Sadarkah kita, bahwa setiap orang memiliki masa lalu dan masa depan. Tidak ada yang pernah benar benar sama, selain mereka yang kita pandang dengan kebencian. Mengapa? Karena mereka akan tetap menjadi seorang bersalah dimata kita yang membenci, Padahal didalam ikan yang gemuk masih terdapat duri dan didalam kurusnya ikan masih tersimpan daging. Kira-kira demikianlah kata-kata ini tercipta dari perikop yang menceritakan bagaimana permintaan Paulus untuk Onesimus dapat diterima sebagai saudara dalam Kristus.
Seperti
kita ketahui, Onesimus dikenal dalam pelayanannya bersama-sama dengan Tikhikus
yang mengantar surat ke jemaat Efesus dan Jemaat Kolose. Namun, Onesimus juga
seorang budak yang melarikan diri dari tuannya. Bahkan ada kemungkinan besar
sebelumnya Onesimus telah mencuri milik Filemon. Alasan
mengapa Onesimus melarikan diri tidaklah diberitahukan. Sebuah alasan untuk
melarikan diri yang sering diutarakan pada zaman itu adalah keinginan untuk
bebas dan mendapatkan perlakuan yang manusiawi.
Sampai
pada pertemuannya dengan Paulus di penjara Roma. Paulus bersaksi dan menyatakan
bahwa Onesimus telah berbuat salah. Tapi, Paulus tidak berhenti pada masa lalu
semata, karena masa lalu tersebut telah diampuni Tuhan. Paulus mengarahkan
perhatian Filemon pada pembaharuan yang telah terjadi pada diri Onesimus pada
masa kini melalui Yesus Kristus. Paulus bukan berarti menyepelekan kesalahan
yang telah diperbuat Onesimus, melainkan menunjuk pada suatu kemungkinan campur
tangan Allah dalam hal Onesimus. Paulus telah melihat pertobatan Onesimus.
Paulus menunjuk pada hubungan yang baru antara Filemon dan Onesimus, yaitu
suatu hubungan dalam Kristus yang memiliki dimensi kekekalan.
Pertanyaannya
adalah bagaimana bila dalam kesempatan tersebut, kita adalah Filemon yang telah
dicurangi oleh Onesimus. Apakah kita benar-benar bisa menerimanya?
Sadarkah
kita bahwa, tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa kita genggam walau kita
sudah sangat mengenalnya. Bila kita menyadarinya maka seharusnya kita tidak
akan terkejut pada perubahan-perubahan yang mungkin dapat merusak hubungan kita
dengannya. Tapi, hubungan tersebut bisa diperbaiki, bukan karena perubahan
orang lain seperti permintaan Paulus mengenai Onesimus. Tapi karya Allah pada
kita dan orang lain. Sebab, kebencian sering menguasai pandangan kita akan
orang lain. Sementara pengakuan akan karya Allah pada kita dan orang lain menyadarkan
bahwa kita hanyalah bagia dari rancangannya. Sehingga kehidupan orang lain, apakah
itu kesalahan; kebaikan dsb. Akan menjadi bagian karya Allah untuk mendewasakan
diri kita.
Sehingga
melalui kesadaran inilah kita dapat berdamai dengan diri sendiri, kesalahan
orang lain dan memberhentikan kesalahan itu dilakukan terus berulang-ulang.
Komentar
Posting Komentar