(Efesus
2:14: "Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua
pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.")
Betlehem adalah kota
kecil yang menjadi saksi kelahiran Yesus, Sang Raja damai. Dalam peristiwa
kelahiran-Nya, kita melihat orang-orang dari latar belakang berbeda datang
bersama: para gembala yang sederhana dan para majus yang terpelajar. Betlehem
menjadi tempat di mana berbagai dunia bertemu dalam kehadiran Kristus.
Yesus lahir bukan hanya
untuk satu kelompok, bangsa, atau suku, tetapi untuk menyatukan semua manusia
dalam kasih Allah. Dalam Dia, tembok-tembok pemisah diruntuhkan, dan setiap
orang diundang untuk mengalami damai yang sejati.
Di zaman sekarang,
dunia kita penuh dengan perpecahan: suku, agama, politik, bahkan pandangan
hidup. Konflik dan perbedaan sering kali membuat kita merasa jauh dari satu
sama lain. Namun, pesan Natal dari Betlehem adalah bahwa di dalam Kristus,
perbedaan itu dapat dipersatukan dalam kasih dan damai.
Bagaimana kita, sebagai
orang Kristen, dapat menjadikan pesan ini relevan? Bagaimana kita dapat menjadi
pembawa persatuan di tengah dunia yang penuh perpecahan?
Di sebuah kota kecil di
Eropa, sebuah gereja tua pernah menjadi saksi konflik antara dua kelompok etnis
yang tinggal di sana. Selama bertahun-tahun, tembok pemisah fisik dan emosional
berdiri kokoh di antara mereka.
Namun, pada suatu malam
Natal, seorang anak kecil dari salah satu kelompok itu berjalan ke gereja
dengan lilin kecil di tangannya. Ia bernyanyi lagu Natal dengan lantang, dan
orang-orang dari kelompok lain mulai mendekat untuk mendengar.
Ketika mereka
berkumpul, seorang pendeta mengundang mereka untuk berdoa bersama. Malam itu,
gereja tua itu menjadi tempat di mana dua kelompok yang bermusuhan akhirnya
saling memaafkan dan memulai hubungan yang baru.
Peristiwa ini menjadi
pengingat bahwa kasih Kristus dapat menjadi jembatan di tengah perbedaan, sama
seperti Betlehem menjadi titik pertemuan orang-orang dari berbagai latar
belakang.
Hidup kita, seperti
Betlehem, dapat menjadi simbol persatuan jika kita:
1.
Menghargai Perbedaan:
Menerima bahwa setiap orang diciptakan sesuai gambar Allah, unik dan berharga.
2.
Membangun Jembatan, Bukan Tembok:
Mengutamakan dialog dan pengertian daripada konflik.
3.
Menghidupi Kasih Kristus:
Menunjukkan kasih yang melampaui batas-batas budaya, agama, dan sosial.
Langkah-Langkah Praktis
untuk Mewujudkan Persatuan
1.
Berdoa untuk Damai:
Mulailah dengan doa agar hati kita dipenuhi kasih untuk memahami orang lain.
2.
Mengadakan Dialog yang Positif:
Bicaralah dengan orang yang berbeda pandangan untuk membangun hubungan yang
lebih baik.
3.
Menyebarkan Pesan Persatuan:
Gunakan media sosial atau komunitas untuk menyampaikan pesan Natal yang
mempersatukan.
4.
Mengampuni dan Memulai yang Baru:
Lepaskan dendam dan mulailah hubungan yang didasarkan pada kasih Kristus.
Refleksi Pribadi:
Apakah Saya Pembawa Persatuan?
- Apakah saya lebih sering membangun
tembok atau jembatan dalam hubungan saya?
- Bagaimana saya dapat mencerminkan
kasih Kristus dalam interaksi saya dengan orang lain yang berbeda?
- Apa langkah kecil yang bisa saya
ambil untuk mempromosikan persatuan di komunitas saya?
Penutup: Betlehem
sebagai Teladan Persatuan
Betlehem mengajarkan
kepada kita bahwa persatuan adalah mungkin ketika Kristus menjadi pusat hidup
kita. Seperti para gembala dan majus yang datang bersama di bawah terang yang
sama, kita juga dapat menemukan persatuan sejati di dalam kasih Allah.
Sebagai umat Kristiani,
mari kita hidup sebagai simbol Betlehem di dunia ini—membawa kasih, damai, dan
persatuan ke mana pun kita pergi.
Komentar
Posting Komentar