Dalam setiap Gereja, banyak
sekali persoalan tentang kurangnya partisipasi kehadiran kaum Bapak untuk beribadah.
Menariknya, dalam berbagai urusan dengan risiko besar; setiap lelaki di didik
untuk melakukannya dan bahkan berada di garda terdepan, terlebih bila hal ini
mencakup soal keluarga. Maka, kaum Bapak harus mampu melindungi keluarganya.
Pertanyaan yang menjadi menarik, adalah apakah urusan ibadah merupakan urusan
BESAR atau kecil? Mengapa justru sering kali yang terlihat, lebih banyak
perempuan ketimbang lelaki dan kaum bapak? Ah, saya berharap kalau ini tidak
terjadi pada Gereja-Gereja di tempat saudara beribadah.
Saya teringat beberapa kisah
natal, khususnya saat Malaikat bicara pada seorang Yusuf. Tampaknya seluruhnya
memperlihatkan bahwa Yusuf mendapati rencana Allah justru ketika ia tidur dan
bermimpi. Mungkin ini juga menjadi alasan, ada banyaknya Kaum Bapak sering
mengantar keluarganya ke Gereja lalu tertidur di saat hari Minggu. Mereka sedang
mencari rencana Allah dalam tempat tidurnya bukan dalam Gereja. Ah, tapi itu
hanya di beberapa Gereja orang lain, bukan Gereja kita kan? Kalau terjadi pada Gereja
kita, sampaikan renungan ini pada Kaum Bapak ya!
Ada satu kisah yang
menarik, pernah saya dengar tentang seorang Bapak memilih untuk tidak Gereja.
Katanya ia tidak ingin beribadah karena melihat Gereja sebagai tempat yang
penuh kemunafikan. Ada banyak sekali pelayan, pengurus Gereja atau Majelis
Gerejanya yang tidak melakukan hal-hal seperti yang tidak disampaikan. Akhirnya
ia memilih di dalam rumah. Karena kala itu, salju telah memenuhi desanya. Ia
memilih memasang api dan duduk santai dekat perapian dan menikmati kehangatan.
Sampai akhirnya, ia mendengar suara dentuman dari jendela tempat dia sedang duduk
bersantai. Untungnya, Bapak itu tidak seorang yang mempercayai kuasa Roh Kudus.
Sehingga dia tidak berdoa dan menengking untuk mengeluarkan Roh Jahat
yang mengganggu waktu santainya. Sebaliknya, dirinya yang keluar 😊
Bukan karena dirinya jelmaan Roh Jahat ya; ia keluar melihat penyebab
suara dentuman tersebut dan menemukan seekor burung ingin masuk dan menikmati
kehangatan yang sama sepertinya. Lalu, ia berusaha untuk menangkap burung itu
dan membawanya kerumah, agar tidak mati kedinginan. Tetapi burung itu tidak
mau, ia memilih menghindar dari tangkapan Bapak itu.
Bapak itu, mencoba
kembali dengan memancing burung tersebut memakai remah remah roti, menaburkannya
sampai ke pintu rumah. Berharap, dengan demikian burung itu dapat masuk ke
rumah dan menikmati kehangatan. Tapi, apa yang terjadi? Burung tersebut, tetap
saja tidak ingin masuk rumah dan ketakutan melihat Bapak itu. Ia akhirnya merenung,
berharap mampu menjelaskan kebaikannya pada seekor burung dengan menjadi seekor
burung yang sama. Tapi hal itu tidak mungkin baginya.
Seketika lonceng Gereja
berbunyi, menandakan bahwa Gereja akan memulai kebaktian. Lalu, akhirnya ia
menyadari sesuatu dan memilih pergi ke sana. Ia mengerti bahwa Tuhan telah
menjadi manusia, agar manusia mengerti dan memahami RENCANA-NYA untuk
menyelamatkan dirinya. Persis seperti keinginannya saat ingin menyelamatkan
burung itu.
Jadi, bagaimana kita
memahami seluruh kisah natal yang mungkin beberapa kali telah kita dengar di
bulan ini? Apa yang kita pahami dan mengerti?
Sejak SMA, saya telah
menjadi seorang Guru Sekolah Minggu. Setiap kali natal, saya sering melihat dan
bahkan mengalami sebagai seorang anak yang melakukan pembacaan ayat alkitab. Sering
saya melihat bagaimana orangtua tertawa dan sukacita dalam melihat anak-anak
yang melakukan kesalahan dalam pembacaan ayat alkitab dan lupa saat disuruh
mengungkapkan ayat alkitab yang disuruh di hafal oleh Guru-Guru Sekolah Minggu.
Tidak ada di antara mereka yang dimarahi dan membuat suasana natal menjadi tidak
kondusif. Agak berbeda dengan natal-natal yang terjebak pada perayaan,
kemegahan dan penuh sayembara. Natal anak-anak tidak kehilangan makna, karena ada
penerimaan dan pengampunan di dalamnya.
Sebab demikianlah Natal,
ini bukan hanya tentang Tuhan yang memberikan dirinya untuk menjadi sama
seperti manusia untuk menjadi jalan dan kebenaran bagi Manusia. Tapi ini,
tentang kisah seorang Yusuf pula. Seorang yang menerima rencana Tuhan dalam
diri Maria yang telah hamil lebih dahulu oleh karunia Tuhan, saat mereka masih bertunangan. Ini tentang
seorang Yusuf dalam kerendahan hatinya menerima dan setia dalam rancangan Tuhan
membawa Maria dan Yesus menuju Betlehem, kemudian ke Nazaret.
Saya tidak mengerti,
bagaimana dengan situasi sekarang. Tapi yang saya tahu, saya punya orangtua
yang menerima anaknya dalam kemenangan, bahkan dalam kegagalan sekalipun. Saya
punya orangtua, yang menerima anaknya dalam kesalahan sekalipun. Demikian pula,
Tuhan yang menerima kita kembali dan bahkan menunjukkan rencanaNya dalam kelahiranNya
menjadi seorang manusia, lalu menebus dan menyelamatkan manusia. Inilah
sukacita Natal itu! Inilah makna Natal itu! Maukah kita membagikannya dan
membawa keluarga kita pada sukacita dan pemaknaan itu? Lihat, ada rencana Tuhan
yang baik bagi kita!
"Natal sering kali terjebak pada perayaan, tidak lagi
pada pemaknaan. Natal sering terjebak pada kebesaran dan kemegahan tetapi,
tidak lagi kebenaran" - Pdt Bigman Sirait
Komentar
Posting Komentar