Gereja sebagai sebuah persekutuan beriman,
memiliki dimensi dengan relasi temporal bahkan berdimensi spasial, akan selalu
bertemu dengan berbagai tantangan dimana mereka berada. Seiring dengan
berkembangan zaman, berbagai faktor yang dapat mempengaruhi seseorang bukan
hanya dari faktor internal, namun juga oleh faktor eksternal. Faktor eksternal adalah
sebuah perubahan yang terjadi dalam masyarakat, yang akhirnya menuntut perubahan
dalam cara melakukan pastoral. Faktor yang paling mempengaruhi dan menjadi
masalah terbesar dalam konseling adalah dengan perkembangan teknologi
informasi, yang kemudian menghasilkan banyaknya perubahan nilai-nilai
kehidupan. Berdasarkan hal ini, pandangan mengenai pemanfaatan digital dalam
pelayanan Gereja menjadi tantangan Gereja masa kini, terutama Pasca Pandemi
Covid-19. Masa yang mempercepat dan memaksa semua kalangan masyrakat mengikuti perkembangan
dunia digital
Menarik untuk memperhatikan catatan Joas
Adiprasetya saat meminjam pemikiran filsuf Italia, Giorgio Agamben ketika
berbicara tentang imajinasi ekklesial yang mengembara, pendatang di negeri
asing (1 Pet. 1:1, 17; 12:11) yang berdimensi spasial sekaligus temporal
menyambut kedatangan Kristus, paroika – parousia. Sebagai komunitas yang
peziarah, gereja tidak boleh kehilangan sikap kritisnya terhadap lingkungan
konteks di mana ia menggereja.[1]
Untuk dapat bersikap kritis terhadap konteks berteologi, maka pada kesempatan
ini penulis meminjam pemikiran Kardinal Avery Dulles melalui karya yang kental
dengan konsep “ecclesiology from below”di mana gereja memiliki beberapa model
panggilan, antara lain sebagai: institution, church as mystical communion,
church as sacrament, church as herald,danchurch as servant.[2]
Tanpa berlarut dalam berbagai macam teori, dalam
kesempatan ini saya ingin menunjukkan beberapa pemanfaatan yang dapat dilakukan
melalui digital pada Tritugas Gereja.
1.
Dunia
Digital bagi Pelayanan Diakonia
Dunia Digital sangat dimanfaatkan menjadi
sarana untuk berdiakonia secara cepat dan tepat. Hal ini bukan hanya sekedar
mengirimkan ayat alkitab ataupun ucapan-ucapan dalam media sosial. Lebih
daripada itu, pelayanan-pelayanan konseling dan pastoral menjadi sangat
dimudahkan dengan Dunia Digital baik secara personal, komunal, regional, maupun
global. Bahkan lebih daripada itu, saya membayangkan para teolog yang mau
belajar dan membantu umat untuk mengenal Dunia Digital hadir mengembangkan perekonomian
umat. Karena Diakonia Gereja tidak boleh terhenti pada bentuk karitatif saja.
Gereja melalui kegiatan Diakonia harus berusaha dan mampu mentransformasi umat,
khususnya dalam kesejahteraanya.
2.
Dunia
Digital bagi Pelayanan Koinonia
Dunia Digital sangat dimanfaatkan menjadi
sarana untuk membangun antusias jemaat beribadah. Berdasarkan data pengguna
smartphone yang telah membludak Gereja dapat membangun hubungan komunikasi
persaudaraan di dalam kasih Kristus terhadap jemaat baik secara personal, komunal,
regional, maupun global. Tentu hal ini sudah banyak dilakukan oleh Gereja pada
masa pandemi dengan persekutuan-persekutuan via zoom dan streaming. Namun bagaimana setelahnya? Beberapa
Gereja memberhentikan kegiatan-kegiatan sedemikian ini dengan bayangan bahwa pertemuan
secara raga lebih diutamakan daripada pertemuan secara hybrid.
3.
Dunia
Digital bagi Pelayanan Marturia
Dunia Digital sebagai sarana bermarturia, Sebagai
sarana untuk menyuarakan suara kenabian baik bagi warga jemaat, masyarakat dan
juga pemerintah. Mengadakan kursus-kursus dan seminar-seminar tentang pelayanan
media massa, terutama pelayanan Kristiani melalui media cetak dan elektronik.
Menggunakan dan memanfaatkan media komunikasi massa, khususnya media cetak dan
media elektronik sebagai sarana untuk memberitakan kabar baik bagi masyarakat. Dunia
Digital dapat sebagai alat untuk mengkomunikasikan Injil dan sebagai sarana
penginjilan yang praktis. Dunia Digital sebagai sarana untuk melakukan
sharing, diskusi maupun dialog secara personal. Membuat program-program yang
berisi penerangan, pendidikan, kebudayaan dan penghiburan yang berlandaskan
pada etika Kristiani. Sebagai sarana informasi cepat dan praktis sehingga
dengan mudah jemaat mengetahui dan terpanggil untuk menjadi bagian dari misi
gereja. Sebagai sarana untuk memberikan pendidikan sosial politik, sosial
ekonomi, sosial budaya, IPTEK. Memberikan pemahaman dan panggilan orang
Kristen dalam konteks masyarakat majemuk. Saudara bisa membandingkannya dengan
kisah Paulus dalam teks ini 2 Korintus 10:1--13:14
Demikianlah berbagai macam bentuk dukungan Dunia
Digital sebagai sarana dalam pelayanan Gereja. Tentu, hal ini hanya berlaku apabila,
Gereja mau melihat dan secara terbuka menyadarinya.
Komentar
Posting Komentar