Belum lama ini, saya mendengar beberapa kisah menarik yakni tentang anak remaja yang bunuh diri dan Hamba Tuhan yang mengalami depresi.
Ketika situasi dalam
hidup sesuai dengan harapan, tentu kita akan lebih mudah merasakan ketenangan
dalam Allah. Namunm ketenangan tersebut benar benar berasal dari situasi yang
menyenangkan, bukan ketenangan dalam Allah yang sesungguhnya. Hal terberat yang
sering kali banyak orang rasakan adalah jika harus tenang saat situasi yang
kita hadapi tidak sesuai dengan harapan. Itu sama dengan mencoba tidur nyenyak
di malam hari berbadai. Mungkin..... Demikianlah yang terjadi pada seorang
Hamba Tuhan dan seorang anak yang bunuh diri tersebut.
Apakah mereka kurang
iman?
Rasanya tidak pantas
untuk kita mempertanyakan hal tersebut, atau malah menghakimi kegiatan
itu. Lebih menarik rasanya, bila kita bertanya bagaimana cara terbaik untuk
dapat tenang dan menumbuhkan harapan ketika situasi yang sama sekali tidak
mendukung
Sebab seperti yang kita
ingat akan seorang Nabi bernama Elia. Seorang Nabi yang pernah mengalahkan 450
nabi-nabi Baal saat berada di gunung Karmel. Meski demikian, Elia tetaplah
manusia biasa.
Setelah Raja Ahab
memberitahukan kepada Izebel, isterinya segala yang dilakukan Elia dan perihal
Elia membunuh semua nabi Baal itu dengan pedang, maka Izebel menjadi sangat
marah. Ia mengirimkan suruhan untuk memberitahukan Elia, ia akan mengambil
nyawanya. Maka takutlah Elia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya. Ia
melarikan diri jauh dari ancaman Izebel hingga wilayah Bersyeba. Dia pergi ke
padang gurun, duduk di bawah pohon arar dan berdoa. Ia merasa kalah, kelelahan,
dan minta mati (ay. 1-4).
Ada penafsir yang
menuliskan bahwa sebenarnya saat menyelamatkan nyawanya dari Izebel itu bukan
karena ia takut akan kematian. Karena ayat 4 memberitahukan kita kalau Elia
memohon kepada Allah untuk mengambil nyawanya. Elia melarikan diri karena ia
sudah sangat depresi dan patah semangat. Ia memandang dirinya sudah berjerih
lelah, berjuang, dan berkorban untuk
kepentingan Tuhan, namun pada akhirnya semua terlihat sia-sia.
Dalam situasi seperti
ini, Tuhan berkenan menolong dan menyatakan kasih setia-Nya kepada Elia. Ia
menghadapi Elia yang frustasi dengan sikap penuh pengertian dan perhatian: (1)
Ia membiarkan Elia tidur (ay. 5-6); (2) Ia memberi makanan kepada Elia (ay.
5-7); (3) Ia mengunjungi Elia dengan sebuah penyataan yang mengagumkan tentang
kuasa dan kehadiran-Nya (ay. 11-13); (4) Ia memberikan penyataan dan petunjuk
tambahan (ay. 15-18); dan (6) Ia memberikan kepada Elia seorang kawan yang
sejiwa dan sehati (ay. 16, 21). Selain itu dicatat bahwa masih ada 7000 orang
di Israel yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia
(ay. 18).
Tapi dalam artikel ini,
saya tidak ingin bicara tentang pembelaan atau segala macamnya. Sebaliknya,
saya ingin bicara tentang “bermula dari pendengaran, menuju perjumpaan yang
menumbuhkan harapan”.
Kisah ini muncul dari
diskusi tentang, “Siapa yang mengetahui dan mengerti penderitaan Yesus pertama
kali?”. Diskusi itu memberikan kesimpulan bahwa Maria saudara Lazarus lah yang mengerti
dengan tindakan secara tersirat dengan meminyaki Yesus dan menyeka kakinya
dengan rambut ketika 6 hari menjelang paskah.Yahudi.
Mengapa ia mengerti dan
mengapa dia tidak sama dengan para murid? Tentu sebelumnya saya telah membahas
bagaimana dan mengapa murid tidak
mengerti akan kematian Yesus dalam artikel ini https://www.kekasihyesus.com/2023/02/mimpiku-dan-rencana-mu-matius-1621-24.html
Tapi mengapa Maria bisa
mengerti?
Usut punya usut, kisah
Maria yang mendengar dan Martha yang sibuk melayani menjadi jawaban dari
diskusi kami. Maria dapat mengerti karena ia mendengar Yesus. Sekalipun hal itu
mungkin tidak seperti yang diharapkan Maria juga dengan murid lainnya akan
Mesias. Tetapi pendengarannya mengubah pola pikirnya dan melihat rancangan
Yesus yang jauh lebih dahsyat dari gambaran mereka kala itu akan Mesias.
Bagaimana dengan
perjumpaan dan pendengaran kita dengan Yesus?
Apakah dalam perjumpaan
kita dengan Kristus, ktia mendengar dan bukan mempertanyakan tindakan Yesus
akan kehidupan kita?
Saudaraku, seringkali
kita hanya mempertanyakan tentang tindakan Yesus. Seringkali kita justru lupa
tentang apa yang Yesus inginkan dalam kehidupan kita dan bagaimana caraNya menolong
kita.
Di Desa Wisata Buluh
Awar, dengan tema “The Encounter” Unit Wisata Rohani akan melaksanakan kegiatan
Meditasi masal yang secara praktik melakukan yang saya maksud. Tepat di tanggal
22 Maret-23 Maret 2023.
Namun saya tidak ingin
membahas itu, lebih daripada itu. Saya ingin mengajak saudara untuk
merefleksikan hal ini;
“Keteguhan hati tidak
akan pernah mampu didapatkan, saat saudara berusaha untuk meneguhkan hati
sendiri. Sebab, kita lemah dan butuh Tuhan untuk meneguhkan hati dan diri kita”
Kapan saudara mau
diteguhkan oleh Tuhan? Duduk diam, dan dengarlah suaraNya. Tenang dan lihatah
bagaimana Tuhan memperlihatkan dirinya untuk meneguhkan diri dan hati saudara.
Datanglah kepadaNya, dan biarkan DIA bekerja atas hidupmu.
Komentar
Posting Komentar