Bila kita membaca bahan
refleksi kita yang diambil dari 1 Samue 14:47-52, kita akan melihat bagaimana dalam
rangkaian cerita tentang perang melawan kaum Filistin, Saul dan anaknya Yonatan
mendapat penghargaan yang tinggi karena keunggulan mereka. Perang melawan
Amalek juga diceritakan sebagai cerita pertolongan Tuhan kepada Saul. Rahasia
kemenangan Saul dan putranya, Yonatan, terletak dalam ketergantungan mereka
kepada Tuhan. Ini menjadi cerita yang ideal dan anggapan bahwa demikianlah
kiranya apabila dalam satu keluarga memiliki visi dan misi yang sama untuk
Tuhan. Alhasil, kita berandai-andai dan bahkan berpengharapan bahwa keluarga
mendukung pelayanan yang kita ambil.
Hal ini juga menjadi
pengalaman pribadi saya ketika berjumpa dengan seorang pendeta yang saya
pertanyakan tanggung jawabnya kepada keluarganya. Lalu dengan tegas dirinya
mengatakan bahwa “Keluarga saya harus mendukung, sebab saya seorang pendeta dan
tentu mereka harus sadar bahwa saya sudah menjadi pengantin dan menikah terlebih
dahulu dengan Tuhan”. Pembelaan yang luar biasa tegas dan penuh dasar teologis
bagi saya, tapi tidak tepat.
Bukankah kita mengingat
bagaimana dalam peristiwa kemudian, Yonathan tidak mendukung Saul demi
pemerintahan Daud yang telah Tuhan putuskan dan tentukan? Apakah hal tersebut,
menjadi kesalahan bagi Yonathan ketika dirinya tidak lagi mendukung Saul
sebagai orangtuanya? Kita bisa melihat dan membaca kembali kisah ini bahwa hal
yang dilakukan Yonathan adalah apa yang Tuhan inginkan dan lakukan.
Lalu, bagaimana dengan
kehidupan kita dalam pelayanan? Apakah kita mendapat dukungan? Atau dukungan
seperti apa yang kita harapkan dan bagaimana tanggung jawab kita terhadap
keluarga kita?
Pada akhirnya tidak
satupun diantara kita dapat menyenangkan semua orang termasuk keluarga kita.
Ini benar! Namun ini tidak menjadi alasan untuk kita meninggalkan tanggung jawab
kita dalam keluarga sebagai seorang yang mengabdikan diri dalam pelayanan
Tuhan!
Karena itu nasihat yang
paling sempurna dalam hidup saya sekarang ini adalah “wherever you go, there
you are”. Kesadaran ini menjadi penting dalam setiap lini kehidupan kita,
mengapa? Karena kesadaran tersebutlah kita mampu memposisikan diri kita
dimanapun dan sebagai apa diri kita di setiap tempat. Seringkali, kita tidak
mampu mengelola konflik dalam pikiran kita dan membuat diri kita tidak
menyadari bahwa bukan hanya orang lain, melainkan keluarga juga membutuhkan
kehadiran kita.
Tentu dalam beberapa pengalaman kita akan melihat
bagaimana keluarga juga menjadi penghalang bagi kita dalam melayani. Tapi
apakah kita dapat mengubah sikap hal tersebut? Tidak! Kita hanya bisa mengubah pola
pikir dan respon kita dalam melihat tindakan tindakan yang menghalangi pelayanan
kita. Lalu kembali pada penyerahan, bahwa Tuhanlah paling berkuasa atas
kehidupan diri kita dan keluarga kita pula.
Aron
Ginting Manik, S.Si Teol C.CM
GBKP Rg Buluh
Awar (085372363155)
Komentar
Posting Komentar