AGM Galeri |
Sering kali kita merasakan
kecewa, sedih, atau apapun itu, karena kenyataan yang sering kali tidak sesuai
dengan apa yang sudah kita harapkan sebelumnya. Padahal setiap kenyataan pasti
akan membawa sisi positifnya sendiri. Hal yang jarang disadari oleh kebanyakan
orang. Beberapa orang justru terpuruk dalam kesedihannya sendiri dalam rentang
waktu tertentu. Ada yang sebentar, ada juga yang tidak berhasil menyadari akan kebaikan
justru sering kali didatangkan dari
sebuah kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.
Bahan refleksi kita hari ini
bercerita tentang harapan Daud untuk
memberikan tempat yang megah bagi Tabut Perjanjian. Daud mempunyai rumah yang
bagus tetapi tabut hanya berdiam di dalam kemah. Akan tetapi, jawaban Tuhan
melalui Nabi Natan, mengoreksi konsep Daud sekaligus menubuatkan hal yang akan
Tuhan kerjakan. Perasaan gagal, putus asa? Mungkin (?) Tapi setelahya Tuhan meneguhkan kembali
tentang kesedihan dan keinginan Daud yang perlu dikoreksi. Maka dari itu
dalam Ayat 5-10 menyatakan bahwa
Allah adalah transenden. Dia melampaui segala ciptaan. Dia lebih agung dan
lebih besar dari seluruh ciptaan. Apakah mungkin ada rumah yang dapat
me-nampung Dia? Tetapi dalam bagian ini juga Allah menyatakan bahwa Dia adalah
imanen. Dia rela menyatakan kehadiran-Nya bersama-sama dengan bangsa Israel.
Walaupun Dia Mahahadir, tetapi kehadiran-Nya secara intim dinyatakan di
tengah-tengah Israel. Maka, pada waktu Israel berdiam di dalam kemah, simbol
kehadiran Allah, yaitu tabut, juga ditempatkan di dalam kemah. Allah menyertai
bangsa Israel dengan rela berdiam bersama-sama dengan mereka.
Pengertian Lebih Luas, Tuhan
berikan kepada Daud…
Bahkan tidak berhenti
sampai disitu saja dalam Ayat
11-16 dinyatakan tentang janji Tuhan kepadanya. Daud ingin membangun rumah bagi
Tuhan untuk menampung Tabut Perjanjian, lambang kehadiran Tuhan. Tetapi Tuhan
mengatakan bahwa Dialah yang akan membangun keturunan bagi Daud. Kata “rumah”
dalam bahasa Ibrani, “bayit”, bisa berarti rumah atau keluarga. Dengan
pengertian ini seolah-olah Tuhan mengatakan kepada Daud, bukan Daud yang akan
menegakkan rumah bagi Tuhan, tetapi Tuhanlah yang akan menegakkan
rumah/keluarga Daud. Dari keluarga Daud itulah Tuhan akan memberikan keturunan
yang akan membangun bait bagi Allah. Ini adalah janji yang sangat luas. Janji
bagi Israel, janji bagi Daud, janji bagi takhta kerajaan Allah di dunia ini,
dan janji bagi seluruh umat Tuhan sepanjang masa. Tuhan berjanji bahwa Dialah
yang akan menegakkan tempat bagi umat-Nya untuk berdiam dengan tenteram dan
tidak diganggu musuh-musuhnya (ay. 10). Dia jugalah yang akan menentukan
keturunan Daud akan terus bertakhta hingga Anak Daud (yang digenapi di dalam
Kristus) datang dan mengklaim takhta Daud. Takhta inilah yang akan Tuhan pelihara
bagi Daud supaya akan ada bait bagi Allah sekaligus takhta kerajaan bagi Allah.
Bait bagi Allah akan didirikan oleh keturunan Daud. Takhta kerajaan bagi Allah
juga akan didirikan melalui keturunan Daud.
Ini sebuah rancangan lebih luas
dari keinginan yang muncul dari Daud..
Pernahkah saudara menikmati
beberapa roti yang berisi coklat ataupun kelapa ditengahnya? Pada salah satu
jajanan roti yang selalu saya beli, biasanya si pembuat roti tidak meletakkan
apapun di pinggiran roti tersebut, hanya adonan tepung biasa. Tidak heran, saat
masa anak-anak sering sekali saya hanya memakan bagian tengah roti lalu
membuang pinggiran roti tersebut.
Mungkin? Serupa dengan pembahasan
kita sebelumnya, ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan pilihan tinggal
dua yakni, “Give up” atau “Gate up”.
Ibarat roti tadi, kita hanya mencicipi sepotong dan
merasakan tidak enak, lalu mencampakkannya. Padahal bisa saja, bagian yang
saudara cicipi itu adalah bagian pinggiran yang hambar. Ada bagian lain dari
kue yang bisa saudara nikmati. Jika saudara berusaha lebih keras lagi, mungkin
hasil yang manis akan kamu rasakan tak lama lagi.
Namun, sanggupkah seseorang
melakukannya? Sanggupkah seseorang keluar dari perasaan putus asa ? Untuk “saat
itu” juga mungkin bukanlah hal yang mudah. Karena itu setiap orang perlu
mengambil waktu untuk jeda.
Tahukah saudara, para
peneliti di Universitas Virginia mendapati bahwa kebanyakan orang melihat
kemiringan suatu bukit lebih terjal dari kenyataannya, khususnya ketika mereka
sedang lelah atau membawa barang berat. Tatkala mereka mengira kemiringan bukit
30 derajat, ternyata kenyataannya hanya 10 derajat; dan yang diduga memiliki
kemiringan 20 derajat, ternyata hanya 5 derajat. Taksiran mereka kerapkali
salah. Mereka bahkan tak percaya dugaan mereka dapat meleset sejauh itu. Saat
kita berbeban berat dan mengalami keletihan, masalah yang kecil sekalipun bisa
tampak begitu besar sehingga sulit dipecahkan. Ketika menghadapi ujian
kehidupan, kita tergoda untuk duduk di kaki bukit yang terjal dan berdiam diri
di sana, karena lereng bukit itu tampak terlalu terjal untuk dilalui.
Itulah sebabnya,
pertama-tama kita membutuhkan waktu untuk “jeda”. Ingat, bahwa saudara tidak
perlu melakukan sesuatu yang besar dan "gila". Sebuah jeda juga tidak
harus dihabiskan dengan liburan atau bepergian ke suatu tempat dengan pemandangan
yang indah. Sebab, saudara bisa membuat sebuah rutinitas yang memberikan
"jeda" dan ruang bagi diri Anda untuk membebaskan diri dari segala
hal yang membuat Anda penat dan tak bahagia.
Atau ada pilihan lain
yang sebenarnya paling dibutuhkan oleh manusia. Tapi sering malah diabaikan,
karena dianggap hal demikian ini justru membuat semakin penat dan tidak
menyenangkan. Padahal kegiatan ini sangatlah menyenangkan, paling baik dan
saudara butuhkan, yakni Berdoa dan Membaca Alkitab. Mengapa? Sebab Tuhan yang
akan berikan hikmat dan dia pula yang akan berikan penjalasan kepada kita.
Persis seperti yang terjadi pada Daud, saat Tuhan menjelaskan kepadanya tentang
penolakannya atas keinginan Daud.
Dalam setiap
kajadian yang terjadi di luar kendali kita sebagai manusia biasa, selalu ada
arti yang tersembunyi dan hanya bisa terbuka oleh hikmah Tuhan saja.
Terakhir, sadarkah kita bahwa
“hari esok tidak ada yang pernah tahu”.
Tapi karena ratapan, emosi yang tidak terkendali dan keputus-asa-an. Kita
menjadi merasa paling mengetahui hari esok. Padahal, kenyataan yang selalu
menghampiri kita selalu mengandung sebuah makna baru yang justru belum
terungkap dari usaha saudara ini. Bukan mustahil, pengalaman Daud juga bagian
pengalaman kita yang percaya pada penyertaan Tuhan dan kehendakNya lebih luas dari mimpi kita selama ini.
Ingatlah ini selalu kenyataan
yang datang tidak sesuai dengan harapan akan diikuti dengan Rancangan dariNya
yang lebih baik untuk kita. Sesuatu yang jarang sekali disadari, hanya karna
fokus kita pada keterpurukan atas pencapaian tidak sesuai dengan harapan. Karena
itu, berhentilah memikirkan apa-apa yang belum terjadi. Apa yang sudah terjadi
saat ini juga membutuhkan solusi.
Apakah
ini berarti bahwa kita harus mematikan, harapan? Tidak! Apakah kita tidak boleh
terlalu berhap? Apalagi ini, jangan sampai mengurangi pengharapan, jangan sampai
itu terjadi pada kita. Karena manusia hanya hidup oleh harapan.
Saat harapan tidak sesuai dengan kenyataan, saat yang sama kita harus
menaruhkan iman dalam pengharapan tersebut. Karena itulah fungsi dari iman;
saat keadaan semakin tidak jelas arahnya kemana; saat mimpi mungkin semakin
tidak terlihat nyata. Maka saat yang sama iman menguatkan manusia, bahwa Tuhan
tidak pernah meninggalkan kita dan Dia selalu “bekerja” bersama dengan usaha
juga mimpi kita. Itulah makna penyertaan Tuhan kepada iman seorang Daud dan
kepada semua orang beriman yang menyerahkan hidup kepadaNya.
Komentar
Super sekali...berharaplah pada TUHAN sebab DIA telah mengukir hari esok kita yg tdk kita pahami.
Posting Komentar