Penderitaan Yesus tidak hanya berbicara tentang penyiksaan yang selama ini kita sering pertontonkan dan ceritakan ke banyak orang. Bila kita hanya melihat itu sebagai penyiksaan, maka hal serupa juga pernah terjadi setelah zaman Yesus. Bahkan bila melihat sejarah, peristiwa itu tidak lama setelah penyaliban Yesus.
Nama sosok itu; Rabbi
Akiva adalah seorang tokoh terkemuka dalam sejarah Yahudi yang hidup pada abad
ke-1 dan ke-2 Masehi. Dia lahir sekitar tahun 50 M dan meninggal pada tahun 135
M. Penyiksaan dan eksekusinya terjadi selama masa pemberontakan Bar Kokhba
melawan Kekaisaran Romawi (132-135 M).
Rabbi Akiva mendukung
pemberontakan Bar Kokhba, yang dipimpin oleh Simon Bar Kokhba, dalam usaha
melawan penindasan Romawi di Yudea. Pemberontakan ini terjadi setelah
penghancuran Bait Suci Kedua oleh Romawi pada tahun 70 M, yang menyebabkan
penderitaan besar bagi orang Yahudi. Rabbi Akiva percaya bahwa Bar Kokhba
adalah Mesias yang akan membebaskan bangsa Yahudi dari kekuasaan Romawi.
Rabbi Akiva ditangkap
oleh otoritas Romawi karena perannya dalam mendukung pemberontakan dan karena
terus mengajarkan Taurat, meskipun ada larangan dari Romawi terhadap praktek
keagamaan Yahudi. Dia dihukum mati dengan cara yang sangat brutal. Menurut tradisi
Yahudi, Rabbi Akiva disiksa dengan sisir besi yang tajam yang digunakan untuk
merobek dagingnya. Penyiksaan ini dilakukan di depan umum sebagai peringatan
bagi orang lain yang mungkin menentang kekuasaan Romawi.
Selama penyiksaan,
Rabbi Akiva menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dikatakan bahwa saat
disiksa, dia melafalkan Shema Yisrael ("Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan
itu Allah kita, Tuhan itu esa"), sebuah doa utama dalam agama Yahudi. Ini
menunjukkan dedikasinya kepada Tuhan sampai saat terakhir hidupnya.
Mari kita bandingkan
dengan yang terjadi dengan Yesus;
Seperti kita ketahui,
Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat lewat pengorbanannya di kayu salib. Ia
ditangkap dan dieksekusi oleh otoritas Romawi sekitar tahun 30-33 M. Dia
dituduh menghasut pemberontakan dan mengklaim dirinya sebagai Raja orang
Yahudi, yang dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan Romawi dan stabilitas
politik di Yudea. Yesus disalibkan, sebuah bentuk eksekusi yang sangat
menyakitkan dan memalukan, dilakukan di depan umum untuk menakuti orang lain
yang mungkin menentang kekuasaan Romawi.
Persamaan dalam
Penyiksaan: “RABBI AKIVA DAN YESUS”
1. Eksekusi
Publik
Kedua
tokoh ini dieksekusi di depan umum untuk memberi contoh dan menakut-nakuti
orang lain yang mungkin memberontak melawan Romawi.
2. Keberanian
dalam Penderitaan
Yesus
menunjukkan keberanian dan ketabahan saat disalibkan, sama seperti Rabbi Akiva
yang menunjukkan keberanian saat disiksa dengan sisir besi.
3. Alasan
Penangkapan
Keduanya
ditangkap karena dianggap sebagai ancaman oleh otoritas Romawi. Yesus dianggap
menghasut pemberontakan dengan klaim keagamaan dan politiknya, sedangkan Rabbi
Akiva dihukum karena mendukung pemberontakan Bar Kokhba dan mengajar Taurat.
Lalu bagaimana? Apakah
kita menentukan dan melihat Tuhan lewat penyiksaan yang dialaminya saja ? Saya
tidak mengerti berapa orang yang akan membaca tulisan ini sampai habis. Tapi
ini penting, ini bukan sekedar tontonan akan penyiksaan yang amat sadis bagi seorang
manusia.
Semua ini tentang Tuhan,
yang mengerti setiap hal yang kita rasakan sebagai manusia. Tuhan yang mengenal
dan mengetahui rasa sakit yang saat ini mungkin sedang kita alami. Dialah Tuhan
yang dengan penuh cinta, bukan sekedar ikut dan pernah merasakan yang kita
rasakan. Tapi juga menjadi korban untuk KARYA PENYELAMATAN bagi setiap kita
manusia, yang rendah karena kerapuhan kita sebagai manusia. Busuk, karena
setiap dosa dan kesalahan dari kita. Menjijikkan karena setiap hal yang kita
lakukan sebagai manusia yang hina bagi sesama kita.
Dialah Yesus, Tuhan bagi
setiap orang percaya dan beriman kepada-Nya. Maukah kita meletakkan semua hal
kepada-Nya dan meyakini bahwa tangan-Nya yang penuh luka menggenggam tangan
kita saat ingin terjatuh? Punggungnya yang tersiksa oleh cambuk, siap untuk
menggendong kita saat kita lemah? Menemani setiap langkah kaki kita yang semakin
tertatih menjalani kehidupan?
Ini bukan sekedar penyiksaan belaka, ini tentang CINTA yang paling romantis dari Tuhan untuk kita. Kamu tidak akan pernah dapat merasakan SAKIT dari orang lain, bila kamu tidak pernah merasakan SAKIT itu pula.
Referensi
·
"A History of the Jewish
People" oleh H.H. Ben-Sasson.
·
"Rabbi Akiva: Sage of the
Talmud" oleh Barry W. Holtz.
·
Talmud: "Berakhot 61b".
·
Jewish Virtual Library : Artikel tentang
[Rabbi Akiva]
(https://www.jewishvirtuallibrary.org/akiva).
·
Chabad.org : Artikel tentang [Rabbi
Akiva]
Komentar
Posting Komentar