Bangsa Israel yang
berada di Mesir mengalami penderitaan bukan hanya fisik, mental dan Iman
mereka, hal ini dikarenakan adanya ketakutan Bangsa Mesir akan pertumbuhan dan
perkembangan Bangsa Israel yang semakin hari semakin bertambah banyak, memaksa
Firaun untuk mengeluarkan titah agar setiap anak laki-laki yang lahir dari
keluarga Bangsa Israel, harus dibunuh. Ini adalah situasi yang sangat mencekam
dan menakutkan bagi setiap keluarga orang Israel termasuk satu keluarga Lewi
yang melahirkan seorang bayi laki-laki yang cantik. Mereka tidak rela untuk
melepaskannya mati ditangan bangsa Mesir dan berusaha untuk menyembunyikannya,
tetapi mereka tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi. Disinilah mereka,
para wanita-wanita yang luar biasa yaitu: Yokhebed ibu Musa, Miryam kakak
kandung Musa dan yang ketiga Ibu angkat Musa yaitu Putri Firaun, melakukan
peran mereka masing-masing dalam menggenapi kehendak Allah, dengan cara
menyelamatkan bayi Musa yang kelak akan menjadi perpanjangan tangan Kasih Tuhan
untuk kebebasan bangsa Israel dari masa penjajahan Mesir.
Tapi pernahkah saudara
membayangkan bahwa diri anda adalah Putri Firaun dan nyatanya Yokhebed adalah
orang yang selama ini saudara anggap sebagai orang yang tidak pernah bisa
diatur dan memberikan tanggung jawab besar kepada saudara. Apa tanggapan
saudara?
Hal ini saya pertanyakan,
sebab sering kali kita berfikir bahwa sangatlah sulit untuk melakukan kehendak
Tuhan secara bersama dengan orang lain. Sebab (mungkin) sering kali kita
menemukan bahwa dalam persekutuan kita akan ada seseorang yang sangat sulit
untuk diatur dan kita sebut sebagai Yudas Iskariot.
Faktanya, kita tidak
akan pernah bisa lolos dari orang-orang seperti ini dan demikianlah
kenyataanya. Bahwa kita belajar dan berkembang justru karena orang-orang yang
kita anggap demikian. Sebab sangatlah mudah berdamai dan memiliki cinta kasih
kepada orang-orang yang kita sukai. Namun, ujian spritual sejatinya adalah jika
kita bisa memiliki belas kasih dan kedamaian terhadap hal-hal yang tidak kita
sukai. Singkatnya, cara pertama yang harus kita sadari, adalah “apapun yang
kita lakukan, betapapun kita berpuaya dan berjuang, sesuatu yang tidak kita
sukai selalu ada dalam hidup kita!”
Kedua, sadarilah bahwa
bukanlah kita yang paling berkuasa dan kita bukanlah pemilik tanggung jawab
besar dalam menjalankan kehendak Allah dalam persekutuan kita. Sebab, bila kita
memiliki pemikiran bahwa sebagai penanggung jawab besar, maka kesalahan pertama
yang muncul adalah kita beranggapan bahwa kita mengetahui lebih banyak dari yang
lain dalam mewujudnyatakan kehendak Allah. Sehingga perspektif ini membawa kita
pada banyak masalah dan mengentikan banyak pengembangan kasih, kedamain dan
kebaikan dalam kebersamaan kita dalam mewujudnyatakan kehendak Allah.
Terakhir, sering kali
kita memberikan persepsi yang salah kepada kehidupan orang lain dan persepsi
tersebut membuat kenyataan baru dalam pikiran kita mengenai orang tersebut.
Contohnya, jika saudara pergi ke penjara dan melihat bahwa itu adalah sosok
yang pernah melakukan pembunuhan, saudara akan melihat gambaran yang jauh lebih
besar ketimbang perbuatan yang pernah mereka lakukan. Ketika saudara sesungguhnya
mulai melihat sisi lain mereka yang jauh lebih besar, maka sisi itulah yang
akan mereka tunjukkan kembali kepada saudara. Sebaliknya, ketika saudara
menghormat sisi baik mereka, sisi yang pantas dihormat, dan mereka akan mulai
bisa melihat sisi baik itu sendiri, mereka mendapatkan kepercayaan diri, mereka
menyukai bagian baik dari diri mereka ketimbang bagian kriminalnya, maka bagian
kriminal dari diri mereka akan tersingkir. Itu karena apa yang kita sukai, apa
yang kita pusatkan, itulah yang biasanya bertumbuh.
Nah, jadi bagaimana?
Maukah saudara bersama-sama mewujudnyatakan kehendak Allah dalam keluarga,
kelompok dan persekutuan-persekutuan saudara?
Aron
Ginting Manik, S.Si Teol C.CM
GBKP Rg Buluh
Awar (085372363155)
Komentar
Posting Komentar