Bila kita mengamati
pesawat yang sedang terbang, sepertinya pesawat itu bisa bergerak bebas kemana
saja. Namun tahukah Anda, pesawat itu sebetulnya terbang pada jalurnya
masing-masing. Meleset satu derajat saja, maka akan beresiko terjadi kecelakaan
dengan pesawat lain atau tidak sampai ke tujuan yang diinginkan. Begitu pula
dengan kehidupan orang percaya, Tuhan memang memberikan kebebasan kepada kita
untuk memilih. Namun jangan lupa, kebebasan yang Tuhan berikan kepada kita
bukan tanpa konsekuensi. Tuhan sudah memberikan rambu-rambu dan menetapkan aturan
yang sangat jelas untuk kita perhatikan dan patuhi.
Simon Petrus, saat
semula pemanggilannya juga diberikan kebebasan untuk mengikutiNya atau tidak.
Bahkan, bukan tanpa keraguan Petrus juga mempertanyakan perintah yang Yesus katakana
pada mereka. Suatu sikap alamiah dari seorang yang biasa melakukan pekerjaan
dan kemudian mendapatkan perintah yang berbeda dari kebiasaannya. Namun, apakah
Yesus membodohi mereka? Tidak! Justru perintahNya membuat jala itu koyak dikarenakan
banyaknya ikan yang mereka dapatkan.
Dalam kehidupan ini,
juga demikian. Setiap orang memiliki kebebasan dan kebiasaan. Terkadang keinginan
Tuhan dalam hidup kita sering kali membuat diri kita tidak habis pikir, karena
berbeda dengan kebiasaan kita dan tak jarang beberapa diantara kita merasa
tidak lagi bebas,
Padahal Tuhan tidak
pernah mengecewakan kita dan bahkan disaat kita merasa kecewa akan dunia sekalipun.
Dia selalu setia menemani kita.
Namun dalam prosesnya
tidak demikian, sebab seringkali kita mendesain proses tersebut sebagai pilihan
baru dan lama. Sehingga kita selalu membandingkan perjalanan kehidupan itu
menjadi dua bagian yang bisa kita tinggalkan atau lanjutkan. Padahal, bukanlah
demikian panggilan Kristus dalam kehidupan kita adalah proses perjalanan kehidupan.
Tentu saja, dalam
proses tersebut akan banyak perubahan-perubahan yang sering kali membuat kita
tidak nyaman. Itulah bagian dari proses pembentukan kehidupan, sehingga tidak
ada pilihan untuk kembali. Sebaliknya “melanjutkan” dan “menikmati” keputusan
yang kita ambil adalah pilihan yang terbaik. Dengan motivasi dan keyakinan akan
Allah yang setia dan tidak pernah meninggalkan kita dalam setiap proses
pembentukan ini.
Tidak sederhana, maka
tidak jarang diantara kita harus mengulang kembali proses tersebut seperti
Petrus dikala kematian Yesus di kayu Salib. Atau bahkan kita berhenti dan mengakhiri
proses tersebut seperti Yudas Iskariot yang mati dalam rasa penyesalannya.
Demikianlah, kehidupan
kita yang dipenuhi dengan jalan, arah dan tujuan. Dibalik jalan kehidupan yang
kita ambil di situ ada arah dan tujuan, dibalik arah kehidupan yang kita pilih
juga di situ ada jalan dan tujuan begitu pula ketika kau menentukan tujuan
hidup, kau harus memilih jalan dan arah untuk sampai pada tujuan hidupmu.
Sekilas kehidupan ini
seperti labirin dengan penuh jalan dan arah yang membingungkan dan tidak
sedikit pula jalan buntu yang akan ditemui. Ketika dihadapkan dalam sebuah
pilihan disana hanya terdapat jalan dan arah tanpa tujuan yang belum pasti.
Memang tidak mudah
bahkan sangatlah sulit untuk keluar dari perangkap labirin seperti di film-film
laga yang penuh dengan perjuangan ketika terperangkap didalamnya.
Begitulah kehidupan ini
berjalan, jika kehidupan ini hanyalah sebuah jalan yang lurus maka sangatlah
mudah untuk mencapai tujuan tanpa adanya penyesalan, putus asa dan pengorbanan.
Tak jarang, orang-orang menginginkan hidup ini seperti sebuah jalan yang lurus
itu, bukan tanpa sebab. Hal ini, dikarenakan begitu banyak penyesalan dan putus
asa ini yang seakan membuat semakin rumit labirin kehidupan ini.
Jika sebuah penyesalan
dan putus asa seakan membuat labirin ini terasa semakin rumit, mengapa harus
merasakan penyesalan dan putus asa itu. Maka terimalah jalan yang terpilih, itu
hanya akan membuka bagi jalan baru yang harus dipilih selanjutnya dan janganlah
menerima rasa penyesalan dan putus asa karena hanya akan membuat jalan buntu
diantara jalan yang rumit itu. Bukankah, saat menerima Yesus dan mengikutinya
semua masa lalu juga kesalahan kita diterima dalam pengampunanNya?
Seperti kehidupan yang
selama ini berjalan sampai dengan saat ini. Mengapa harus disini dan mengapa
harus seperti ini? Tentu itu semua sebab dari jalan yang dipilih dalam labirin
kehidupan ini sebelumnya. Penyesalan dan putus asa hanya akan membutakan pandangan,
seperti ketika berjalan dalam gelap, tanpa arah dan tujuan.
Letakkan juga akuilah
semua penyesalan dan putus asa itu, bukalah pandanganmu kepada Yesus yang
pengasih juga mengampuni. Lalu berjalanlah bersamaNya dalam lingkup kasihNya.
Komentar
Posting Komentar