REFRENSI TAMBAHAN KHOTBAH MINGGU 24 NOVEMBER 2024: Tetap melakukan kebaikan Sampai Akhir PENGKHOTBAH 7:1-8
Bayangkan sebuah malam
yang sunyi, di mana Anda duduk sendirian dan memikirkan hidup Anda.
Ingatan-ingatan tentang perjalanan hidup berkelebat: pencapaian, kegagalan,
tawa, dan air mata. Namun, satu pertanyaan mendesak muncul: “Apa yang telah
saya tinggalkan dari dunia ini? Apakah saya sudah menjalani hidup dengan baik?”
Ayub, dalam
pergumulannya yang mendalam, menyadari bahwa hidup manusia memiliki batas. Ia
berkata dalam Ayub 14:5, “Hari-hari manusia telah ditentukan, jumlah
bulan-bulannya ada di tangan-Mu.” Pernyataan ini, meski terkesan
melankolis, menyadarkan kita bahwa hidup ini bukan tentang seberapa lama kita
hidup, tetapi seberapa penuh kita mengisinya.
Dalam Minggu Momento
Mori, gereja mengajak kita menghadapi kenyataan ini dengan berani. Kematian
bukanlah akhir yang mengerikan, melainkan peringatan bahwa hidup kita di dunia
adalah sebuah kesempatan. Kesempatan untuk berbuat kebaikan, menyelamatkan, dan
mewariskan warisan yang abadi.
Dalam Pengkhotbah 7:1,
kita diajak melihat kehidupan melalui lensa nama yang harum. Penulis kitab ini
berbicara dengan kebijaksanaan yang tajam, “Nama yang harum lebih baik dari
pada minyak yang mahal.” Bayangkan seorang petani sederhana di sebuah desa
kecil. Ia tidak memiliki harta yang melimpah, tetapi seluruh komunitas
mengenalnya karena kemurahan hati. Ketika ia meninggal, banyak yang menangisi
kepergiannya, bukan karena apa yang dimilikinya, tetapi karena siapa dia.
Nama yang harum bukan
tentang prestasi besar yang terlihat di mata dunia, tetapi tentang integritas
yang dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Ini adalah kehidupan yang
dilandasi oleh kebaikan yang konsisten. Dalam narasi kehidupan, kebaikan yang kita
lakukan menciptakan jejak-jejak tak kasat mata yang kelak dikenang, bahkan
setelah kita tiada.
Namun, apakah mudah
untuk terus berbuat baik? Bukankah kita sering berpura-pura menyerah ketika
melihat bahwa dunia ini tidak adil?
Pengkhotbah 7:8
berkata, “Akhir suatu hal lebih baik dari awalnya.” Pernyataan ini
mengingatkan kita bahwa perjalanan hidup adalah maraton, bukan lari cepat. Ada
saat-saat ketika berbuat baik terasa melelahkan, terutama jika kita tidak
melihat hasilnya.
Pernahkah Anda merasa
ingin berhenti? Seorang sahabat saya pernah berbagi kisah tentang bagaimana ia
terus membantu seseorang yang tampaknya tidak pernah berubah. “Kadang saya
lelah,” katanya. “Tetapi setiap kali saya ingin menyerah, saya ingat bahwa Yesus
tidak pernah menyerah kepada saya.”
Kita perlu memahami
bahwa kesabaran adalah kuncinya. Dalam setiap tindakan kebaikan, mungkin
hasilnya tidak langsung terlihat, tetapi Tuhan melihat dan menghargai setiap
usaha kita. Ibarat benih yang ditanam di tanah, kebaikan membutuhkan waktu
untuk bertumbuh.
Di Yohanes 14:27, Yesus
berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu; damai sejahtera-Ku Kuberikan
padamu. Dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia ini.”
Damai yang Yesus tawarkan bukanlah kedamaian yang datang dari situasi yang
sempurna, melainkan ketenangan yang berasal dari keyakinan bahwa kita berjalan
bersama Tuhan.
Yesus memberi kita
teladan: Ia menghadapi Pengkhianatan, Penderitaan, bahkan kematian, namun tetap
Konsisten dalam Kebaikan. Mengapa? Karena Ia tahu bahwa misi-Nya adalah membawa
keselamatan bagi dunia. Kedamaian ini, yang berasal dari Tuhan, memungkinkan
kita tetap berbuat kebaikan bahkan di tengah dunia yang penuh tantangan.
Mari kita membayangkan:
apa yang akan orang lain keenang tentang Anda ketika waktu Anda di dunia ini
selesai? Apakah Anda dikenal sebagai seseorang yang terus berbuat baik meskipun
sulit?
Saya ingin Anda
memikirkan satu orang dalam hidup Anda yang telah meninggalkan nama yang harum
di hati Anda. Apakah itu seorang guru yang penuh kasih, seorang sahabat yang
selalu ada, atau mungkin anggota keluarga yang tidak pernah lelah menunjukkan
kebaikan? Apa yang membuat mereka begitu berarti?
Lalu, bayangkan Anda
menjadi pribadi itu bagi orang lain. Bagaimana Anda ingin dikenang? Tidak ada
yang meminta Anda menjadi sempurna, tetapi Tuhan memanggil kita untuk tetap
konsisten dalam kebaikan, meskipun dunia sering kali menawarkan alasan untuk menyerah.
Minggu Momento Mori
bukanlah perayaan yang suram, melainkan undangan untuk hidup dengan penuh
makna. Dengan mengingat bahwa hidup ini fana, kita diingatkan untuk
memanfaatkan setiap hari sebagai kesempatan untuk menciptakan nama yang harum.
Seperti benih kecil
yang tumbuh menjadi pohon besar, kebaikan Anda, sekecil apa pun, akan membawa
dampak besar pada waktunya. Dalam kedamaian yang Yesus berikan, kita dapat
terus melangkah dengan teguh, tetap berbuat baik sampai akhir.
Hidup adalah cerita
yang kita tulis setiap hari. Mari pastikan cerita itu dipenuhi dengan kebaikan,
sehingga ketika waktu kita selesai, nama kita dikenang, bukan karena apa yang
kita miliki, tetapi karena siapa kita bagi dunia ini.
Komentar
Posting Komentar