MENYAMPAIKAN YESUS KEPADA SEMUA ORANG - Kisah Para Rasul 26:19-23 Refrensi Tambahan PJJ 30 Maret – 09 April 2025

 


Dalam Kisah Para Rasul 26:19-23, Paulus dengan penuh keberanian menyampaikan kesaksiannya di hadapan Raja Agripa. Ia menceritakan bagaimana Yesus telah menampakkan diri kepadanya dan memberikan panggilan untuk memberitakan kabar keselamatan kepada semua orang, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Panggilan ini bukan sekadar perintah, melainkan transformasi hidup—sebuah perubahan dari kegelapan kepada terang, dari kuasa Iblis kepada Allah.

Perenungan ini mengajak kita untuk bertanya: Bagaimana kita, sebagai orang Kristen, dapat menyampaikan Yesus kepada semua orang dalam kehidupan sehari-hari? Apakah kita hanya menyampaikannya melalui kata-kata, atau juga melalui kehidupan yang mencerminkan kasih dan kebenaran Kristus?

Kesaksian dalam Perkataan dan Perbuatan

Menyampaikan Yesus tidak hanya berarti berbicara tentang Injil, tetapi juga hidup dalam nilai-nilai Kristus. Setiap tindakan kita harus mencerminkan kasih, kebenaran, dan belas kasihan-Nya. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan, respons kita terhadap masalah hidup dapat menjadi kesaksian bagi orang lain.

Sebagai contoh, di tempat kerja, kita dapat menunjukkan integritas dan kejujuran. Dalam keluarga, kita bisa menjadi teladan dalam mengasihi dan mengampuni. Di lingkungan sosial, kita bisa menjadi pembawa damai dan keadilan. Dengan demikian, orang lain akan melihat bahwa Yesus nyata dalam hidup kita dan menjadi tertarik untuk mengenal-Nya lebih dalam.

Menyaksikan Karya Yesus Tanpa Meninggikan Diri

Salah satu tantangan dalam menyampaikan Yesus adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri sendiri. Paulus tidak membanggakan dirinya sebagai orang yang mengalami pertobatan radikal, tetapi ia meninggikan Yesus sebagai pusat dari transformasi hidupnya. Begitu pula kita, ketika bersaksi, harus memastikan bahwa kemuliaan tetap menjadi milik Yesus.

Dalam menyampaikan Injil, penting untuk menghindari kesan bahwa kita lebih benar atau lebih rohani dari orang lain. Sebaliknya, kita harus berbicara dengan rendah hati, menyadari bahwa anugerah keselamatan adalah pemberian Allah semata. Kesaksian kita hendaknya berfokus pada kasih dan kuasa Yesus yang telah mengubah hidup kita, bukan pada prestasi pribadi kita dalam iman.

Perpulungen Jabu-Jabu sebagai Sarana Bersaksi dan Bertumbuh

Dalam konteks gerejawi dan komunitas Kristen, persekutuan kecil seperti Perpulungen Jabu-Jabu dapat menjadi tempat yang efektif untuk saling menguatkan dalam iman. Di dalam persekutuan ini, setiap orang memiliki kesempatan untuk berbagi bagaimana Yesus bekerja dalam kehidupannya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam Perpulungen Jabu-Jabu:

1.      Saling berbagi kesaksian – Setiap anggota persekutuan dapat menceritakan bagaimana mereka mengalami pertolongan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Mempelajari firman Tuhan secara bersama-sama – Menggunakan Kisah Para Rasul 26:19-23 sebagai bahan diskusi tentang bagaimana kita dapat meneladani keberanian Paulus dalam menyampaikan Injil.

3.      Mendoakan satu sama lain – Membangun komunitas yang saling menopang dalam doa agar setiap orang dimampukan untuk menjadi saksi Kristus dalam konteks masing-masing.

4.      Melayani bersama – Mengadakan kegiatan sosial sebagai perwujudan kasih Kristus, misalnya membantu mereka yang membutuhkan dalam komunitas.

Metode Refleksi Komunal dalam Persekutuan

Agar persekutuan ini dapat menjadi tempat refleksi yang efektif, beberapa metode berikut dapat digunakan:

  • Lectio Divina: Membaca dan merenungkan Kisah Para Rasul 26:19-23 dengan membiarkan setiap anggota berbagi pemahaman dan pengalaman pribadi terkait ayat tersebut.
  • Pendekatan Naratif: Setiap orang diajak untuk membagikan cerita hidupnya yang berkaitan dengan bagaimana mereka menyampaikan Yesus dalam keseharian.
  • Diskusi Kelompok Kecil: Membahas tantangan dan peluang dalam menyampaikan Injil di lingkungan masing-masing, lalu mencari solusi bersama.
  • Drama atau Role-Playing: Melatih cara berbicara tentang Yesus dengan rendah hati dan penuh kasih dalam berbagai situasi kehidupan nyata.

Kesimpulan

Menyampaikan Yesus kepada semua orang bukan sekadar tugas, tetapi panggilan bagi setiap orang percaya. Dalam perkataan dan perbuatan, kita dipanggil untuk menjadi saksi yang setia. Namun, kita harus selalu memastikan bahwa kemuliaan tetap menjadi milik Yesus, bukan milik kita.

Komentar