Photo by Alex Padurariu on Unsplash |
Jika dosa mendatangkan penderitaan, maka semua manusia adalah berdosa dan tidak pernah mendapatkan penebusan. Sebab dalam kehidupan, selalu ada penderitaan.
Jika penderitaan adalah bagian dari proses kehidupan. Maka manusia telah berproses dari seorang berdosa menjadi orang yang ditebus oleh karena darah Allah. – AGM
Siapa yang tidak
menginginkan kesenangan, tapi siapa yang menginginkan penderitaan? Manusia
sering lupa, bahwa kesenangan adalah upah dari hikmat. Sedang penderitaan
adalah bagian dari proses pencarian hikmat. Alhasil, banyak yang mati dalam
penderitaan. Bukan karena beban yang begitu berat, sebaliknya ketidaksanggupan untuk
berproses dalam pencarian hikmat.
Jika hidup hanya
dipenuhi oleh kesenangan, maka sejatinya manusia itu tidak pernah menikmati
kesenangan. Sebab, penderitaanlah yang mendatangkan kesenangan. Takkan pernah ada
kesenangan yang muncul selain dari penderitaan. Seumpama pahit dan manis, kedua
rasa ini muncul dikarenakan adanya pembanding. Bila rasa pahit tidak pernah
ditemukan, maka manusia tidak pernah merasakan nikmatnya rasa manis.
Dengan kata lain, tidak
ada penderitaan yang abadi dan demikian pula dengan kesenangan abadi. Karena itu
pilihan hanya terbagi menjadi dua yakni “Give Up” or “Get Up”. Ibarat roti berisi coklat, sering kita hanya mencicipi
sepotong dan merasakan tidak enak, lalu mencampakkannya. Padahal,
bagian yang kita cicipi itu adalah bagian pinggiran yang hambar. Ada bagian
lain dari roti yang bisa saudara nikmati. Jika kita berusaha lebih keras
lagi, mungkin hasil yang manis akan kita rasakan.
Namun, sanggupkah
seseorang melakukannya? Sanggupkah seseorang keluar dari perasaan putus asa ?
Untuk “saat itu” juga mungkin bukanlah hal yang mudah. Karena itu setiap orang
perlu mengambil waktu untuk "jeda".
Tahukah saudara, para
peneliti di Universitas Virginia mendapati bahwa kebanyakan orang melihat
kemiringan suatu bukit lebih terjal dari kenyataannya, khususnya ketika mereka
sedang lelah atau membawa barang berat. Tatkala mereka mengira kemiringan bukit
30 derajat, ternyata kenyataannya hanya 10 derajat; dan yang diduga memiliki
kemiringan 20 derajat, ternyata hanya 5 derajat. Taksiran mereka kerapkali
salah. Mereka bahkan tak percaya dugaan mereka dapat meleset sejauh itu. Saat
kita berbeban berat dan mengalami keletihan, masalah yang kecil sekalipun bisa
tampak begitu besar sehingga sulit dipecahkan. Ketika menghadapi ujian
kehidupan, kita tergoda untuk duduk di kaki bukit yang terjal dan berdiam diri
di sana, karena lereng bukit itu tampak terlalu terjal untuk dilalui.
Ingatlah; "kenyataan yang datang tidak sesuai dengan harapan akan diikuti dengan Rancangan
dariNya yang lebih baik untuk kita". Sesuatu yang jarang sekali disadari, hanya
karna fokus kita pada kekecewaan atas pencapaian tidak sesuai dengan harapan.
Karena itu, berhentilah memikirkan apa-apa yang belum terjadi. Apa yang sudah
terjadi saat ini juga membutuhkan solusi.
Manusia sering kali keliru, menganggap penderitaan sebagai upah dari dosa dan menganggap kesenangan sebagai buah dari Tuhan. Padahal penderitaan ataupun kesenangan, semua hanya bagian dari kehidupan yang terkadang mendatangkan pencerahan bagi mereka yang meminta hikmat dari Allah- AGM
Komentar
Posting Komentar