Situasi yang sama,
namun beda rasanya. Apa itu? Dalam konteks 1 Johanes 5 ini dituliskan bagaimana
penulis surat Yohanes memberikan kesaksian bahwa Allah yang menyatakan
kebenaran mengenai Yesus, melalui Roh Kudus kepada orang-orang masa itu. Tentu
hal ini dikarenakan, masa itu mereka yang percaya berhadapan dengan nabi-nabi
palsu dan meragukan Yesus sebagai Juruselamat. Situasi ini sama, tapi beda rasanya
dengan situasi sekarang ini.
Kini, ada begitu banyak
orang yang justru mempertanyakan kebenaran tersebut bukan karena mereka tidak
mengenalNya. Sebaliknya, mereka yang mengenal justru sedang mepertanyakan apa
yang mereka anggap itu benar. Mengapa? Karena situasi sekarang ini semua orang lebih
antroposentris. Segala sesuatunya dikaitkan dengan manusia, termasuk
Tuhan. Sehingga ketika kehendak Tuhan tidak menguntungkan bagi manusia. Maka ia
mempertanyakan Tuhannya.
Tapi pernahkah kamu
membayangkan, apabila semua keinginan manusia dipenuhi? Misalnya, ketika
seorang penjual minuman dingin meminta cuaca panas dan penjual minuman hangat
meminta cuaca dingin. Kira-kira bila, mereka dalam satu wilayah yang sama. Apa
yang harus Tuhan lakukan bagi mereka, agar Tuhan jadi baik dimata mereka?
Jawabannya, TIDAK ADA!
Tuhan tidak perlu memenuhi permintaan mereka. Sebab, apabila mereka mendapatkan
apa yang mereka minta, maka kekacauan pasti akan terjadi di wilayah tersebut.
Dengan kata lain, cara kita dalam melihat apa yang Tuhan kehendaki menjadi penentu,”Apakah
Iman yang kita miliki itu benar atau tidak!”
Dengan kata lain, bila
ada pola pikir yang mengatakan bahwa Yesus membutuhkan pengikut dan umat.
Justru pola pikir ini salah. Tuhan tidak membutuhkan kita. Manusia membutuhkan
Tuhan, dan belas kasihNyalah jadi jawaban untuk kita. Inilah topik utama yang
ingin saya bagikan kepada kita semua. Bahwa Air dan Darah jadi simbol bagi kita
akan kesaksian Yesus yang merupakan Tuhan, memberikan belas kasihNya untuk kita
bisa sampai kepadaNya.
Ada yang mempertanyakan
dan Ada yang Menyaksikan, termasuk Allah Sendiri yang ikut menyaksikan melalui
Roh Kudus dalam kuasaNya bagi kita orang-orang terpanggil dan terpilih.Mengapa?
Sebab hanya pengertian yang
kita dapat dari Kuasa Roh Kuduslah, maka kita mampu menerima Yesus sebagai
Tuhan yang telah berkorban di Kayu Salib bagi kita semua. Ini tidak dapat
dipahami tanpa kuasaNya. Dialah yang memberikan pengertian dan kesaksian itu di
dalam hati kita.
Untuk itu, kita yang
menyebut diri sebagai orang-orang percaya tidak menanggung beban untuk semua
orang mau mengerti dan memahami kebenaran yang kita sampaikan kepada orang
lain. Itu bukan hak dan kewajiban orang lain harus menerimanya.
Sebaliknya, sadarilah
bahwa kita hanya perantara dan DIALAH yang menyaksikan dan memberikan pengajaran
yang sungguh bagi orang-orang yang haus dan rindu akan FIRMANYA.
Nah, bagaimana? Apa
yang saudara pikirkan, sekarang?
Sekedar kesaksian bagi
kita, bahwa saya dahulu memiliki kepribadian yang idealis dan sedikit ambisius.
Ketika terjun dalam pelayanan, segala yang berantakan harus dibereskan dan
segala hal yang tidak baik, haruslah dimusnahkan. Tentu ini berakibat fatal
bagi pola pikir saya, sebab karena demikianlah akhirnya saya menjadi tuhan atas
TUHAN dalam kehidupan saya. Sekalipun saya menyebut diri sebagai pelayanNya.
Mungkin, diantara kita
juga sama. Kita sering kali berusaha untuk merubah dan memaksa orang lain
mempercayai apa yang kita percayai. Padahal, faktanya hal demikian inilah yang
justru sering menjadi momok orang-orang yang mengaku KRISTEN.
Orang-orang seperti inilah yang justru sering membuat orang lain terhindar dari
Kristus.
Percayakah anda? Bahwa “BISA
SAJA” orang-orang yang selama ini kita anggap bersalah dan tidak mengenal Tuhan
justru mendapatkan pelukan dari Tuhan. Karena mereka datang dengan kerinduan
dan kehausan akan kebenaran. Sehingga mereka terus-terus mencari dan memastikan
kebenaran itu. Alhasil, mereka mendapati Tuhan yang memeluk mereka dengan belas
kasihNya.
Sementara kita? Tidak!
Kita tidak lagi menemukan dan mendapatkan pelukan dari Tuhan. Karena Kita merasa
sudah terpuaskan dan tidak lagi merindukanNya. Alhasil, rasa itu membawa kita
semakin menjauh dari Tuhan dan membuat diri kita menjadi tuhan baru atas
kehidupan orang lain.
NAH..............
GIMANA?
Komentar
Posting Komentar