Paskah
dan berbagai perayaannya telah kita lakukan dengan versi kita masing-masing.
Bagaimana perasaannya, saat seluruh rangkaian paskah itu berlangsung ? Tidak
ada perdebatan, kekacauan karena sayembara dan persiapan panitia yang dirasa
kurang oleh jemaat kan? Saya sangat berharap, itu tidak terjadi sama sekali.
Saya
tidak ingin membahas, tentang sayembara dan persiapan panitia paskah di Gereja
saudara. Salah satu tokoh yang esensial dalam peristiwa Paskah dari kaum Farisi
dan sekaligus disebut sebagai pemimpin Agama Yahudi di Kitab Injil Yohanes. Dialah
“Nikodemus” yang muncul tiga kali dan hanya di Kitab Injil Yohanes.
Beberapa ahli merujuk nama Nikodemus di Alkitab kepada
sosok Nikodemus ben Gurion, atau dalam Bahasa Ibrani Naqdimon ben Gurion,
seorang Yahudi kaya yang hidup di abad 1 di Yerusalem. Hal ini mengacu kepada
tulisan sejarah dari Josephus, “The Jewish War" dan tulisan para rabi.
Ben Gurion berarti “putra Gurion” dan dalam Bahasa
Ibrani Namanya adalah Buni atau Bunai. Ia mendapatkan nama Nikodemus yang
berbahasa Yunani yang artinya “Bangsa Pemenang” karena jawaban ajaib atas doa
yang ia panjatkan.
Walau ia adalah bagian dari orang Farisi dan dewan
Sanhedrin, Nikodemus bermusuhan dengan kelompok Zelot, karena pandangannya yang
menentang perang untuk melawan Romawi. Hal itu berbuntut dibakarnya gudang
perbekalan miliknya oleh kelompok Zelot.
Menarik ya, ternyata sosok yang meminta pengajaran kepada Yesus
mengenai Kerajaan Allah itu, bukanlah orang-orang yang biasa saja. Bahkan, lebih
menarik lagi Saat Nikodemus menurunkan tubuh Yesus dari kayu salib, ia membawa
minyak mur dan minyak gaharu sebanyak lima puluh kati atau sekitar 25-30
kilogram, jumlah yang sangat besar. Diperkirakan saat itu Nikodemus
membawa pembantu-pembantunya untuk membawanya.
Tujuan penggunaan rempah-rempah untuk balsam ini
bukanlah seperti adat Mesir yang mengawetkan mayat, namun menggunakan adat
Yahudi untuk mengurangi bau mayat.
Penggunaan rempah-rempah dan kain kafan adalah adat
istiadat penguburan kaum Yahudi, catatan sejarah menyatakan bahwa hal serupa
juga dilakukan saat penguburan Rabi Gamaliel dan Herodes Agung.
Tapi,
mari kita ingat kembali lagi. Pada percakapan Yesus dan Nikodemus, apakah
dirinya dapat mengerti yang disampaikan mengenai Lahir Kembali? Faktanya, bila
kita melihat teks Injil Yohanes, Nikodemus tidak mengerti tentang proses lahir
kembali itu. Bahkan Yesus tidak memaksakan kehendaknya untuk Nikodemus dapat
mengerti tentang yang dimaksudkan oleh-Nya.
Kalau
para jemaat di pinggir Gereja sering bilang, “Andai itu Pendeta, maka dia akan
berusaha meyakinkan Nikodemus. Apalagi sosok itu memiliki pengakuan secara
sosial dan ekonomi. Jemaat seperti itu, jadi sasaran empuk para pendeta.
Berbeda dengan jemaat di pinggir Gereja seperti kami”
Hahaha,
ini hanya guyonan saya dengan jemaat di pinggir Gereja sembari menikmati kopi.
Tidak perlu dipikirkan dengan amat serius.
Kembali,
sikap Yesus yang memberhentikan percakapan itu dan pergi bersama para
murid-murid untuk melanjutkan pelayanan menjadi sikap yang menarik untuk kita
coba renungkan dan pahami. Apakah benar-benar Yesus tidak menginginkan
seseorang dengan sosial dan ekonomi yang baik itu menjadi pengikut-Nya?
Bukankah itu akan membuat proses pelayanannya akan lebih nyaman dan aman?
Nyatanya itulah pemikiran kita, bukan keinginan Tuhan. Mengapa ya? Tapi
kalau dipikirkan kembali, mengapa Nikodemus tidak mengerti yang dimaksudkan
Yesus ya?
Kegagalan Nikodemus
untuk mengerti perkataan Yesus memang sangat konyol, bahkan nyaris sukar untuk
diterima dengan akal sehat. Namun, hal itu bukan sumber persoalan. Itu justru
merupakan sebuah gejala yang mengarahkan pada persoalan lain yang lebih fundamental:
natur yang berdosa.
Natur yang berdosa
tidak dapat diatasi dengan ritual relijius. Tidak pula dengan ketaatan atau
kebaikan. Bahkan karakter yang baik pun tidak memadai. Persoalan dalam diri
manusia ini berada di luar kemampuan manusia untuk menyelesaikannya.
Puji Tuhan! Allah tidak
pernah meninggalkan manusia dalam keputusasaan dan tanpa harapan. Tuntutan
Yesus kepada Nikodemus memang mustahil dipenuhi oleh Nikodemus, tetapi tidak
demikian halnya oleh Allah. Bentuk pasif “dilahirkan kembali” menyiratkan Allah
sebagai subjek. Berdasarkan 1:12-13 para pembaca langsung mengetahui bahwa
kelahiran ini dilakukan oleh Allah. Ini adalah kelahiran dari atas. Bukan
melalui kehendak manusia. Bukan melibatkan upaya manusia. Semua adalah murni
pekerjaan Allah.
Dengan demikian, apa
yang dikatakan oleh Yesus kepada Nikodemus di Yoh 3:3 dan Yoh 3:5 bukanlah
sebuah perintah yang harus dilakukan. Ini lebih ke arah pernyataan tentang
keadaan manusia. Menyadari keadaan yang sebenarnya seringkali lebih penting
daripada melakukan sesuatu untuk menyelesaikan keadaan itu. Kesadaran ini
seyogyanya mendorong manusia untuk
menyadari kepapaan dan kelemahan dirinya, sehingga dengan demikian
mengondisikan dia untuk mencari pertolongan dari Allah saja.
Apa yang menyenangkan
Allah seringkali bukanlah pencapaian-pencapaian yang kita lakukan bagi Dia
melainkan pengakuan terdalam terhadap ketidakmampuan kita. Terkesan dengan
kebaikan Allah dalam diri Yesus dan SalibNya bagi kita jauh lebih penting
daripada membuat Dia terkesan dengan kebaikan kita. Tanpa kekaguman terhadap
anugerah-Nya yang menopang kita, tidak ada satupun upaya kita yang menyenangkan
hati-Nya. Pendeknya, menyadari dan mengakui ketidakmampuan diri merupakan
korban yang berharga di hadapan Allah daripada memamerkan kemampuan dan
segudang keberhasilan kita di hadapan-Nya.
Komentar
Posting Komentar