Percayakah
kita, bahwa hal paling sulit adalah mengenal. Seorang istri atau suami akan
terus mengalami proses pengenalan kepada pasangannya sampai kematian
memisahkannya. Demikian pula antara orangtua dan anak, seberapa lamapun
kebersamaan diantara mereka. Semua hanya menjalani proses pengenalan dan mengenal.
Sampai pada kematian, tak jarang diantara kita masih terus belajar untuk
mengenal dan memperkenalkannya kepada orang lain. Persis seperti mengenal
Kristus dan memperkenalkannya kepada orang lain. Para murid yang memiliki
kebersamaan dengan Yesus juga memiliki proses yang panjang dalam mengenal diri
Yesus. Apalagi dengan kita saat ini yang tidak bersama dengan kristus?
Bagaimana kita mencapai proses pengenalan itu dan menghidupinya sebagai bagian dari
ajakan Paulus untuk hidup dengan kedewasaan penuh? Bila pada akhirnya kita
tidak pernah mencoba untuk melihat dan mengenali Allah, Yesus dan Roh Kudus.
Bila kita
lihat cara Allah memperkenalkan diri kepada kita sungguhlah sangat indah. Ia
memperkenalkan dirinya dimulai dengan kuasaNya dan tercatat dalam banyak kitab
juga tulisan dalam perjanjian lama. Namun, proses itu ternyata tidak membuat
diriNya dikenal dan bahkan banyak bentuk perlawanan yang ditunjukkan dari sikap
hidup kepada Allah. Sampai akhirnya IA memutuskan untuk hadir dan mendekat melalui
wujud Yesus yang hidup dan sama seperti manusia. Apakah itu berhasil? Tidak,
diantara kita dapat melihat bagaimana proses para murid sampai pada kematian
Yesus, contohnya seorang Petrus yang harus belajar kembali tentang Kristus
dengan bantuan Roh Kudus.
Demikian
pula dengan setiap, proses menuju kedewasaan penuh seperti yang disampaikan
oleh Paulus kepada jemaat di Efesus, hanya akan berhasil bila dibantu oleh Roh
Kudus. IA memiliki andil besar untuk kita dapat memahami dan mengerti Kristus. Seperti
seorang pengerajin tanah liat, demikianlah Allah bekerja membentuk kita yakni
sentuhan dari Kristus yang lembut juga pengerasan dari Roh Kudus yakni
pengeringan untuk menutup setiap celah dalam tanah liat.
Dengan
kata lain proses pencapaian kedewasaan penuh, selain daripada pengenalan
terhadap Tuhan melalui firmanNya. Kita juga diajak untuk meminta bimbingan dan
pertolongan Roh Kudus dalam mencapainya. Hanya dengan hal tersebut, kita dapat
mempersatukan iman dan pengetahuan yang sering kali bertolak belakang dalam
banyak perdebatan-perdebatan.
Kesadaran
itu juga akan membawa kita pada sikap rendah hati dalam menanggapi kenyataan
hidup yang sangat dinamis dan penuh ketidakpastian, tak hanya dalam
perekenomian namun juga dalam hal sosial.
Seperti halnya Paulus dalam pengajarannya kepada jemaat di Efesus, yang awalnya
mengalami penolakan. Namun kerendahan hati yang Roh Kudus ajarkan kepadanya
membawa diri Paulus pada kecintaan akan pelayanan dan pemberitaan Kristus. Saya
jadi teringat dengan apa yang Mother Teresa pernah katakan, "Jika Anda
menilai orang, Anda tidak punya waktu untuk mencintai mereka."
Tinggi
hati sering membawa kita pada penilaian akan kehidupan diri dan orang lain.
Sesuatu yang akhirnya membawa diri pada tingkatan yang paling rendah dalam diri
manusia. Sebab kita akan selalu terfokus pada benar dan salah. Mungkin saudara bertanya, apa salahnya ketika
seseorang menunjukkan kebenaran bagi orang lain. Bukankah kita diminta untuk
menjadi Terang dan Garam? Benar! Setiap kita memang diminta untuk menjadi
Terang dan Garam. Tapi, ingatlah bahwa garam pernah menjadi musibah besar bagi
Amerika dan Lampu Tembak sering menggaggu perjalanan banyak orang.
Malik Ibn
Abnas pernah berkata;
Jika ada orang membela
kebenaran, namun dengan cara menghujat, mencerca dan marah-marah, ketahuilah,
niat orang itu telah cacat. Kebenaran tak perlu dibela dengan cara-cara seperti
itu. Cukup senandungkan kebenaran itu; ia akan diterima.
Kala kita
mempertengkarkan benar dan salah. Maka kita terjebak pada tataran manusia yang
paling rendah. Saudara tidak akan menang, sekalipun diri saudara terlihat benar
dibandingkan dengan yang lain. Saudara juga tidak akan kalah, sekalipun diri
saudara terlihat salah dihadapan orang lain. Sebab, Kita diciptakan bukan untuk
membuktikan kebenaran kita sendiri, tapi belajar pada kebenaran akan orang
lain. Karena, "Beberapa orang datang dalam hidup kita sebagai berkah.
Beberapa datang dalam hidupmu sebagai pelajaran." – Mother Teresa.
Melalui
proses ini kedewasaan penuh itu dapat diwujudnyatakan dengan menghadirkan Kerjaan
Allah bagi Dunia. Melalui proses mendukung, mendorong dan memberi diri untuk
orang lain. Baik dalam pelayanan Gereja ataupun sosial. Karakter kita diuji dilihat
dari bagaimana kita memperlakukan orang lain yang tidak dapat melakukan apa-apa
untuk kita.
Komentar
Posting Komentar