(Lukas
2:17: "Dan setelah melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah
dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.")
Dalam kisah kelahiran
Yesus, para gembala menjadi saksi pertama atas peristiwa yang mengubah sejarah
dunia. Mereka adalah orang-orang sederhana, tanpa jabatan tinggi atau pengaruh
besar. Namun, justru kepada merekalah malaikat Tuhan menyampaikan kabar baik.
Setelah menyaksikan Sang Bayi di palungan, para gembala tidak menyimpannya
untuk diri sendiri. Mereka bergegas memberitakan apa yang mereka lihat dan
dengar, membuat banyak orang heran dan terinspirasi.
Gembala, yang sering
dipandang sebelah mata di masyarakat pada masa itu, dipilih Allah untuk menjadi
pewarta kabar baik. Mereka menjadi teladan bagaimana setiap orang, tanpa
memandang latar belakang, dapat dipakai oleh Allah untuk memberitakan
kasih-Nya.
Para gembala
menunjukkan beberapa hal penting yang bisa kita pelajari:
1.
Mendengar dan Mentaati Panggilan:
Mereka mendengar pesan malaikat, percaya, dan segera bertindak. Tidak ada
keraguan atau penundaan.
2.
Menjadi Saksi yang Jujur:
Setelah mereka menyaksikan Yesus, mereka membagikan pengalaman itu dengan jujur
dan penuh sukacita.
3.
Mengubah Kehidupan Orang Lain:
Kabar baik yang mereka bagikan membuat orang-orang di sekitar mereka
terheran-heran dan memuliakan Allah.
Di zaman modern,
panggilan untuk menjadi pewarta kabar baik masih sangat relevan. Namun,
tantangannya berbeda. Dunia kita dipenuhi dengan berita buruk, ketakutan, dan
keputusasaan. Justru di tengah kondisi inilah kabar baik tentang Kristus
semakin dibutuhkan.
Bagaimana kita bisa
menjadi "gembala modern" yang membawa kabar baik dalam kehidupan
sehari-hari?
- Berani Membagikan Iman:
Jangan takut berbicara tentang kasih Kristus kepada keluarga, teman, atau
kolega, meski tantangan sosial atau budaya sering membuat kita ragu.
- Memberi Inspirasi Lewat Perbuatan:
Menjadi pewarta kabar baik tidak selalu dengan kata-kata, tetapi juga
melalui tindakan yang mencerminkan kasih dan keadilan Kristus.
- Menggunakan Media Digital:
Di era teknologi, media sosial adalah alat yang sangat kuat untuk
menyebarkan pesan pengharapan. Gunakan platform ini untuk membagikan
nilai-nilai Kristen yang membangun.
Kisah Nyata: Lidia,
Seorang Guru di Tengah Bencana
Lidia adalah seorang
guru di Palu, Sulawesi Tengah, yang mengalami gempa bumi dan tsunami pada tahun
2018. Di tengah bencana yang meluluhlantakkan kota dan merenggut banyak nyawa,
Lidia tetap hadir di pengungsian untuk mendampingi para siswa yang trauma. Ia
tidak hanya memberikan pelajaran seperti biasa, tetapi juga membagikan firman
Tuhan dan menyemangati anak-anak dengan kasih Kristus.
Meskipun ia sendiri
kehilangan rumah dan keluarga, Lidia percaya bahwa Allah memanggilnya untuk
menjadi "gembala" bagi mereka yang putus asa. Kata-kata
penghiburannya, doa-doa sederhana, dan kehadirannya yang penuh kasih menjadi
bukti nyata kabar baik Kristus di tengah kesedihan. Banyak anak dan keluarga
yang terinspirasi oleh ketabahan dan imannya, mengakui bahwa melalui Lidia
mereka melihat kasih Tuhan bekerja.
Kisah ini mengingatkan
kita bahwa bahkan di tengah tragedi, kita bisa menjadi alat pewartaan kabar
baik dengan cara yang sederhana namun berdampak besar.
Refleksi Pribadi:
Apakah Kita Sudah Menjadi Pewarta?
Apakah kita sudah
membagikan kabar baik tentang Yesus dalam hidup kita?
- Apakah kita memberi penghiburan
kepada orang-orang yang putus asa?
- Apakah tindakan kita mencerminkan
kasih Kristus sehingga orang lain melihat-Nya melalui kita?
- Apakah kita menggunakan kesempatan
yang ada untuk menyampaikan pengharapan di tengah dunia yang penuh
tantangan?
Para gembala
mengajarkan kepada kita bahwa pewartaan kabar baik bukanlah tugas yang rumit
atau terbatas pada kalangan tertentu. Ini adalah panggilan bagi semua orang
yang telah bertemu dengan Kristus untuk membagikan kasih dan pengharapan-Nya.
Natal ini, mari kita belajar dari gembala untuk menjadi pewarta kabar baik di
tengah keluarga, komunitas, dan dunia kita.
Komentar
Posting Komentar