RENUNGAN #22 Waktu untuk Memaafkan dan Memulai Lagi (RENUNGAN MENUJU 25 DESEMBER)

 


Setiap tahun, Natal mengundang kita untuk merenungkan makna kelahiran Yesus Kristus. Natal bukan sekadar waktu untuk berbagi kebahagiaan atau menghiasi rumah dengan lampu-lampu yang indah, tetapi juga saat untuk kembali kepada esensi kasih dan pengampunan. Kelahiran Kristus di Betlehem lebih dari sekadar peristiwa historis—itu adalah undangan bagi setiap orang untuk memulai kembali, dengan hati yang dipenuhi damai dan pengampunan.

Lukas 2:11 mengingatkan kita: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Kelahiran-Nya adalah anugerah terbesar yang Allah berikan kepada dunia—hadiah berupa kasih tanpa syarat dan pengampunan penuh. Tetapi, apakah kita benar-benar memahami panggilan untuk menghidupi pengampunan ini, terutama di tengah dunia yang sering dipenuhi konflik, kekecewaan, dan luka emosional?

Yesus datang ke dunia bukan dalam keagungan atau kekuasaan, tetapi dalam kesederhanaan. Palungan-Nya menjadi simbol kerendahan hati, kasih, dan pengampunan yang tulus. Ketika kita berbicara tentang pengampunan, kita berbicara tentang tindakan melepaskan rasa sakit dan luka yang disebabkan oleh orang lain. Ini bukanlah tanda kelemahan, tetapi kekuatan yang datang dari kasih Kristus.

Rasul Paulus dalam Efesus 4:32 menuliskan: “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Perintah ini sederhana tetapi mendalam. Kita diminta untuk meniru pengampunan Kristus yang tak terbatas, yang diberikan kepada kita bahkan ketika kita tidak layak menerimanya.

Natal adalah momen refleksi. Sering kali, kita membawa beban luka yang tidak terlihat, menyimpan dendam terhadap orang lain, atau bahkan terhadap diri sendiri. Beban ini tidak hanya menghalangi kita untuk merasakan damai Natal tetapi juga merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama.

Pengampunan memungkinkan kita untuk:

1.      Melepaskan Kepahitan: Ketika kita memilih untuk mengampuni, kita membebaskan diri dari rantai kepahitan yang menggerogoti sukacita kita.

2.      Membangun Hubungan Baru: Natal adalah kesempatan untuk memulihkan hubungan yang retak, seperti para gembala yang membawa kabar sukacita kepada semua orang tanpa diskriminasi.

3.      Mengikuti Teladan Kristus: Yesus datang ke dunia untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Ketika kita mengampuni, kita mengambil bagian dalam misi rekonsiliasi-Nya.

 

Langkah Praktis untuk Mengampuni di Natal Ini

1.      Renungkan Pengampunan Allah: Luangkan waktu untuk merenungkan pengampunan yang telah Allah berikan kepada kita melalui Kristus. Ini memberikan perspektif yang lebih besar tentang pentingnya pengampunan.

2.      Identifikasi Luka dan Kepahitan: Jujurlah kepada diri sendiri tentang orang-orang atau situasi yang masih melukai hati Anda.

3.      Berdoa untuk Kekuatan: Pengampunan sering kali memerlukan kekuatan yang melampaui kemampuan manusia. Mintalah Roh Kudus untuk membantu Anda melepaskan rasa sakit.

4.      Ambil Langkah Nyata: Hubungi orang yang perlu Anda maafkan atau minta maaf. Sebuah percakapan, bahkan yang sederhana, bisa menjadi awal rekonsiliasi.

Pengampunan tidak seharusnya menjadi tindakan sekali saja. Sama seperti Natal mengingatkan kita tentang kelahiran Kristus, kita juga dipanggil untuk menghidupi semangat Natal sepanjang tahun—mengasihi, mengampuni, dan membawa damai ke dalam dunia.

Yesus berkata dalam Matius 5:9, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Ketika kita mengampuni, kita tidak hanya membawa damai kepada orang lain tetapi juga menyatakan identitas kita sebagai anak-anak Allah.

Refleksi: Apakah Saya Siap untuk Memulai Lagi?

Natal ini, mari kita bertanya kepada diri sendiri:

  • Apakah ada orang yang belum saya maafkan?
  • Bagaimana pengampunan dapat mengubah hidup saya dan orang-orang di sekitar saya?
  • Apakah saya bersedia memulai kembali dengan hati yang penuh damai dan kasih?

Pengampunan sering kali terasa berat, tetapi Natal mengingatkan kita bahwa dengan Kristus, tidak ada yang mustahil. Dia yang datang ke dunia dalam kelembutan adalah sumber kekuatan kita untuk memulai lagi.

Pengampunan adalah salah satu hadiah terbaik yang bisa kita berikan—bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada diri kita sendiri. Natal adalah waktu untuk memperbarui hati, membuang luka lama, dan membuka jalan untuk sukacita sejati.

Yesus lahir di Betlehem untuk membawa damai, dan Dia memanggil kita untuk menjadi pembawa damai itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita jadikan Natal ini sebagai momen untuk melepaskan kepahitan dan merangkul kasih, sehingga kita dapat benar-benar merasakan damai Natal yang sejati.



Komentar