Yesus Mengalami Berbagai Pencobaan – Refrensi Khotbah Minggu GBKP 23 Februari 2025 Lukas 9:21-27



Yesus Kristus, sebagai Anak Manusia, mengalami berbagai pencobaan selama pelayanan-Nya di dunia. Dalam Lukas 9:21-27, Yesus menubuatkan penderitaan yang harus Ia alami: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Lukas 9:22). Pemberitahuan ini mengejutkan para murid, yang masih berharap akan Mesias sebagai raja yang datang dalam kemuliaan tanpa penderitaan. Namun, Yesus menegaskan bahwa jalan menuju kemuliaan tidak terlepas dari salib.

Penderitaan Yesus dan Panggilan Mengikuti-Nya

Yesus tidak hanya menubuatkan penderitaan-Nya sendiri, tetapi juga menegaskan bahwa setiap orang yang ingin mengikut-Nya harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya (Lukas 9:23). Ini bukan sekadar ajakan untuk menjalani kehidupan yang sulit, tetapi suatu undangan untuk hidup dalam kebenaran meskipun harus menghadapi tantangan besar. Dalam konteks ini, penderitaan bukanlah beban yang tak tertahankan, melainkan bagian dari proses kehidupan yang membawa kita pada kesenangan sejati dalam Kristus.

Penulis Surat Ibrani meneguhkan pemikiran ini dengan menyerukan agar kita merenungkan penderitaan Yesus: "Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang hebat terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa" (Ibrani 12:3). Yesus telah mengalami penghinaan, penolakan, dan penderitaan, tetapi Ia tetap setia dalam Karya PenebusanNya bagi semua manusia. Dengan demikian, setiap pengikut Kristus dipanggil untuk meneladani-Nya, tidak menyerah dalam menghadapi pencobaan, dan tetap berpegang pada iman.

Penderitaan yang Mengarah kepada Kemenangan

Jeremia 46:17-24 menggambarkan kekalahan dan kehancuran Firaun serta pasukannya, yang melambangkan kekuatan duniawi yang pada akhirnya tidak mampu bertahan melawan kuasa Tuhan. Ayat-ayat ini memberi gambaran bahwa sistem dunia ini, yang sering kali menindas dan menciptakan penderitaan bagi orang benar, tidak akan bertahan selamanya. Nubuat ini dapat kita lihat sebagai janji bahwa penderitaan bukanlah akhir dari perjalanan iman kita, melainkan bagian dari proses menuju kemenangan dalam Kristus.

Sebagaimana bangsa Israel mengalami banyak tantangan dalam perjalanan mereka menuju tanah perjanjian, demikian pula orang percaya dipanggil untuk tetap berpegang teguh pada iman di tengah pencobaan. Dalam sejarah, kita melihat bagaimana orang-orang kudus menghadapi penderitaan dengan keberanian, karena mereka memahami bahwa kesulitan bukanlah hukuman, melainkan kesempatan untuk semakin bergantung pada Tuhan.

Menghindari Sistem Feodal: Penderitaan dalam Terang Kasih

Salah satu tantangan dalam memahami penderitaan Kristen adalah bahaya jatuh dalam sistem feodal, yang menempatkan penderitaan sebagai alat kontrol atau penindasan. Namun, Yesus tidak datang untuk memperbudak manusia dalam penderitaan, melainkan untuk membebaskan mereka ke dalam kebenaran yang sejati (Yohanes 8:32). Penderitaan dalam Kristus bukanlah beban yang dipaksakan oleh kekuasaan dunia, tetapi proses pembentukan karakter dalam iman, kasih, dan pengharapan.

Banyak orang Kristen di sepanjang sejarah telah menghadapi penganiayaan, tetapi di tengah penderitaan, mereka tetap menemukan sukacita. Paulus menegaskan bahwa penderitaan membawa ketekunan, ketekunan menghasilkan tahan uji, dan tahan uji menumbuhkan pengharapan yang tidak mengecewakan (Roma 5:3-5). Ini berarti bahwa penderitaan dalam Kristus selalu berujung pada kehidupan yang lebih penuh, karena di dalam-Nya ada pengharapan yang pasti.

Selain itu, kita juga melihat bagaimana penderitaan bisa menjadi alat untuk memperdalam relasi dengan sesama. Orang-orang percaya yang mengalami penderitaan bersama sering kali memiliki solidaritas yang lebih kuat. Dalam komunitas Kristen, penderitaan yang dibagikan dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan. Oleh karena itu, daripada melihat penderitaan sebagai hukuman, kita harus melihatnya sebagai sarana untuk memperkuat iman dan komunitas kita.

Kesimpulan: Salib dan Kemuliaan

Penderitaan Yesus bukanlah kekalahan, tetapi jalan menuju kebangkitan dan kemuliaan sebagai karya Penebusan dari Tuhan untuk manusia. Demikian pula, penderitaan yang dialami oleh orang percaya bukanlah tanda kehancuran, tetapi bagian dari perjalanan menuju kesenangan dalam Kristus. Oleh karena itu, ketika menghadapi tantangan, kita dipanggil untuk menatap kepada Yesus, mengingat ketekunan-Nya, dan menemukan penghiburan dalam janji-Nya bahwa barangsiapa kehilangan nyawanya karena Dia, akan memperolehnya kembali dalam kemuliaan kekal (Lukas 9:24).

Sebagai orang percaya, kita tidak hanya dipanggil untuk menanggung penderitaan dengan sabar, tetapi juga untuk melihatnya sebagai bagian dari panggilan kita dalam Kristus. Dalam penderitaan, kita menemukan pemurnian, pertumbuhan, dan pengharapan yang tidak akan pernah mengecewakan. Marilah kita tetap berpegang pada iman dan mengarahkan pandangan kita kepada Yesus, yang telah lebih dulu menang atas penderitaan sebagai karya penebusan bagi manusia.


Komentar