngobrol bersama teman-teman saya dan itu cukup bagi saya.”
Tidak menyangka dengan
jawaban si nelayan, profesorpun memulai wejangannya sebagai orang yang ahli
bisnis, katanya “ Saudaraku, dengarkanlah perkataanku. Aku seorang professor
dan banyak menyebutku sebagai pakar ekonomi. Ini nasihat baik untukmu,
percayalah hidupmu akan lebih bahagia, katanya. Nelayan semakin bingung, apakah
ada yang salah dalam kehidupan yang selama ini dia jalani, pikirnya.
Si Professorpun
melanjutkan wejangannya, begini katanya,”Jika kamu tetap melaut sampai larut
sore, dengan mudah kamu akan mendapatkan tangkapan dua kali lipat. Kamu dapat
menjual kelebihannya, menabung uangnya dan dalam waktu enam bulan, atau
Sembilan bulan, kamu akan mampu membeli perahu yang lebih bagus dan lebih besar
dan menggahi beberapa awak. Kemudian kamu akan mampu menangkap ikan empat kali
lebih banyak. Pikirkanlah berapa banyak tambahan uang yang kamu dapatkan!”.
Saudara dapat melanjutkan wejangan ini sendiri yang jelas saat itu, Si Nelayan
itu mendengarkan dengan khusyuk wejangan professor tersebut.
Ketika dia selesai
memberikan wejangan, si Nelayanpun bertanya “Ketika aku telah menjadi kaya raya
dan sukses seperti yang professor sampaikan, lalu apa yang bisa saya buat
dengan semua itu?
Si professor terkejut
dengan pertanyaan tersebut, lalu diapun mereka-reka apa yang bisa dilakukan
seseorang dengan kesuskesan yang disampaikannya. “Astaga, betapa bodoh kamu,
hidupmu akan lebih bahagia. Kamu akan bisa pensiun dan membeli villa untuk
menikmati kebersamaan dengan keluargamu”
Si Nelayan tidak
menyangka dengan jawaban dari si professor dan sambil tersenyum ia memberikan
respon kepadanya, “Astaga, aku tidak menyangka professor sebodoh itu. Bukankah
sekarang ini saya sudah bisa hidup begitu tanpa harus menuruti seperti yang
saudara katakana?
Kisah dan
filosofi-filosofi hidup semacam ini sangatlah digemari oleh banyak orang. Namun
yang menjadi masalah adalah filosofi semacam itu justru membawa kita pada
tindakan bermalas-malasan, atau mencari pemasukan yang serba instan. Padahal,
sejatinya filosofi-filosofi semacam itu tidak mengajarkan orang-orang untuk
hidup demikian.
Sebaliknya, filosofi-filosofi
yang mengajak untuk santai dengan kehidupan ataupun belajar menikmati hidup
sebenarnya bertujuan agar hidup kita, tidak mudah stress atas setiap hal yang
terjadi dalam pekerjaan kita ataupun usaha yang naik turun. Jadi bukan tidak
bekerja dan bermalas-malasan. Tetapi memiliki ketenangan batin, selayaknya
orang beriman yang tidak hanya bertumpu pada usaha dan pekerjaannya tapi juga
menyerahkan semua hal tersebut kepada Tuhan. Sehingga hidup demikian tersebut,
membuat diri kita tidak menjadi seorang yang terlalu ambisius dan lebih ringan
dalam berkonsentrasi dan mencapai tujuan kita.Sebab demikianlah pengalaman yang
diceritakan Paulus, Akuila dan Persila saat mereka harus pindah dari Atena
menuju ke Korintus. Mereka mempercayai penyertaan Tuhan dan bahkan menghidupi
keyakinan tersebut, sehingga mereka tetap bekerja dan beribadah.
Bagaimana
dengan kita? Apakah pengalaman-pengalaman seperti Paulus, Akuila dan Priskila
membuat diri kita tidak lagi bersemangat untuk bekerja? Atau kita malah
menggunakan filosofi-filosofi hidup sederhana untuk tidak mengerjakan apapun?
Terakhir, camkanlah ini
JANGANLAH NAIF, SEKEDAR BERSYUKUR-PUN
JUGA TAK BAIK! Sering
kali orang-orang Kristen terjebak pada
kata Bersyukur yang menurut calonteolog.com terlalu naif. Saudara,
mungkin puas dan tidak mau sibuk atau ribet dengan hal-hal baru lagi. Sebab
pencapaian kesuksesan bagi saudara adalah sesuatu yang gampang dan bisa digarap
esok hari. Hanya, kita diingatkan
agar kita tidak boleh menyalahkan kalau saudara nggak bisa berkembang dan
ketinggalan jauh dari orang lain. Seperti Paulus yang masih bekerja, sekalipun
mendapatkan dukungan finansial dari beberapa jemaat. Mengapa?
Karena sebenarnya, saudara bisa menghimpun energi baru dan semangat yang
menyegarkan, kemampuan saudara pun bisa dikembangkan untuk menjawab
perkembangan zaman yang kian hari kian kejam. Tapi saudara memilih untuk
berhenti dan terjebak pada kata bersyukur yang menuru calonteolog.com naif.
Belajarlah dari perumpamaan Yesus tentang TALENTA. (Bdk Mat 25:14-30) Saudara
harus sadar semua berjalan cepat, saudara harus siap, rencanakan segala hal
tanpa harus ribet.Saudara boleh puas sekarang, tetapi waktu
terus berjalan dan semua berkembang. Kepuasan batin memang perlu, nggak bisa
dimungkiri tanpa kepuasan saudara nggak bisa merasakan kelegaan dan rasa
syukur. Saudara tak punya alasan juga untuk berhenti dan memuji pencapaianmu
sendiri. Bersyukurlah, dan jangan lupa untuk bergerak maju, sambut dan susun
ulang tujuan baru, pencapaian gemilang menantimu di hari depan.
Komentar
Posting Komentar