Minggu
ini dinamai dengan sebutan Minggu Advent ke-2. Minggu
kedua Adven menurut sumber yang saya baca, memiliki
arti sebagai KESETIAAN dan CINTA. Pada minggu
kedua ini lilin ungu kedua dinyalakan, mengingatkan kita untuk tetap setia
mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Kita diwajibkan menyiapkan hati dan
cinta demi menyambut kedatangan Kristus.
Seperti halnya Yohanes Pembaptis yang memiliki kesetiaan dan cinta pada Allah,
sampai pada akhir hayatnya, atau penulis Surat Petrus yang meminta jemaat saat
itu tetap setia dalam iman dan perbuatannya sampai Allah hadir untuk kedua
kalinya, atau juga seperti seorang Maleakhi yang menjadi tokoh utama dalam
Minggu ini sebagai utusan yang mengingatkan bangsa Israel mempersiapkan dirinya
akan kedatangan seorang Mesias. Tetapi sebelum lebih jauh membahas semua hal
ini, saya teringat dengan sebuah lagu dari “Wences Laus Maria” yang liriknya
demikian;
Mungkin
kau selalu menduga
Diriku tak pernah memahamimu
Bahkan kau selalu curiga
Ada yang lain dan ku duakan cintamu
Jangan kau salah menilaiku
Dengan semua sikap diamku ini
Jauh di dalam lubuk hatiku
Terukir indah terukir indah namamu
Sayang...
Mengapa masih saja kau ragukan diriku
Ketulusan hatiku
Kupersembahkan hanya untukmu
Sayang...
Andaikan kau dapat
melihat hatiku
Kau akan menyadari
Betapa ku sangat mencintaimu
Akhir-akhir
ini lagu ini sering sekali saya dengar, sampai akhirnya lagu ini menginspirasi
saya untuk melihat teks dan bahan khotbah kita minggu ini. Sebab apabila kita
memperhatikan teks yang kita miliki, Israel sepertinya sudah salah menilai,
salah dalam melihat Allah. Hal ini dapat kehadiran Maleakhi dalam kisah ini. Nama
Maleakhi berarti "utusanku"; nama ini mungkin menjadi singkatan dari
"Malakhiah" yang artinya "utusan Tuhan". Dia adalah seorang Yahudi saleh yang tinggal
di Yehuda masa pasca pembuangan. Sebagai utusan Tuhan ia menyuarakan agar umat menjaga kesetiaan
kepada perjanjian (Mal. 2:4,5,8,10) dengan
Tuhan. Hidup rohani umat menjadi mundur dan cenderung meninggalkan perjanjian
kepada Tuhan ini disebabkan oleh adanya pengalaman pembuangan yang
menyengsarakan mereka. Mereka merasa bahwa ketaatan kepada Tuhan tidak ada
untungnya (Mal.3:14). Sikap hidup yang mundur itu adalah ibadah
yang munafik dan tak bersungguh-sungguh (Mal 1:7-2:9), penyembahan berhala (Mal
2:10-12), perceraian (Mal 2:13-16), mencuri persepuluhan dan persembahan yang
menjadi milik Allah (Mal
3:8-10) dan ditambah lagi para
imam telah menjadi korup (Mal 1:6-2:9).
Maleakhi
memperhadapkan para imam dan umat itu dengan panggilan kenabiannya agar bertobat dari dosa-dosa
dan kemunafikan agama mereka sebelum Allah datang tiba-tiba dengan
hukuman (Mal.3:1,2). Umat diajak untuk
menyingkirkan semua rintangan ketidaktaatan yang menghalangi arus kemurahan dan berkat
Allah, dan untuk
kembali kepada Tuhan dan perjanjian-Nya dengan hati yang tulus dan taat. Sebab Tuhan tidak berubah akan tetap menjaga
perjanjian-Nya terhadap umat Israel (Mal.3:6).
Bahkan
hal ini juga tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada saat ini, dimana
banyak orang beribadah hanya sekedar saja, tanpa mencari Allah, tanpa ingin
memaknai setiap ibadahnya saja. Khotbah yang menjadi utama, liturgi diabaikan.
Makanya tidak sedikit Mamre di kampung-kampung sana yang masuk Gereja ketika
Khotbah sudah berlangsung, lalu keluar kembali ketika Doa Syafaat sudah
dimulai. Seolah-olah beribadah merupakan alat untuk mencari kepuasan diri,
bukan untuk mencari dan bertemu dengan Allah. Mau sampai kapan?
Bagi
beberapa Permata mungkin akan berkata, siapa suruh liturgi dan ibadahnya tidak
pakai Praise dan Worship. Seolah-olah litani-litani yang kita bacakan selama
ini bukan bagian dari Praise dan Worship. Seolah-olah nyanyian yang kita
nyanyikan saat ini bukanlah menjadi nyanyian penyembahan kepada Allah.
Jangan-jangan sewaktu belajar katekisasi, belum lulus pada hal-hal yang
membicarakan ibadah di GBKP? Walaupun
secara pribadi, saya menyadari hal-hal ini juga sering menjadi alasan-alasan
untuk beberapa Gereja yang takut bentuk Ibadah dan Litruginya disusun oleh
pemudanya. Seperti halnya sering saya hadapi ketika masa kuliah, kami melakukan
Tour Paskah ke beberapa Runggun
seperti, Pondok Gede, Bekasi, Surabaya, Cijantung dan terakhir saya
melakukannya sendiri tanpa team yang menemani di Bogor. Namun, saya hanya
mengatakan kepada beberapa Gereja saat ini, “Mau sampai kapan Gereja tertutup
dan membentengi diri pada perkembangan saat ini? Sebab sudah seharusnya Gereja
menyentuh segala aspek seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. Jika Yesus
saja menyentuh semua hal ini dalam pelayannya, mengapa Gereja saat ini memaksa
untuk menutup mata pada perkembangan yang ada. Sampai akhirnya banyak pemuda
yang lari hanya karena lebih merasakan ibadah diluar GBKP lebih
mempertemukannya dengan Allah.
Namun,
apakah hal yang selama ini kita lakukan di GBKP ini salah? Jawabanya tidak.
Apakah ketika kita merubah bentuk-bentuk dalam ibadah tanpa memahami lebih jauh
dari setiap makna, situasi dan kondisi dari Gereja kita sendiri itu adalah
benar? Jawabanya juga tidak. Karena semuanya berdasarkan pada Anugerah. Hanya
itu, bukan usaha, kreativitas ataupun kemampuan manusia. Jangan salah menilai Allah, tapi persiapkahlah hati kita untuk menerima
Anugerah dari Allah.
Hal
kedua yang bisa saya pelajari dalam kisah Maleakhi ini juga adalah, ketika kita
sama-sama berfikir dan mengambil diri untuk berada pada posisi Israel. Manusia
tidak? Ketika kita kecewa, meragukan, dan bimbang pada Allah. Ibarat lagu tadi,
kekasihnya tadi justru malah sering diam, Mamrenya lebih senang keluar Rumah,
misalnya. Wajar tidak ada rasa curiga? Wajar. Demikian juga bangsa Israel, dia
merasa bimbang denga Allah. Jangan-jangan kami ini bukan lagi menjadi bangsa
pilihan. Karena yang didapatkan bangsa Israel sering kali kesusahan. Setelah
bebas dari Mesir, dijajah kembali oleh orang Babilonia, kemudian dijajah lagi
oleh bangsa Roma. Wajar jika Bangsa Israel sudah mulai kehilangan harapannya.
Namun ingatlah akan satu hal dalam masa advent ini, “YESUS DATANG BUKAN DENGAN SUATU DAFTAR BERISI HAL-HAL YANG HARUS ANDA
LAKUKAN, TETAPI SUATU DAFTAR BERISI HAL-HAL YANG SUDAH DAN AKAN IA LAKUKAN.
YESUS MENGANGKAT SETIAP BEBAN; IA TIDAK AKAN MENAMBAHKANNYA.”
Hal
ini menjadi kesaksian saya pribadi, akhir-akhir ini kepala saya pusing sebelah
bahkan tepat hari rabu kemarin tensi saya juga naik. Sampai pagi-pagi saya
tidak bisa tidur karena memikirkan beberapa hal yang membuat saya kecewa, sedih
dan marah. Saya berusaha untuk tidur saja, tidak bisa-bisa. Sampai akhirnya di
kamar saya yang begitu gelap, ketika saya menutup mata, saya merasakan cahaya
yang menyilaukan mata saya. Kemudian saya buka mata saya, mungkin pagi sudah
datang pikir saya. Tapi cahaya memang hanya sedikit masuk dalam kamar saya,
kecuali kedua pintu saya bukan. Lalu saya tutup kembali, dan nyatanya memang
masih sangat menyilaukan. Terakhir, saya menyerah dan mengatakan “Aku capek,
aku lelah, terserahMu sekarang Tuhan. Aku ingin tidur”. Lalu saya tertidur
dengan pulas. Saya bercerita dengan beberapa orang dan mendapatkan satu
kesimpula yang baik. Bahwa memang ada masa dimana kita harus menyerahkan
sesuatu yang merupakan bagian Tuhan untuk bekerja, karena kemampuan manusia
hanya terbatas. Dia mengerti dan merasakan apa yang kita rasakan. Karena diapun
pernah menjadi manusia. Lalu mengapa kita selalu memaksakan diri untuk berusaha
dengan kemampuan kita yang terbatas. Atau malah bimbang dan tidak lagi memiliki
pengharapan kepada Allah seperti bangsa Israel dalam kitab Maleakhi ini. Jangan salah menilai Allah, tapi
persiapkahlah hati kita untuk menerima Anugerah dari Allah
Hal
ketiga yang mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk kita, pada ayat ke-2
“Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?”. Jawaban memang tidak
satupun manusia yang mampu berdiri diatas kekuatannya untuk menerima setiap
proses yang didapati manusia. Sebab
pastilah musuh-musuh (bd.1 Petrus 5:8) terus berusaha agar kita menjadi lemah, oleh
karena itu kita harus saling mendukung, khususnya saling mendukung dalam doa
(Bd.Yakobus 5:16). Kita membutuhkan
persekutuan ini untuk saling mendukung satu dengan yang lainnya. Tanpa
persekutuan yang saling membangun maka kita juga akan bisa melemah. Namun
karena ada didalam persekutuan yang saling memberikan hal-hal yang positif,
maka kita bisa bangkit kembali tanpa meragukan Allah sedikitpun. Karena itu
Allah mengirimkan Maleakhi ke bangsa Israel untuk membagikan semangat-semangat
yang baru dalam masa penantian datangnya Mesias.
Tidak
sedikit yang mungkin pernah merasakan atau memiliki cerita seperti saya, yang
merasa sangat sedih memiliki keluarga yang saya miliki sekarang, atau misalnya
marah pada Tuhan mengizinkan saya hidup bersama keluarga saya yang kurang
harmonisnya. Tapi itu dulu, bukan lagi sekarang. Sebab ketika saya pulang ke
rumah saya kala itu, dimana saya merasa terjatuh. Ternyata saya memiliki
keluarga yang memberikan semangat yang baru, energi postif bahkan banyak sekali
pembelajaran bisa saya dapatkan. Bahkan sampai detik ini, mereka selalu
bertanya, “Bagaimana nakku, apakah kam sudah mulai bisa menerima dan menjalani
hari-harindu sekarang ini?”. Hal yang saya ingin sampaikan adalah, berhentilah
untuk selalu berfikir sendiri. Berhentilah untuk selalu merasa bahwa orang lain
tidak dapat membantumu. Izinkanlah mereka untuk membantu, menopang dan
memberikan semangat untukmu. Baik orang tua kepada anak, atau sebaliknya, Baik
seorang suami kepada istri, atau sebaliknya. Karena Allah selalu mengirimkan
hal-hal yang baik untukmu. Allah tidak akan membiarkanmu sendiri, Jangan salah menilai Allah, tapi persiapkanlah
hati kita untuk menerima Anugerah dari Allah.
Komentar
Posting Komentar