Aku Tenang dalam GenggamanNya |
Belum
lama ini seorang bertanya padaku, “Jika Tuhan berkuasa, lalu mengapa dibiarkan orang-orang
jahat seperti Hitler, pelaku bunuh diri, pembunuh darah dingin dsb. Apakah Tuhan
membiarkan begitu saja dunia ini bergerak dengan sesukanya?”. Pertanyaan ini
dicetuskan padaku tepat dua hari yang lalu. Setelah aku membawa kebaktian untuk
kaum bapak-bapak. Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara pernah
mempertanyakan kuasa Tuhan dalam kehidupan ini? Atau sadar dan tidak sadar kita
sering melakukan hal-hal yang menunjukkan bahwa kita mempertanyakan kuasaNya?
Saya
tidak ingin menceritakan diskusi dan pembicaraan kami kemarin. Tapi saya sering
melontarkan pertanyaan ke beberapa orang, “Benarkah Setan dan Iblis masih
mempunyai kuasa di dunia yang telah mengalami Globalisasi ini?”. Pertanyaan ini
saya lontarkan dengan anggapan, bahwa jangan-jangan Setan dan Iblis selalu jadi
kambing hitam atas setiap kejahatan yang dilakukan oleh manusia. (?)
Mari
kita lihat kejadian saat Yesus didatangi oleh seorang Ayah yangmana anaknya
sedang kerasukan. Kala itu, katanya para murid tidak dapat mengusir setan
tersebut, lalu jawab Yesus, “ "Hai kamu
angkatan w yang
tidak percaya 1 dan yang sesat, berapa lama
lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu
kemari!" (ay 41). Menurut saudara, apakah ketegasan itu hanya ditujukkan
kepada para murid? Atau kata-kata itu juga ditujukkan kepada Ayah dan anak yang
kerasukan tersebut? Atau kepada semua orang yang datang kepadaNya?
Refleksi
ini membawa saya pada pengertian akan ketegasan yang Yesus sampaikan pada semua
orang yang hadir ditempat itu. Bahwa hal-hal kecil semacam ini dapat selesai
dan terselesaikan, oleh karena kepercayaan kepada Dia yang berkuasa. Tapi
lihatlah, ketika Yesus telah dimuliakan di atas Gunung, tetap saja orang-orang
tersebut memilih untuk Yesus selesaikan bukan menyembahNya dan mempercayai
kekuatan yang Tuhan telah anugerahkan kepada setiap orang yang mau percaya dan
berserah kepadaNYA. Atau kembali lagi dengan pertanyaan diawal, bahwa
jangan-jangan problemnya bukan Setan dan Iblis. Tapi lebih tepatnya kita
menjadi anak-anak yang terus menerus meminta tolong kepada Bapa, sementara Bapa
telah memberikan kuasa untuk keluar dari problem-problem semacam ini?
Tentu,
ini tidak sama dengan mengandalkan kekuatan sendiri atau memakai akal untuk
menyelesaikan segala sesuatunya tanpa campur tangan Tuhan. Sebaliknya, segala
sesuatu yang telah Tuhan berikan; hikmat, kuasa, pengajaran dsb. Seharusnya kita
pergunakan untuk menjadi problem solver.
Mungkin,
beberapa diantara saudara beranggapan bahwa saya melihat peristiwa ini sebagai kasus
yang kecil dan sederhana. Faktanya demikianlah yang terjadi, problem-problem
semacam itu sangatlah kecil dan sederhana. Seperti yang tertulis dalam Roma
16:20;”Si iblis akan hancur di bawah kaki kita saat kita menolak bujukan,
kebohongan dan tipu dayanya yang menyesatkan. Dengan kuasa Roh Kudus, Tuhan
akan memampukan kita untuk menawannya”. Jelaslah, ayat ini menyebut bahwa semua
persoalan-persoalan ini sederhana dan kecil. Sebaliknya, persoalan ini hanya
semakin besar apabila orang-orang percaya justru tunduk pada kuasa-kuasa Gelap
tersebut.
Atau
dengan kata lain, besar dan kecilnya suatu masalah itu kembali pada cara
pandang kita. Apakah kita melihat dengan hikmat dan kuasa yang Roh Kudus berikan?
Atau justru sebaliknya, kita hanya melihat dengan akal juga pikiran manusia yang
penuh dengan kerapuhan juga ketakutan?
Akan
berbeda kasusnya, bila diantara saudara kita mengalami Skizofrenia Paranoid. Seperti kita ketahui, Skizofrenia paranoid adalah
jenis skizofrenia dengan kekhasan pada munculnya gejala positif, seperti waham
(keyakinan pada sesuatu yang tidak nyata) dan halusinasi. Meski bisa diderita
oleh siapa pun, kondisi ini lebih sering dialami oleh orang yang berusia 18–30
tahun.
Skizofrenia
paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering terjadi. Umumnya,
penderita skizofrenia paranoid akan mengalami kecurigaan atau ketakutan
terhadap sesuatu yang tidak nyata.
Merasa
seperti diperintah, dikejar, atau dikendalikan oleh orang lain, serta
halusinasi pendengaran merupakan gejala yang sering dialami penderitanya. Hal
ini selanjutnya memengaruhi caranya dalam berpikir dan berperilaku.
Skizofrenia
paranoid merupakan penyakit yang diderita seumur hidup. Namun, dengan bantuan
dokter dan perawatan rutin, gejala skizofrenia paranoid dapat diredakan dan
penderitanya dapat beradaptasi dengan kondisi yang dimilikinya.
Namun
problemnya, setiap kali aku menceritakan hal ini. Maka saya mendapatkan
pandangan-pandangan yang memperlihatkan diri kurang beriman dan lari dari persoalan.
Padahal bukan bermaksud demikian, bukankah kuasa Tuhan juga nyata bagi para
dokter? Atau kita hanya mengganggap bahwa kuasa Tuhan hanya diberikan bagi pendeta
dan pelayan Tuhan lainnya?
Terkadang
saya berfikir, jangan-jangan kita sering kali menutup diri pada penyakit
penyakit mental semacam ini. Karena diri kita atau keluarga kita tidak mau dianggap
ODGJ? Tanpa ingin memperpanjang problema ini, saya hanya ingin menyampaikan
bahwasanya Tuhan berkuasa pada hal apapun, dengan cara apapun dan melalui
apapun. Melihat kuasaNya yang besar seharusnya tidak membuat setan dan iblis
memiliki kuasa yang setara denganNya. “Karena itu tunduklah kepada Allah,
dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (1 Yakobus 4: 7)
Komentar
Posting Komentar