Di tengah kehidupan
yang semakin dinamis, manusia memiliki kecenderungan untuk menafsirkan dan
mencari penjelasan atas segala hal. Rasa ingin tahu tentang apa yang dipikirkan
orang lain sering kali mendorong kita untuk berbicara lebih banyak dari yang diperlukan.
Namun, kekuatan sejati sering kali terletak pada apa yang tidak kita ungkapkan.
Menahan diri dalam berbicara dapat membuat kita tampak lebih kuat dan penuh
misteri, menciptakan kesan bahwa kita tidak mudah ditebak. Prinsip ini sangat
penting karena terlalu banyak bicara dapat menimbulkan dampak yang merugikan.
Yesus Kristus, sebagai
teladan utama kita, mengajarkan bahwa tidak semua hal harus dibicarakan. Dia
memilih untuk berbicara dengan bijaksana dan hanya ketika diperlukan. Yesus
memahami bahwa kata-kata memiliki kekuatan besar, dan oleh karena itu, Dia menggunakan
kata-kata dengan sangat hati-hati. "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari
penghakiman." (Matius 12:36). Ayat ini mengingatkan kita akan tanggung
jawab besar yang menyertai setiap kata yang kita ucapkan.
Salah satu contoh
penting dari sikap bijaksana Yesus dalam berbicara adalah ketika Dia dihadapkan
pada pengadilan sebelum penyaliban. Ketika para pemimpin agama dan orang banyak
menuduh-Nya dengan berbagai tuduhan, Yesus memilih untuk tetap diam dalam banyak
kesempatan. "Tetapi Yesus tetap diam. Maka kata Imam Besar itu kepada-Nya:
'Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak
Allah, atau tidak.'" (Matius 26:63). Diamnya Yesus menunjukkan kekuatan
dan ketenangan-Nya, serta memberikan pelajaran bahwa tidak semua tuduhan atau
provokasi harus direspon dengan kata-kata.
Dalam banyak situasi,
memilih untuk diam dan hanya berbicara seperlunya dapat menciptakan ruang bagi
orang lain untuk menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Banyak orang merasa
canggung dengan keheningan dan berusaha mengisi kekosongan pembicaraan dengan
kata-kata yang tidak terarah. Tanpa sadar, mereka mengungkapkan banyak hal
tentang diri mereka, baik kelebihan maupun kekurangan. Ini adalah salah satu
bahaya yang jarang disadari ketika kita terlalu banyak bicara atau berbicara
secara berlebihan. "Orang bijak menyimpan pengetahuannya, tetapi mulut
orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam." (Amsal 10:14).
Prinsip ini berlaku di
hampir semua aspek kehidupan. Semakin sedikit kita berbicara, semakin aman dan
tenang kehidupan kita. Orang lain tidak tahu persis siapa diri kita dan hanya
bisa menebak-nebak berdasarkan penampilan luar. Dengan demikian, kita mengurangi
risiko gosip atau omongan miring dari orang lain, sehingga hidup kita menjadi
lebih tenang karena orang lain tidak memiliki banyak bahan untuk membicarakan
kita. "Orang yang bijak tidak banyak bicara; orang yang pandai menahan
dirinya." (Amsal 17:27).
Yesus juga mengajarkan
pentingnya mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Dia sering kali
mendengarkan dengan penuh perhatian sebelum memberikan tanggapan. Dalam
pertemuan dengan wanita Samaria di sumur, Yesus pertama-tama mendengarkan
kisahnya sebelum menawarkan air hidup yang sejati. "Jawab Yesus kepadanya:
'Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata
kepadamu: Berilah Aku minum!, niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia
telah memberikan kepadamu air hidup.'" (Yohanes 4:10). Dengan mendengarkan
lebih banyak, Yesus menunjukkan kasih dan perhatian-Nya yang tulus.
Meneladani Yesus dalam
hal ini mengajarkan kita untuk lebih bijaksana dalam berbicara dan lebih banyak
mendengarkan. Ini membantu kita membangun hubungan yang lebih kuat dan tulus
dengan orang lain, serta menghindari banyak masalah yang bisa timbul dari kata-kata
yang tidak dipikirkan dengan baik. "Janganlah kita menjadi sombong,
janganlah kita saling menantang dan saling mendengki." (Galatia 5:26).
Selain itu, dengan
menjaga kata-kata kita, kita juga menunjukkan pengendalian diri dan
kebijaksanaan yang besar. Mengendalikan diri dalam berbicara adalah tanda
kedewasaan spiritual dan moral. "Siapa yang menjaga mulut dan lidahnya,
menjaga diri dari kesulitan." (Amsal 21:23). Ini membantu kita menjalani
kehidupan yang lebih damai dan harmonis, serta menjaga hubungan kita dengan
orang lain tetap baik.
Di dunia yang penuh
dengan kebisingan dan informasi yang berlebihan, memilih untuk diam dan
berbicara seperlunya adalah kebijaksanaan yang langka. Kita perlu belajar untuk
menghargai kekuatan dari keheningan dan menggunakan kata-kata dengan bijaksana.
"Setiap orang hendaknya cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk
berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." (Yakobus 1:19).
Dengan demikian, tidak
semua hal harus dibicarakan. Menjadi bijaksana dalam berbicara adalah salah
satu cara terbaik untuk menunjukkan kekuatan dan integritas kita. Dengan
mengikuti teladan Yesus, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang,
aman, dan penuh hikmat. "Orang bijak dipuji karena kata-katanya, tetapi
orang bodoh binasa karena mulutnya sendiri." (Amsal 10:14).
Komentar
Posting Komentar