TAHUKAH KAMU?
Dalam Perjanjian Lama,
Nabi, Imam dan Raja 46 sebelum menjalankan tugasnya harus terlebih dahulu
diurapi dengan minyak urapan (Imamat 8:12; 1 Samuel 10:1; 1 Raja-Raja 19:15-16),
sebagai tanda kekhususan atas jabatan yang dipercayakan bagi mereka. Bukan
hanya Nabi, Imam dan Raja, tetapi kemah suci dan perkakas-perkakas yang dipakai
pun diurapi dan dikuduskan dengan minyak (Imamat 8:10- 11). Minyak urapan
seringkali dilambangkan sebagai kehadiran Roh Kudus dalam Perjanjian Lama (PL).
Dalam konteks ibadah bangsa Israel, minyak digunakan sebagai sarana penyucian.
Minyak urapan yang kudus digunakan untuk menyucikan Kemah Pertemuan, tabut
hukum Tuhan, seluruh perlengkapan ibadah, dan mereka yang ditetapkan untuk
memegang jabatan keimaman (Kel. 30:22-33)
LALU, BAGAIMANA?
Lalu seorang perempuan,
bila dilihat dari beberapa Injil bernama Maria saudara Lazarus, memberikan dan
mengurapi Yesus dengan Minyak Narwastu. Ia tidak hanya mengoleskan tetapi
mencurahkan seluruhnya, dan ia juga tidak berkata sepatah katapun. Tentu ini
membuat dirinya yang merupakan seorang berdosa dikritik. Mengingat dirinya mampu
memberikan uang untuk membeli minyak tersebut sebagai bantuan dana bagi orang
yang lebih membutuhkan. Seperti tertulis pada Ayat 4 dan 5 kita melihat bagaimana
reaksi dari orang orang yang hadir pada saat itu ada yang gusar artinya ia
tidak merasa senang dengan perbuatan perempuan tersebut selain itu mereka juga
mengatakan itu pemboroson (apoleia, kehancuran) yang sering diartikan juga
melawan kehidupan bukan memberi kehidupan. Mereka juga membuat nilai dari
ekonomis minyak tersebut yang berharga tiga ratus dinar lebih. Tiga ratus dinar
saat itu setara dengan satu tahun gaji pekerja biasa dan masih ada kata lebih
berarti bisa lebih mahal lagi. Nilai sebanyak itu akan lebih baik diberikan
kepada orang miskin untuk menolong mereka dalam kehidupan mereka. Tapi dalam
injil Yohenes yang berkata adalah Yudas ia mau berdalih untuk menolong orang
miskin tetapi sebenarnya ia mau mencurinya. Gusar dan marah juga mungkin karena
mereka menggap bahwa perempuan tersebut tidak layak untuk meminyaki Yesus sebab
bisa saja mereka menggap bahwa Yesuslah seharusnya yang meminyaki dan
mengurapi. Tindakan yang lain bukan hanya gusar menghitung secara ekonomis
tetapi juga mereka memarahi perempuan tersebut.
TAPI APA KATA, YESUS?
Menariknya, hal itu
dilihat Yesus dengan cara berbeda. Sikap Yesus menunjukan persetujuan dan juga
pembelaan terhadap perbuatan perempuan tersebut selain itu Yesus juga
memberikan penilaian terhadap apa yang dilakukannya. Yesus melihat segala
sesuatu yang dilakukan perempuan tersebut bukan hanya dengan minyak narwatsu
yang mahal tetapi juga pasti Yesus melihat ke dalam hati dari perempuan
tersebut. Sikap Yesus sangat berbeda jauh bahkan bertolak belakang dengan orang
orang yang ada pada saat itu disaat semua orang mungkin mengkritik gusar dan
marah pada saat itu Yesus membela dan menunjukan bahwa apa yang dilakukan
perempuan itu pekerjaan baik. Dalam bahasa Yunani ada dua kata mengenai baik.
Yesus juga melihat bahwa apa yang bisa dilakukan oleh perempuan tersebut sudah
dilakukan dengan maksimal “Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk kebaikan . Ada agathos yang
menggambarkan sesuatu yang baik secara moral; dan ada kalos yang
menggambarkan sesuatu yang tidak hanya baik tetapi indah . Sesuatu
mungkin agathos , namun keras, tegas, kaku, tidak
menarik. Tapi sesuatu yang kalos itu menawan dan indah,
dengan pesona mekar tertentu di atasnya. (Barclay) Yesus membelanya dan
menunjukan keadilan kepadanya.
MENGAPA BISA?
Bagi saya, Yesus
melihat bahwa diantara orang-orang yang datang saat itu dan mengikutinya. Maria
saudara Lazarus yang mengerti tentang kelanjutan dari tugas Yesus yakni menuju
pada kemuliaan di Kayu Salib. Hal ini dikarenakan Maria yang pernah dicatat dalam
Injil, sebagai perempuan yang turut mendengar perkataan Yesus sedang Martha dan
lainnya mengambil kegiatan lain.
BAGAIMANA DENGAN KITA?
Banyak hal yang sulit
untuk kita mengerti dari suatu perbuatan orang lain, tak lain hal ini
disebabkan karena perasaan dan pemikiran negatif dalam diri kita. Sehingga hal
tersebut membuat setiap hal positif yang orang lain lakukan menjadi sia-sia dan
tidak sampai dalam diri kita. Koq bisa? Tentu hal ini dikarenakan
ego diri yang sulit menerima dan belajar dari orang lain. Semisal mereka yang
hadir, atau Yudas dengan kritikannya bagi Maria yang memberikan Minyak Narwastu
untuk Yesus. Mereka tidak belajar sedikitpun, sampai akhirnya mereka tidak mengerti
bahwa hanya perempuan tersebut yang telah mengerti dan memahami akan Yesus yang
tidak lama lagi menuju pada kemuliaannya.
Saudaraku, bayangkan
bahwa setiap orang yang kita temui adalah orang-orang yang sudah mengalami
pencerahan. Semua, kecuali kita!
Dengan kesadaran ini, kita
akhirnya menyadari bahwa Orang-orang yang kita temui memang ada di dekat kita untuk
memberi pelajaran tertentu. Mungkin pengemudi yang ugal-ugalan atau remaja yang
tidak sopan itu memang ditakdirkan
bertemu dengan kita untuk mengajarkan kesabaran, remaja berpakaian gaya punk
rock itu mungkin memang dimaksudkan agar Anda tidak terlalu gampang
menghakimi orang lain.
Tugas kita pada
akhirnya adalah berusaha mengetahuo apa yang hendak diajakan orang-orang dalam
hidup kita. Anda akan menemukan bahwa, bila melakukan hal ini, anda tidak mudah
jengkel, tergganggu dan frustasi karena tingkah laku dan kekurangan orang. Kita
dapat benar-benar menyikapi hidup dengan cara ini dan, bila melakukannya kita
akan menyesal teah melakukannya. Sering kali, bila kita mengetahuo apa yang
hendak diajarkan oleh seseorang kepada kita, kita tidak mudah menjadi frustasi.
Anda mungkin tidak akan
menyangka betapa menyenangkan dan mudahnya strategi ini. Yang kita lakukan sebenarnya
mengubah persepsi dari, “ Mengapa orang-orang bersikap begitu?” menjadi “Apa
yang hendak mereka ajarkan kepadaku?”
Hal kedua, kegiatan yang
sering kita lakukan terhadap Tuhan dan pada akhirnya menjadi kesulitan bagi
kita untuk menyadari akan rencana juga rancangan Tuhan itu, tak lain karena kita
sulit dengar-dengaran kepada Tuhan. Sulit bagi kita untuk diam dan mengikuti apa
yang Tuhan ingingkan dalam kehidupan kita. Alhasil, sikap ini membawa kepada
kita untuk berhenti mendengar dan jauh dari rancangan Tuhan. Kita lupa bahwa
pada akhirnya rancangan Tuhan jauh lebih indah daripada rancangan kita. Karena itu,
Yesus tersalibkan kembali karena kitalah yang sebenarnya tidak mempercayai
Tuhan kita berkuasa atas kehidupan kita saat ini.
JADI, BAGAIMANA?
Sadarilah, melihat apa
yang tersembunyi di balik tingkah laku seseorang lebih mudah daripada yang kita
bayangkan. Demikian pula, mendengar dan menantikan rancangan Tuhan yang masih
tersembunyi dalam bayangan kita, lebih mudah daripada mempertanyakan tentang
Tuhan dan KaryaNya dalam hidup saudara.
Komentar
Posting Komentar