“Kasih
ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali,
bagai sang surya menyinari dunia.” Ini adalah syair lagu yang menggambarkan begitu besar kasih dan
perhatian seorang ibu. Kasih seorang ibu memang demikian adanya. Bagaimana dengan
kasih seorang ayah? Mengapa kasih seorang ayah tidak banyak disinggung atau
diakui? Banyak orang berkata surga ada ditelapak kaki ibu, lalu bagaimana
dengan Ayah? Surga berada ditelapak kaki ayah yang mana?
Diantara
sekian banyak ibu yang baik, masih ada ibu yang tidak baik. Demikian juga ada
ayah yang tidak baik tetapi masih ada ayah yang baik. Ayah yang baik mengetahui
bahwa Allah mempercayakan tugas untuk dirinya mendidik anak-anak menurut jalan
yang patut mereka lalui (Amsal 22:6). Ia juga memiliki kesadaran untuk mendidik
anak-anak agar takut kepada Tuhan (Mazmur 128). Bahkan, Ayah juga menyadari
tugasnya untuk mendidik anaknya dalam ajaran dan nasihat Tuhan tanpa
membangkitkan amarah anaknya (Efesus 6:4), serta bersaksi tentang imannya
kepada anaknya. Bila saudara berfikir tentang ayah yang sempurna, maka
kesempurnaan itulah perjuangan seorang ayah untuk selalu mengasihi anak-anaknya
Dalam
bahan khotbah kita, diperlihatkan bagaimana Daud memberikan . Daud diperlihatkan
memberikan nasihat-nasihatnya untuk Salomo supaya kerajaan Salomo dapat menjadi
kokoh, sebelum kematiannya. Nasihatnya agar Salomo berani menanggung apa yang
perlu dia pikul sebagai raja. Daud akan segera mati dan Salomo tidak boleh
menggantungkan dirinya kepada Daud. Dia harus menjadi kuat dan memulai
panggilannya menjadi seorang raja walaupun tanpa penyertaan Daud. Ini nasihat
yang sangat penting dari seorang ayah kepada anaknya. Suatu saat sang ayah akan
mati dan anak itu harus sanggup memikul beban panggilannya sendiri. Dia harus mampu
walaupun tidak ada lagi bimbingan dari ayahnya. Inilah nasihat yang indah.
Tidak ada gunanya membuat anak bergantung kepada orang tua. Seorang anak yang
tidak bisa memikul tanggung jawab akan hidup dengan cara yang sangat memalukan.
Seorang anak yang disediakan segala kebutuhannya oleh orang tua akan menjadi
anak yang mempermalukan orang tuanya sendiri. Belajar dari sikap Daud, maka Erdiate
ras Epemere yang ditunjukkan seorang ayah bukan sekedar menyediakan
semua dengan begitu sempurna, tetapi melatih anak untuk memikul beban
kehidupannya.
.Majalah Hemispheres, konselor keluarga, John Rosemond juga
memiliki pemikiran yang sama. Ia menulis bahwa seorang ayah punya peran yang
unik dan sangat penting dalam hidup anak-anaknya. Karena itu ia tidak cukup sekadar
hadir. Ia harus "terlibat secara aktif" dan "dengan penuh
semangat terlibat dalam proses pengasuhan anak-anak." Rosemond mengusulkan
6 cara agar para ayah dapat semakin terlibat dengan anaknya:
- Temukan aktivitas yang dapat dilakukan bersama anak Anda. Lakukanlah secara teratur.
- Bantu (tanpa memaksa) anak Anda mengembangkan hobi dan minatnya.
- Setelah anak Anda berumur lebih dari 10 tahun, janganlah terlalu membuat aturan disiplin yang ketat, tetapi bersikaplah lebih bijak dengan menjadi pendampingnya.
- Berbicaralah dengan anak Anda dan tetaplah menjaga komunikasi dengan menjadi pendengar yang baik.
- Kasihi ibu dari anak-anak Anda dengan sepenuh hati.
- Ingat, Anda tak akan pernah terlalu terlambat untuk mengatakan pada anak Anda, "Aku mengasihimu."
Terakhir, suatu kisah menceritakan tentang seorang
pendeta mengakhiri khotbahnya di suatu hari Minggu dengan berkata, "Jika
ada seseorang di sini yang menginginkan bantuan untuk mengenal Allah dan ingin
agar saya mendoakan, silakan angkat tangan." Seorang pria muda berdiri dan
berkata, "Tolong doakan saya, Pak. Beban dosa saya terlalu berat untuk
dipikul."
Setelah kebaktian, sang pendeta berbicara dengan pria
tersebut dan membawanya untuk percaya kepada Yesus. Pria muda tersebut telah
berkelana dari satu kota ke kota lain selama delapan tahun tanpa memberi kabar
kepada orangtuanya. Jadi pada saat itu ia memutuskan untuk menulis surat dan
memberi tahu mereka tentang perubahan dalam hidupnya.
Beberapa hari kemudian, datanglah jawaban dari ibunya,
"Anakku terkasih, engkau pasti menerima Yesus Kristus pada jam yang sama
saat ayahmu pulang ke surga. Ia telah sakit cukup lama, dan pada hari itu ia
sangat gelisah. Ia berguling-guling di tempat tidurnya sambil berseru, 'Tuhan,
tolong selamatkan anak laki-laki saya yang tersesat dan patut dikasihani.' Ibu
yakin bahwa salah satu alasan engkau menjadi orang kristiani adalah permohonan
Ayah yang tak putus-putusnya."
Seorang ayah yang berdoa akan "meminta", "mencari", dan "mengetuk" untuk anak-anaknya, tanpa henti-hentinya mempercayai Bapa surgawi untuk melakukan apa yang terbaik (bdk Matius 7:7-11).
Ya, demikianlah bahasa kasih Ayah yang tidak pernah kita mengerti tapi selalu mengiringi dalam setiap kehidupan kita. Ia, bukanlah pribadi yang dengan mudah memperlihatkan kasihnya kepada anak-anaknya. Sekalipun demikian bukan berarti bahwa Ayah tidak pernah mengasihi buah hatinya. Setiap ayah pasti mengasihi anak-anaknya dengan cara dan sikapnya masing-masing. Seperti seorang Charlie Chaplin, dalam diamnya ia menghibur anak-anaknya. Adapula, Ayah yang mirip seperti Albert Einstein, memberikan kata-kata yang membingungkan kepada anak-anaknya, dengan tujuan untuk mendidik anak-anaknya. Ya, Ayah tidak memiliki bahasa yang mudah dimengerti. Tapi Ayah mengasihi anak-anaknya.
BAHASA KASIH AYAH YANG BERBEDA TIDAK MENGURANGI KASIHNYA UNTUKMU. BAHKAN DALAM KESEMPURNAAN YANG ANAK MINTA, AYAH SELALU MEPERJUANGKAN ITU DALAM HIDUPNYA. - AGM
Komentar
Posting Komentar