Photo by Robert Collins on Unsplash |
Dalam suatu perlombaan, Pengacara ditempatkan dalam satu kelompok demikian
juga dengan Arsitek dan Anak-anak. Mereka terbagi jadi 3 kelompok, dengan
perlombaan membangun menara menggunakan lego. Menurut saudara, siapakah
pemenangnya? Pengacara? Arsitek? Anak-anak? Tanpa mengurangi rasa hormat,
ternyata pemenangnya adalah anak-anak.
Sebab diantara mereka yang paling bersukacita dan mulus proses
pembangunannya anak-anak. Para pengacara sibuk berdebat dalam pembangunan lego
tersebut, sedang para arsitek sibuk berbicara tentang landasan dan dasar utama
dari bangunan tersebut. Walaupun pada akhirnya bangunan lego dari arsiteklah
yang paling tinggi. Tetapi keindahan dalam proses pembangunan tersebut, dan sukacita
dari anak-anaklah membuat mereka sebagai pemenang. Sebab diantara mereka tidak
ada hati untuk berkompetisi satu dengan yang lain.
Kisah ini seketika juga mengingatkan saya tentang perdebatan para murid
akan siapa yang paling terbesar diantara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia
mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya , dan berkata kepada
mereka, “Siapa saja yang menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku, ia
menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian,
dialah yang terbesar.” Setelah perkataan itu, Yohanes masih berkata demikian,
“Guru, kami lihat seseorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang
itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya, “Jangan kamu
cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” (Luk
9:46-50) Menarik bukan? Saat hati ingin berbangga, tapi direspon demikian oleh
Yesus.
Bagaimana dengan kita saat ini? Mampukah kita “melayani” di dunia yang semakin
penuh dengan kompetisi ini? Ketika semua orang, hanya memikirkan tentang
persaingan dan dirinya sendiri? Bahkan dalam hal kebaikan, semakin kemari
“kebaikan” juga menjadi sesuatu yang sifatnya menjadi “persaingan”. Salahkah?
Saya juga tidak mampu menilainya. Namun Mother Teresa pernah mengatakan "I
am not sure exactly what heaven will be like, but i know that when we die and
it comes time for God to judge us, he will not ask, 'How many good things have
you done in your life?' rather he will ask, 'How much love did you put into
what you did?"
Ya,
ini soal menaruh cinta dalam setiap pelayanan
yang kita bagikan tanpa terjerat dengan imbalan, pujian atau apapun yang bertujuan untuk memuaskan nafsu
dan diri kita dari manusia ataupun Tuhan. Karena,
menaruh “cinta” dalam setiap kebaikan menumbuhkan kebahagiaan dan kedamaian.
Komentar
Posting Komentar